Saya gembira ketemu dengan Anda pula pada hari ini. Topik saya ini yang kami bicarakan
di UCEO hari ini ialah apa itu peluang? Kenapa kemampuan mencari peluang itu sangat
penting? Dari mendeteksi sampai menemukan. Oke, dari mencari cara-cara, metode-metode
yang terbaik, usaha yang terbaik, supaya cita-cita kita, apa keinginan kita itu terwujud.
Peluang apa yang harus kita ciptakan supaya cita-cita ini tercapai?
Misalnya seorang pengusaha, dia inigin supaya pelanggan datang. Nah, bagaimana supaya
pelanggan itu datang? Sekarang Indonesia mengahadapi suatu persoalan dalam bidang
ekonomi. Sebagian pengusaha itu diam, sebagian pengusaha itu mengeluh, sebagian pengusaha
justru sedang mencari peluang. Bagaimana mencari keuntungan dalam persoalan ekonomi
sekarang ini? Seperti George Soros. Dia sudah tahu apa yang dilakukan. Sebelum krisis
terjadi, dia sudah tahu. Nah, itulah menciptakan peluang. Dia tidak menciptakan krisis,
dan dia seorang investor yang ulung. George Soros. Tapi dia sudah mempertimbangkan
kapan peluang itu akan tiba. Negara mana yang akan krisis. Dia sudah tahu.
Kita lihat stok market sekarang. Pada krisis, orang yang mampu menciptakan peluang
sudah tahu sebelum krisis tersebut. Sesudah krisis dia sudah tahu. Bahkan sebelum
krisis dia sudah bangkit. Itulah namanya betapa hebatnya kita menciptakan peluang.
Melihat semua kesempatan-kesempatan yang ada. Dan memuntir persoalan yang ada menjadi
keberhasilan. Nah, itulah. Nah, seperti kami ini dalam keadaan sekarang ini soal
kecil. Dengan Ciputra Online sekarang ini, Entrepreneur Online itu peluang buat kita
sebagai contoh memberi contoh negara kita belum Entrepreneur. Gejolak sedikit kita
sudah kenal. Nah, kalau misalnya para kita ini masih dalam keadaan pertumbuhan. Ekonomi
kita itu masih merangkak maju.
Nah sekarang kita ulang. Ayo mencontoh yang baik. Kita harus jadi Entrepreneur.
Entrepreneur yang hebat, dia menciptakan peluang. Dia tidak akan kena krisis. Tapi,
berikutnya ialah menciptakan peluang dibandingkan dengan mencari peluang. Peluang
itu melihat kesempatan-kesempatan yang ada. Nah, ada peluang? Ada untuk kita masuk?
Ada jalan apa yang kita bisa tempuh untuk mencapai kesempatan tersebut? Tapi, menciptakan
peluang itu lain. Misalnya, Anda ingin pergi ke suatu daerah. Anda mencari jalan,
bagaimana yang terbaik untuk pergi ke daerah tersebut? Itu mencari peluang. Tetapi
menciptakan peluang, Anda akan membuat jembatan. Jalan baru menuju tempat tersebut.
Seperti misalnya, Pondok Indah. Pondok Indah waktu kami bangun kira-kira 35 tahun
yang lalu, itu dekat Kebayoran Baru. Untuk mencapai Pondok Indah harus berkeliling.
Memakan waktu dari Kebayoran Baru sampai sini setengah jam. Saya meninjau daerah
ini. Wah, ini hebat sekali daerah ini. Bagaimana caranya? Saya membuat suatu jalan
Marga Guna. Hanya beberapa ratus meter, sehingga dari Kebayoran Baru ke Pondok Indah
bukan setengah jam, cukup lima menit. Nah, itu saya menciptakan peluang. Bukan mencari
peluang.
Seperti saya. Waktu dulu saya diajarkan di sekolah. Di ITB. Jurusan Arsitektur.
Bagaimana kita mencari peluang. Hubungi orang yang punya project. Minta project dari
dia untuk kita desain. Seorang arsitek kan kita mendesain. Saya bilang saya
tidak mau. Saya menciptakan project. Kalau saya menciptakan project,
otomastis saya mendapatkan pekerjaan desain. Jadi, Anda lihat. Ada satu daerah yang
saya intip sekarang. Merupakan sebuah pulau. Saya belem berani sebut. Orang keberatan
pergi ke pulau tersebut karena harus menyeberang laut. Saya sedang memikirkan untuk
bikin jembatan. Saya hitung, kalau saya membuat jembatan, biayanya 200 Miliyar. Tapi project tersebut
bisa meningkatkan 2 triliun. Tapi kalau saya hanya memakai kapal, atau naik perahu,
apalagi naik perahu. Itu kan orang tidak akan berminat investasi di pulau
tersebut. Kita buat jembatan. Nah, itu menciptakan peluang. Sesuatu yang baru. Inilah
yang beda. Mencari peluang dan menciptakan peluang.
Salam Entrepreneur UC Onliners. Yang pertama, melihat, tapi tidak berpikir. Berarti
tidak pakai otak. Sekarang memakai otak, tetapi tidak mengerti. Suatu contoh, pertama
waktu saya sekolah, saya tinggalkan kampung saya. Di desa Bumbulan, Gorontalo tersebut
dengan cita-cita untuk jadi arsitek. Itu cita-cita saya membara. Menjadi arsitek.
Saya ingin bangun gedung. Sebagai anak desa, atau anak singkong lah. Atau anak kaki
ayam. Soalnya saya berkebun singkong, dan saya tidak memakai sepatu. Saya sampai
di Gorontalo, masih tidak memakai sepatu. Nah, waktu saya sedang sekolah, saya sudah
mempunyai usaha. Saya bikin Furniture, saya suruh buat, saya jual. Kemudian
saya bekerja di biro arsitek. Praktik. Kemudian saya mendirikan biro arsitek. Nah,
itulah. Baru saya mikir dan mengerti. Bahwa pekerjaan seorang arsitek itu
harus berkeliling untuk minta project. Saya dateng sama, misalnya saudara
Antonius. Ingin membangun project. Saudara Dharma, ingin membangun project.
“Pak, saya sebagai arsitek, punya biro arsitek, tolong serahkan saya pekerjaan.
Saya baru desain”. Nah, sekarang saya memakai otak. Bagaimana saya mengatasi
itu? Saya bilang, tidak. Saya harus Opportunity Creation. Atau menciptakan
kesempatan. Bukan mencari peluang.
Ciptakan kesempatan. Kesempatan apa? Yaitu kalau kita mempunyai project,
maka kesempatan saya untuk membangun project macam apa? Kesempatan saya untuk
melaksanakan project menjadi apa? Kesempatan buat saya membangun kantor, membangun
hotel, membangun supermarket, kantor, itu terserah saya. Jadi, kemandirian. Menciptakan
itu dalam tangan saya sebagai developer. Sebelum saya tamat, saya bilang “tidak”,
saya tidak mau jadi arsitek, saya akan jadi developer. Saya akan menciptakan project saya
sendiri. Opportunity Creation. Nah itu yang dalam sajak kedua. Ya, berpikir.
Walaupun berpikir, tapi tidak mengerti. Dan dulu saya sudah berpikir, tapi tidak
mengerti. Bahwa seorang arsitek itu harus mencari pekerjaan ke kiri kanan. Saya,
jiwa saya tidak. Saya ingin kemandirian. Saya ingin kebebasan. Saya ingin aktif.
Nah, yang penting juga manusia itu harus ada api dalam dirinya. Api macam apa? Warna
merah, warna biru, warna apa? Kalau memang ada seseorang yang hobinya yang memang
dia hanya ingin desain. Dia tidak perlu pikir yang lain. Dia tidak perlu pikir tentang
keuangan. Tapi saya seorang yang holistik. Saya orang yang ingin memikirkan dari
A sampai Z. Semua dalam tangan saya. Bukan misalnya dalam proses pembangunan hanya
ada sebagian saja. Jadi, ada api. Ada warna api yang jenisnya untuk memasuki segala
bidang dari A sampai Z. Jadi saya mengerti, baru saya mengerti seorang arsitek tida
seperti yang saya cita-citakan. Padahal saya membuang waktu begitu banyak untuk sekolah
arsitek. Tapi tidak mengapa, maka Anda bisa saja sepuluh kali gagal, sebelas kali
saya bangkit. Saya sudah sekolah 5 tahun arsitek. Sudah tamat tidak sebagai arsitek.
Saya sebagai developer, saya juga sebagai kontraktor, saya sebagai desainer, saya
masih tetap biro, tapi dijalankan orang lain, saya sebagai industriawan, saya sebagai
finance company. Tapi, semua dalam rangka menciptakan peluang. Opportunity Creation.
Sebab dasar mindset Entrepreneur itu ada. Kalau Anda mempunyai dasar Entrepreneur,
maka Anda bisa di mana pun Anda berada Anda selalu akan mencipta. Makanya buat kami,
buat saya sendiri yang ingin menjadi Entrepreneur itu seharusnya saya sedang mengkaji
belajar saya sendiri untuk menjadi Entrepreneur. Tiap apa yang saya pindahkan dalam
rangka menyebarkan sesuatu ini berarti saya harus melatih diri saya sendiri. Nah,
itu berarti saya menciptakan peluang untuk diri saya sendiri. Untuk meningkatkan
diri.
Sementara hari ini begitu dulu. Terimakasih atas perhatian anda.
Salam Entrepreneur pada UC Onliners. Sampai bertemu lagi. Sukses. Tuhan Memberkkati..
Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online