Kamis, 10 April 2014

MANAJEMEN PERUBAHAN - Nur Agustinus

Salam entrepreneur UC Onliner. Saya Nur Agustinus, saya akan membawakan tentang manajemen perubahan. Mengapa hal ini perlu? Karena setiap pertumbuhan pasti akan membutuhkan sebuah perubahan. Saya akan mulai dengan sebuah cerita, Anda mungkin tahu sebuah mainan roda yang bisa berputar, yang biasanya kita isi dengan seekor hamster atau tikus putih, dimana tikus ini dia bisa berlari dengan kencang sekali memutar roda putar ini sampai beberapa menit. Nah, hal yang sama sebenarnya terjadi pada perusahaan kita, kita mungkin melakukannya dengan sangat keras, berusaha atau bekerja dengan sangat giat, tetapi perusahaan kita hanya berputar, berputar, berputar di tempat saja. Kita tidak pernah maju. Kita tidak pernah benar-benar bertumbuh. Pertumbuhan yang terjadi mungkin hanya sekitar lima sampai sepuluh persen.Sebetulnya cara terbaik untuk bisa betumbuh adalah segera keluar dari roda putar itu supaya kita bisa melakukan perjalanan yang lain.
Setiap pertumbuhan itu ditentukan biasanya paling mudah adalah dengan melalui angka penjualan atau market share. Jadi pertumbuhan kalau yang pertumbuhan biasa saja itu pertumbuhan per tahunnya pertumbuhannya hanya sekitar lima sampai sepuluh persen. Tapi mengapa kita membuat program T100 ini karena kita ingin pertumbuhannya sampai seratus kali. Nah, pertumbuhan di bidang penjualan maupun di bidang pangsa pasar inilah yang menentukan usaha kita berkembang atau tidak. Dan setiap pertumbuhan pasti membutuhkan perubahan. Misalnya saja seperti dikatakan oleh pak Sandiaga Uno bahwa pertumbuhan juga membutuhkan perubahan dari model bisnis.
Albert Einstein pernah berkata kalau kita menginginkan hal berbeda tapi kita melakukan hal yang sama, itu sama halnya dengan sebuah kegilaan. Artinya tidak mungkinkita mendapatkan hasil yang berbeda kalau kita melakukan hal yang sama, sama, sama saja. Kita harus membuat terobosan, kita harus membuat perubahan.
Kalau kita mau berubah, maka ada tiga tahapan yang harus kita lakukan. Pertama adalah, Anda harus tahu dimana Anda berada saat ini. Ini penting karena kita harus tahu startnya dimana. Kedua, kita harus bisa mendefinisikan atau menentukan tempat yang ingin kita tuju. Tanpa kita bisa menentukan kemana kita mau pergi, tentunya kita juga tidak tahu harus bagaimana, harus apa dan lain sebagainya. Nah, kita juga harus masuk ke dalam tahap yang ketiga setelah tahap yang kedua tadi yaitu menentukan tempat yang ingin kita tuju adalah kalau kita ingin ke sana, ketempat yang ingin kita tuju tadi, kita ini membutuhkan apa saja? Hal-hal apa yang kita perlukan untuk bisa sampai ke sana.
Kurt Lewin dalam teorinya mengenai perubahan organisasi, ada tiga hal yang harus dilakukan. Kita tahu setelah kita mengikuti pembelajaran dari T100 ini bahwa perusahaan umumnya masuk dalam suatu keadaan yang disebut dengan status quo atau kalau kita gunakan masuk dalam hukum inertia. Biasanya untuk berubah sulit sekali. Nah, Kurt Lewin mengatakan bahwa tahap awal dari tiga tahap yang dikemukakan Kurt Lewin yaitu harus melakukan yang namanya unfreze. Artinya semacam kalau perusahaan itu sebelumnya sudah beku, itu harus diunfreze. Harus dicairkan kembali. Setelah baru bisa cair, kita kemudian melakukan yang namanya perubahan. Setelah perubahan terjadi, baru kita melakukan yang namanya refreze. Dibekukan kembali. Jadi, budaya-budaya yang telah dibentuk dari perubahan itu, itu yang kemudian digunakan untuk mencapai tujuan tadi.
Perubahan yang bisa kita lakukan biasanya dalam tiga hal yaitu pertama, perubahan dalam hal isi. Isi itu menyangkut struktur perusahaan, strategi perusahaan, proses bisnisnya, kemudian tentang teknologinya, budayanya, mungkin juga perubahan dalam hal produk dan jasa yang diberikan.
Perubahan yang kedua adalah di bidang manusianya. Yaitu bagaimana kita membuat orang-orang yang ada dalam organisasi ini menjadi lebih berinisiatif, lebih berusaha lebih baik lagi dalam artian perilakunya, dinamika budayanya ini yang diubah. Nah, perubahan dalam hal budaya ini, ini yang bisa menyangkut sebuah kultur yang berupa isi dari suatu organisasi, bisa juga dari dalam diri individu. Perubahan ini sendiri atau mengubah perilaku ini bisa melalui beraneka ragam cara. Misalnya, kalau kita ingin membuat perubahan dalam hal budaya perusahaan yang lebih entreprenurial, kita bisa menggunakan artefak-artefak atau semacam gambar-gambar yang ditempel di perusahaan, tulisan-tulisan, kutipan-kutipan yang untuk memotivasi. Jadi, artefak-artefak atau simbol-simbol yang kita pasang di perusahaan itu bisa membuat budaya berubah juga.
Yang ketiga yaitu perubahan dalam hal proses. Kalau tadi proses dalam hal isi di organisasi, proses ini yang di sini lebih bermakna pada bagaimana kita membuat perencanaan, bagaimana kita mendesain atau mengimplementasi pekerjaan. Nah, tiga hal ini yang bisa kita adakan perubahan. Jadi, perubahan di level organisasi, perubahan di level manusianya, dan perubahan di bidang prosesnya atau prosedurnya.
Dari tiga perubahan yang bisa dilakukan tadi, sebetulnya perubahan dalam hal manusia ini yang paling sulit. Mengapa? Karena mengelola manusia memang tidak mudah. Ada tujuh macam hambatan yang bisa membuat perubahan itu sulit dilakukan, pertama sikap yang tidak perduli atu berusaha semacam mengabaikan atau mungkin, “Saya tidak tahu, saya tidak butuh”, misalnya. Atau rejection, penolakan. “Saya tidak butuh”, itu tadi. Kemudian bisa juga perubahan dihambat karena, “Saya tidak bisa”. Ketika perusahaan mengharapkan staffnya melakukan sesuatu untuk tujuan yang lebih baik, mereka mengatakan tidak bisa atau bisa juga merasa pesimis. Jadi belum-belum sudah merasa, “Ini tidak mungkin berhasil”. Atau mungkin merasa terlalu berat, terlalu complicated. Ini juga bisa menghambat. Apa lagi kalau misalnya bersikap apatis atau misalnya juga, “Paling-paling ini juga untungnya bukan buat kita, buat orang lain buat pemilik”. Kadang-kadang hal seperti ini membuat hambatan untuk berubah sehingga memang perlu ada sebuah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan. Sehubungan dengan hambatan dalam perubahan ini, Gleicher, Beckhard, dan Harris punya sebuah rumus tentang perubahan. Rumus di sini maksudnya adalah sebuah persamaan, yaitu D x V x F > R. D adalah Disatisfaction artinya ketidakpuasan. V adalah Vision, F adalah First Step, dan R adalah Resistance to Change.
Kalau ketidakpuasan itu tinggi, kemudian vision atau cita-cita orang itu juga tinggi, dan dia juga mau melakukan langkah pertama, maka kalau semua itu lebih besar dari hambatan yang dimiliki, orang itu akan berubah. Jadi, kadang-kadang teori ini juga digunakan orang membuat dirinya dalam situasi misalnya sangat tidak puas, dia bisa berubah.
Misalnya, kalau misalnya saja kita balik dimana D, V, F-nya lebih kecil daripada R, misalnya saja dia merasa dalam zona nyamannya, merasa puas-puas saja, kemudian dia tidak punya visi, artinya dia seperti aliran air, santai-santai saja, dan dia tidak pernah mau melakukan langkah pertama, karena kita ada pepatah yang mengatahan bahwa perjalanan seribu kilometer juga harus dimulai dari satu langkah pertama. Maka dia tidak akan berubah karena dia sudah merasa nyaman, dia tidak punya cita-cita yang tinggi, dan dia juga tidak mau melangkah.
Kita harus bisa membuat dalam organisasi kita bahwa ada visi yang besar. Ada dream atau mimpi yang sangat besar yang membuat dia bisa mengalahkan hambatan dalam dirinya. Bagaimana menggabungkan semua teori-teori yang telah telah saya kemukakan tadi? Bagaimana membuat sebuah perubahan itu berhasil? Kita bisa juga mengacu pada teori yang dikembangkan oleh John P. Kotter. John P. Kotter membuat sebuah buku yang berjudul Leading Change dan juga The Heart of Change. Ada delapan langkah yang perlu dilakukan supaya sebuah perubahan bisa berhasil. Pertama adalah membangun urgency, artinya kita harus membuat orang-orang yang ada diperusahaan itu yakin bahwa memang kita perlu ada perubahan. Kita perlu keluar dari zona nyaman yang sudah kita miliki tanpa kita berubah, itu bisa berbahaya buat kita. Ada buku lain yang kita bisa baca yang berhubungan dengan perubahan, yaitu Who Moved My Cheese. Buku ini juga bercerita tentang kalau suatu ketika keju yang “Keju itu sebagai metafora dari penghasilan kita” itu tiba-tiba hilang, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Apa tetap bertahan di tempat itu atau kita harus segera berubah mencari tempat yang baru?
Langkah pertama tadi, membangun urgency ini adalah langkah yang merupakan langkah awal yang sangat penting. Tanpa adanya rasa bahwa ini benar-benar penting, jelas  orang susah untuk diajak berubah. Kedua adalah membentuk koalisi pimpinan yang kuat. Kita tahu bahwa kalau perusahaan itu kecil, kalau kita terdiri dari beberapa orang, umumnya ada beberapa bagian. Paling tidak ada dua bagian yaitu bagian operasional dimana itu mengelola misalnya keuangan, pemasaran, dan bagian yang memang benar-benar mengerjakan main businessnya atau bisnis utamanya. Katakanlah sebuah media cetak misalnya, ada bagian wartawannya atau redakturnya, dan juga ada bagian keuangannya. Ini dua bagian yang berbeda. Mungkin di dunia pendidikan juga sama. Ada bagian operasional, ada bagian akademik. Pemimpin di tiap-tiap bagian ini harus bisa diajak berkoalisi karena seringkali dalam prakteknya antara bagian-bagian ini belum tentu bisa berjalan bersama karena biasanya di bagian marketing selalu memberikan order-order yang banyak sementara di bagian produksinya tadi menjadi kewalahan. Jadi, kadang-kadang dalam perjalanannya mungkin tiba-tiba mereka saling tidak bisa bersinergi dengan baik. Ini harus bisa diciptakan sebuah keadaan dimana para pemimpin ini bisa bersatu, bisa berkoalisi dengan kuat.
Langkah yang ketiga adalah menciptakan visi. Visi yang harus bisa dibagikan. Ini berhubungan dengan langkah yang keempat yaitu mengkomunikasikan visi itu. Visi harus benar-benar dibuat memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai. Ini seperti teori yang tadi dimana V atau visi ini harus jelas, harus dirasa penting bagi semua orang yang ada di perusahaan itu.
Lalu langkah yang berikutnya, langkah yang kelima, memberdayakan orang lain untuk bertindak sesuai visi. Jadi maksudnya adalah, kalau memang ada orang yang dirasa belum optimal, ini harus bisa segera dioptimalkan. Memang perlu ada tim yang kita sebut dengan agent of change. Jadi, tim ini yang mengatur supaya membentuk urgency, mengatur supaya mengkoordinir pemimpin supaya jadi koalisi yang kuat, menciptakan visi, mengkomunikasikan visi, termasuk memberdayakan orang-orang yang ada.
Nah, penting adalah mencatat atau menghasilkan kemenangan-kemenangan jangka pendek. Prestasi-prestasi yang diraih dalam proses perkembangan ini harus dicatat. Supaya apa? Supaya orang yang ikut dalam perubahan ini tahu, “O, iya. Bahwa saya sudah mencapai ini. Saya berhasil membuat prestasi ini”. Kemenangan-kemenangan jangka pendek ini harus diciptakan, artinya harus dihasilkan supaya orang bisa merasakan perubahan.
Langkah yang ketujuh adalah mengkonsolidasikan perbaikan dan menghasilkan lebih banyak perubahan. Jadi, kalau kita sudah punya kemenangan-kemenangan jangka pendek, maka semua itu kita dorong sebagai sebuah langkah perbaikan, plus menambahkan tujuan-tujuan untuk perubahan lebih banyak lagi.
Langkah kedelapan adalah melembagakan pendekatan yang baru tersebut. Ini sama seperti di teori Good Lewin, yaitu setelah melakukan perubahan, kita melakukan refreze. Kita membentuk, melembagakan suatu budaya yang baru yaitu budaya yang sudah merupakan perubahan. Proses perubahan ini menjadi sangat penting karena supaya tadi, kalau kita mengharapkan suatu hal yang berbeda dengan cara yang sama, sebetulnya itu akan menjadi omong kosong. Kita harus bisa berubah kalau kita melakukan hal yang berbeda. Kita tidak bisa hanya berputar-putar di roda putar seperti tikus putih atau hamster yang bermain berputar-putar saja. Kita harus bisa melangkah keluar membuat perubahan dan menciptakan kemenangan untuk bisa mencapai hasil yang baik dan bisa tumbuh seratus kali.
Saya Nur Agustinus, semoga apa yang disampaikan bermanfaat. Salam entrepreneur..

Sumber:T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

GLOBAL ENTREPRENEURSHIP & SCALE-UP BUSINESS - Inge Gunawan

Salam entrepreneur. Halo UC Onliner, saya Inge Gunawan. Hari ini saya akan sharing mengenai Global Entrepreneurship and Scaling Up Your Business. Sebagaimana kita ketahui, bahwa globalisasi sudah tidak bisa kita cegah lagi. Banyak sekali counters atau bisnis yang bisa dibuka di berbagai tempat dan bisa dicapai atau diperoleh dengan sangat mudah. Hari ini saya akan membahas mengenai tiga hal. Yang pertama adalah bagaimana untuk mencapai globalisasi itu dengan cara ekspor, kemudian bigger  store atau kita memasuki pasar yang disebut dengan multinational company, dan yang ketiga adalah more outlets atau biasanya kita biasa tahu dengan istilah franchise atau waralaba.
Yang pertama, kita lihat bagaimana ekspor. Kita bisa lihat banyak bisnis yang berkembang mulai dengan start up dan berkembang, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan ekspor. Salah satu di antaranya adalah dengan perkembangan adanya website ataupun facebook ataupun segala sesuatu dengan perkembangan internet yang memungkinkan seseorang sekarang menjual barang, bertransaksi dengan mudah melalui online atau website. Bahkan pembayarannya pun bisa dilakukan dengan cara-cara yang sangat simpel. Setelah mereka memilih barang yang mereka lihat, kemudian mereka bisa melakukan transaksi secara online, dan barang bisa dikirim. Apabila tidak sesuai dengan permintaan, bisa dikirim kembali karena mereka sudah memberikan fasilitas juga untuk memulangkan atau mengembalikan barang atau produk tersebut.
Kemudian dengan berbagai fasilitas yang saat ini sudah mulai disediakan dengan adanya sistem ekspor secara LCL atau pun secara kontainer, atau pun kita bisa mulai ekspor dengan cara meminjam nama dari perusahaan yang lain yang sudah bergerak di bidang industri tertentu, itu bisa kita lakukan dengan mudah bagi pertama kali company yang akan melakukan ekspor. Jadi, saat ini segala sesuatunya sudah bisa sangat dipermudah untuk melakukan globalisasi.
Yang kedua, yang berikutnya adalah selling to multinational company. Seperti kita ketahui bahwa seseorang memulai start up bisnis dan akhirnya berhasil mengembangkan bisnis tersebut sangat berpeluang untuk memasuki pangsa pasar yang global dengan memasukkan barang atau produk tersebut ke multi nasional company. Artinya, kita memiliki kriteria tertentu seperti Carrefour, Hypermart, atau departmen store yang lain atau pun juga kita memasuki hotel-hotel berbintang empat atau lima sehingga produk kita semakin masuk ke pangsa pasar global.
Kemudian berikutnya adalah yang kita sebut dengan franchise. Kita bisa lihat bagaimana seseorang yang melakukan start up bisnis mulai dari kecil dan satu store, tetapi kemudian berkembang menjadi beberapa store.
Saya sendiri sebagai fasilitator di berbagai bisnis mahasiswa, saya beberapa kali mentoring projek bisnis mahasiswa ada yang memulai dengan sangat sederhana, simpel. Start up bisnis dengan satu outlet kecil, tetapi akhirnya mereka bisa mengamas itu dan mengembangkannya menjadi beberapa outlet sekaligus dan berkembang dari kota ke kota dan akhirnya bisa memasuki pangsa pasar dengan franchise. Dan mereka bisa menjual franchise tersebut.
Artinya, dari ketiga hal itu kita bisa memasuki pangsa pasar global, entah Anda mengembangkan bisnis Anda dengan cara opportunity ekspor, bisa juga melalui pangsa pasal multinational company, bisa juga Anda membuka franchise atau cabang-cabang yang baru. Ada beberapa contoh yang saya mau sharingkan, yang pertama adalah kelompok mahasiswa terdiri dari lima orang mahasiswa Universitas Ciputra yang melakukan bisnis di bidang food and beverage. Mereka melakukan bisnis ini pertamakali karena mereka merasa bahwa resources yang mereka miliki adalah di bidang food and baverage. Mereka memiliki passion disitu, kemudian mereka juga memiliki beberapa kenalan di bidang food and beverage, Akhirnya mereka memutuskan setelah berdiskusi dan melihat pasar, mereka melakukan bisnis di bidang vegetarian food. Mereka membuat produk frozen food yang sehat, alami, dari bahan nabati. Kebetulan mereka juga mengenal supplier yang bisa mereka ajak berpartner. Akhirnya mereka memulai bisnis tersebut, memulai dengan door to door, kemudian mereka memulai dengan mencoba memasukkan ke beberapa rumah sakit dan beberapa hotel. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan partner yaitu sebuah hotel berbintang empat di Surabaya dan akhirnya sampai sekarang mereka bisa membuka sebuah outlet atau sebuah pojok di hotel tersebut khusus untuk makanan mereka dan mereka mengembangkan makanan ini menjadi sangat bervariasi, kemudian betul-betul makanan ini menjadi ciri khas dari hotel tersebut. Dengan partner yang benar, dengan mereka mengembangkan bisnis ini sesuai dengan resources, dengan passion yang mereka miliki, akhirnya mereka sekarang eksis di hotel tersebut dan mereka mulai akan merambah lagi ke hotel yang lain dan juga rumah sakit.
Kemudian saya juga mengajak beberapa mahasiswa untuk mengikuti Matrade International Trade Fair di kuala Lumpur, Malaysia. Ada beberapa kelompok yang berpameran di sana dan mencoba mengambil kesempatan atau opportunity untuk mendapatkan buyer internasional, atau mereka mau melakukan ekspor. Pada waktu itu ada sekelompok mahasiswa itu juga membawa produk sumber daya/ resources dari Indonesia. Karena mereka memiliki passion dan kebetulan juga family mereka bergerak di bidang sumber daya hasil laut dari Indonesia terutama Indonesia bagian timur, maka mereka membawa beberapa ikan asin, kemudian juga seaweed atau rumput laut dan beberapa produk laut yang lain. Pada waktu itu mereka mendapat kunjungan dari salah seorang calon buyer dan kemudian mereka berdiskusi di sana, di Matrade International Trade Fair tersebut di tempat pameran itu, lalu malamnya mereka diundang dinner oleh calon customer tersebut. Dan akhirnya mereka mendapatkan deal untuk customer tersebut dan sampai sekarang customer itu menjadi pelanggan tetap mereka. Dari situ mereka mengambangkan bisnis yang luar biasa sekali untuk produk seaweed atau rumput laut. Saat ini mereka memiliki pertanian rumput laut sendiri di Madura dan di juga di Situbondo, dan mereka juga betul-betul memukul tengkulak. Artinya mereka betul-betul membeli dari para petani rumput laut tersebut dengan cash. Jadi, mereka tidak menunda atau memberikan kredit-kredit kemudian membeli dengan harga yang murah seperti yang tengkulak lakukan. Dan itu betul-betul memukul tengkulak, dan akhirnya mereka bahkan memiliki resources sendiri, artinya memiliki lahan sendiri untuk produk rumput laut tersebut.
Kemudian saya juga melihat ada beberapa mahasiswa yang mencoba untuk mengembangkan bisnis mereka dengan cara membuka cabang yang baru dan akhirnya bisa menjadi franchise. Tentunya Anda mungkin UC Onliner pernah mendengar tentang Pentol Arcip Universitas Ciputra. Dalam waktu dua puluh bulan, mereka bisa buka sembilan belas outlet di lebih dari lima kota. Dan itu luar biasa sekali. Mereka melakukannya dengan cara yang simpel pertama kali dengan satu outlet kemudian dengan berpartner dengan baik karena salah satu kebetulan juga memiliki resources di penggilingan daging, pengolahan daging dan kemudian mereka membuat itu higienis dan bagus dan kemudian mereka mengembangkannya ke kota-kota besar yang lain dengan cara berpartner juga.
UC Onliner, kita percaya bahwa dengan mengembangkan bisnis dengan effectuation principles, dan juga beberapa contoh yang saya jelaskan tadi, kita berharap bahwa kita bisa mengembangkan bisnis kita dan itu bukan hal yang sulit. Kita bisa memulainya dengan bertanya kepada diri kita dengan bisnis kita, apa yang bisa kita kembangkan, kemudian mencari partner dan peluang-peluang yang ada.
Demikian beberapa contoh mahasiswa Universitas Ciputra yang sudah berhasil untuk melakukan scaling up dari bisnis. Saya Inge Gunawan. Salam entrepreneur..

Sumber:T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

FROM SUCCESS TO SIGNIFICANT - Sudhamek AWS

Salam entrepreneur UC Onlier. Seperti yang dikatakan oleh Schumpeter bahwa sebuah negara itu maju Schumpeter itu salah satu ekonom terkemuka. Dia mengatakan bahwa satu negara itu ekonominya akan maju, salah satunya tadi selain dilahirkannya entrepreneur-entrepreneur juga adalah yang kedua adalah dibangunnya sebuah sistem yang bisa mendorong terjadinya kreativitas dan inovasi dan yang ketiga tentunya adalah inovasi itu sendiri. Kalau ini sistemnya yang kedua yang ketiga ini  ini lebih kepada hasil konkrit dari inovasi itu sendiri. Inovasi ini adalah memang kunci utama bisnis apapun pada akhirnya untuk bisa bukan hanya survive tapi menjadi pemenang dalam jangka panjang memang di inovasi.
Inovasi itu sendiri bisa dari dalam bisa dari luar, bisa karena karya dari pemikiran seseorang bisa juga karena dia itu output dari bekerjanya sebuah sistem. Artinya untuk melalukan inovasi itu perlu juga dibangun sebuah sistem sehingga bisa terdorong lahirnya inovasi tadi. Makanya Schumpeter tadi mengatakan sebagaia poin yang kedua.
Nah kalau dari pengalaman saya sendiri, yang dikatakan inovasi itu kan ada yang merumuskan inovasi itu adalah formula dari invention plus commercialization, artinya ada temuan-temuan, tapi temuan itu bisa menjadi komersil. Anda menemukan sebuah produk anda bisa membikin sebuah katakanlah sebuah pesawat super sonic, tapi kalau tidak ada nilai komersilnya that is not a innovation, that is only invention dan bisnis yang diperlukan adalah innovation dan di dalam innovation ada invention, yang kita butuhkan bukan hanya invention. Nah kedua seperti itu.
Ketiga juga yang perlu diingat yang namanya inovasi itu prosesnya, itu dimulai dari ideation, dari ideation itulah keluar creativity, creativity itulah diwujudkan dengan outcome tertentu atau output tertentu di situlah akan terjadi innovation itu yang ketiga.
Yang keempat  inovation itu bisa dilihat, jangan dilihat maksud saya bahwa itu dalam artian produk inovation proses pun juga sebuah inovation, produk itu juga bisa sebuah innovation, proses pun itu juga sebuah innovation. Nah termasuk strategi dan strategi itu adalah innovation yang paling impactfull adalah innovation dalam sebuah strategi itu yang dampaknya paling besar dia, bahkan lebih besar dari produk innovation.
Ini yang kemudian apa namanya tinggal kita sikapi kalau perusahaan kita masih kecil ya kita belum bisa muluk-muluk melakukan inovasinya dalam membangun sistem segala macam, ya sudah di sinilah lalu balik lagi peranan dari pendiri tersebut memeras otaknya keluarlah ide-ide terobosan dan kemudian ide-ide itu dia wujudkan dari sebuah ideation menjadi sebuah inovation.
Misalnya pada waktu saya ya pertama kali masuk di bisnis minuman. Saya tahu bahwa kita sebagai new player di minuman. Pemain minuman sudah cukup banyak gitu, maka saya berpikirnya masuk dari satu pintu yang dimana istilahnya kalau menyerbu ke sarang musuh kita pilih pintu gerbang yang penjaga paling lemah dan sekali lagi penjagaan itu lemah atau tidak lemah itu relatif. Relatifitas itu terletak kepada kemudian balik lagi ini inovasi yang kita lakukan baik dalam strategi, produk, preses segala macam. Pada saat itu kemudian saya masuk minuman itu dengan memperkenalkan jenis minuman yang memang belum ada di pasar balik lagi ini differentation ini saya katakan. Yang disebut namanya jelly itu adalah masuk dalam kategori confectionary itu bukan minuman, itu di situ kemudian saya modifikasi sedemikian rupa jelly itu saya buat lebih encer sehingga dia bisa diklip menjadi jelly drink minuman tapi bukannya hanya sekedar bentuk minuman jelly drink tapi saya tambahkan ingredient tertentu yang memberikan nilai tambah bagi konsumen kita. Terus ada differentationnya itupun saya luncurkan dengan packaging yang sedemikian rupa yang di pasar saat itu belum ada. Singkat kata dari packaging, dari produknya  dari apa cara menjualnya dari komunikasinya semua kita bikin memang berbeda dan perbedaan itu sekali lagi di appreciate oleh konsumen dan itu yang kemudian membuat menjadi sebuah keberhasilan. Okky Jelly Drink itu kan riwayatnya seperti itu, jadi sekedar contoh saja
jadi seperti yang saya katakan tadi bahwa kalau bisnis itu kita lihat bukan  sebagai sebuah prasarana menghasilkan profit yang sebesar-besarnya. Itu dulu kalau kita kuliah kan diajari ekonomi terutama dalam pengantar ilmu ekonomi itu kan prinsip ekonomi itu adalah bagaimana dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya menghasilkan yang sebesar-besarnya. Itu saya bilang itu prinsipnya orang judi. Tentu maksudnya tidak seperti itu, sebetulnya kalau dijabarkan kan jadi dua prinsip kan dengan pengorbanan sekecil-kecilnya menghasilkan hasil yang tertentu, dengan pengorbanan tertentu menghasilkan hasil sebesar-besarnya. Itu baru lebih make sense ya kan. Nah, di situ memang lalu kemudian sebuah bisnis di situ dengan pengorbanan tertentu menghasilkan yang sebesar-besarnya, yang sekecil-kecilnya menghasilkan  yang tertentu di sini tentunya akan menghasilkan nilai tambah. Nilai tambah dalam bahasa seorang accounting disebut dengan profit, bahasanya accounting itu profit, kalau sebagai konsumen lain lagi dengan nilai tambah karena konsep value itu tergantung pakai konsepnya orang keuangan atau konsepnya seorang filosof atau konsepnya orang makro itu sudah beda pengertian nilai itu. Nah dalam konteks ini, profit itu memang diperlukan seperti apa yang saya katakan tapi itu untuk menumbuhkan usaha. Itulah pertumbuhan usaha yang paling sehat sumbernya uangnya itu dari mana bukan dari bank, dari hasil operation. Hasil operation itu baru akan ada uang lebih kalau ada profit.
Kalau uang yang dihasilkan sama dengan pada waktu dia beli bahan mentah dan untuk membayar gaji karyawan uangnya itu berputarnya ke situ terus nggak ada cash flow yang lebih. Free cash flow inilah yang diperlukan supaya bisa tumbuh lebih besar lagi, tapi sekali lagi seperti tadi yang saya katakan kalau bisnis itu hanya orientasinya kepada profit maka suatu ketika kita akan di tingkat economic animal ini yang mesti hati-hati.
Manusia kalau ditanya semua pasti kepengennya hidup untuk bahagia, nggak ada satu orangpun yang ditanya eh ada nggak kamu ada yang bercita-cita suatu ketika kamu kepengen semakin lama semakin menderita, saya percaya nggak ada satu manusia pun yang seperti itu. Dan unfortunately kebahagiaan itu bukan hanya monopoli orang kaya, kebahagiaan itu bukan terkait soal apa yang dimiliki, karena kebahagiaan itu sebetulnya rumusnya adalah total possesion dibagi desire itu happines. Apa yang dimiliki itu dibagi dengan apa yang diinginkan, kalau yang dimiliki itu tertentu keinginannya tambah lama tambah membesar sebuah bilangan dibagi dengan bilangan tambah besar hasilnya tambah kecil, kebahagiannya turun. Sebaliknya dia punya hanya punya secukupnya saja keinginannya sangat terkendali bahkan sangat minimal sekali sebuah bilangan tertentu dibagi dengan bilangan semakin kecil hasilnya semakin bertambah besar. Nah ini yang perlu disadari bahwa kita kepengen semuanya bahagia.
Bisnis itu bukan tujuan akhirnya untuk mencari profit, bisnis itu hanya sekedar sarana supaya mengisi kehidupan kita supaya lebih bermakna itu yang sering saya katakan from succes to significant, dari keberhasilan menuju ke bermaknaan dan kita baru sekali lagi mengatakan menuju kebermaknaan kalau memang bisnis yang kita bangun itu berfaedah bagi banyak orang balik lagi urip iki urup, jadi hidup itu memang harus berfaedah untuk banyak orang. Dan sekali saja anda memiliki motivasi yang mulia seperti itu energi akan mengalir dengan sendirinya anda tidak akan merasa lelah atau kelelahan didalam membangun dalam bisnis mengembangkan bisnis bukan karena keserakahan bukan karena lebih ingin mengejar profit bukan karena kepengen menjadi monopolistik, tapi karena ada tujuan-tujuan lain yang lebih mulia yang ingin dihasilkan. Kalau seperti itu dijamin orang itu pasti akan lebih bahagia, saya tidak mengatakan pasti bahagia, karena bahagia itu sesuatu yang  mudah diucapkan susah dicapai pasti lebih bahagia lebih tapi belum tentu bahagia tapi kan sudah mending tambah kaya tambah bahagia, bukan tambah kaya tambah menderita. Lebih celaka lagi tambah tidak punya tambah menderita. Seorang entrepreneur harus punya nilai-nilai luhur seperti itu, itu sekali lagi membedakan entrepreneur dengan seorang saudagar pedagang semata-mata.
Sampai jumpa UC Onliner..

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

MEMBANGUN BISNIS GLOBAL - Ciputra

Hari ini pertanyaan bahwa brand lokal bisa bersaing dengan brand luar negeri. Anda harus menjadi leader di dalam negeri, baru Anda akan bisa bersaing dengan brand luar negeri. Ada orang memikir, “Saya ingin bersaing dengan produk luar negeri”, tapi di dalam negeri pun dia belum menjadi leader. Itu terlalu cepat. Kita menciptakan brand yang menjadi ingatan untuk menjadi ingatan untuk semua orang dalam negeri. Kami teringat pada kira-kira lima belas tahun yang lalu. Kami pergi ke vietnam untuk investasi. Dalam project di Vietnam kurang lebih dari 300 hektar lebih di dalam kota. Sekarang menjadi icon daripada kota Vietnam. Kami membawa, kenapa kita di Vietnam? Inilah key factor effect sebab entrepreneur cepat memikirkan sesuatu yang baru. Kita mau pikirkan yang baru, kita usul bahwa ada yang baru, yang masuk diakal. Dia mungkin ditolak karena pertama-tama mungkin ditolak.
Saya waktu itu datang sampai menemui presiden dari Vietnam, yaitu ketua partai komunis. Mereka mengundang kita untuk investasi di luar negeri. Saya katakan kepada presiden Vietnam, “Ini memasuki globalisasi, Anda perlu kota yang standarnya internasional. Jadi, saya sudah membangun Indonesia beberapa kota yang standarnya internasional. Saya memakai referensi keberhasilan saya di Indonesia, tambah saya mempunyai usul membangun kota internasional. Termasuk fasilitas yang internasional. Itulah menjadi keberhasilan saya membangun dan kota itu sukses sekali. Tiap orang datang ke kota ibu kota Vietnam yang Hanoi selalu harus melalui proyek kita. Pintu gerbang namanya juga Ciputra International.
Jadi, brand lokal ingin menang persaingan di internasional apabila dalam negerinya sudah mempunyai prestasi. Seperti Martha Tilaar tadi, kalau dia dalam negeri belum menjadi leader di sini, jangan coba-coba datang ke sana. Dalam negeri pun belum menjadi leader, jadi Anda harus berusaha untuk menjadi leader dalam negeri, menjadi brand image dalam negeri, menjadi ikon dalam negeri maka itu referensi yang paling baik.

Sumber:T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

MENINGKATKAN PROFIT & KAPASITAS USAHA - Nur Agustinus

Salam entrepreneur UC Online. Kali ini saya akan membahas bagaimana cara mengembangkan usaha. Sebetulnya ada tiga hal yang bisa mendongkrak usaha kita. Yaitu, pertama adalah network yang kita miliki atau siapa saja yang kita kenal. Jaringan yang kita punya. Yang kedua adalah masalah uang. Modal. Dengan uang tentunya uang yang untuk investasi akan bisa menghasilkan sebuah kontribusi buat usaha kita. Yang ketiga adalah penggunaan teknologi. Teknologi ini bisa mempermudah pekerjaan, bisa menambah produktivitas dan sebagainya. Namun sebagai pengusaha tentunya kita ingin usaha kita itu mengalami keuntungan. Bagaimana cara kita meningkatkan keuntungan?
Pada dasarnya ada tiga hal atau tiga cara untuk meningkatkan keuntungan yaitu yang pertama adalah menaikkan harga. Yang kedua adalah kita harus melakukan penghematan atau efisiensi. Dan yang ketiga adalah kita menjual lebih banyak. Nah, tiga cara ini sebetulnya berawal dari rumus bahwa profit adalah pendapatan dikurangi biaya. Ketika pendapatan kita lebih besar daripada biaya maka kita akan mendapatkan keuntungan. Jadi, kita harus bisa memperbesar beda antara pendapatan dengan biaya tersebut. Ini adalah cara meningkatkan profit karena perusahaan yang mendapatkan profit adalah perusahaan yang mempunyai peluang untuk bertumbuh.
Kalau kita sudah tahu bahwa bagaimana cara kita untuk meningkatkan profit atau laba usaha kita, maka sebenarnya ada tiga cara untuk mengembangkan usaha yang perlu diperhatikan. Pertama adalah cobalah untuk meningkatkan atau memperbanyak jumlah pelanggan Anda. Pelanggan kita misalnya anggap saja 100 orang. Cobalah Anda lakukan strategi atau cara untuk membuat pelanggan Anda semakin banyak. Misalnya menjadi 200, menjadi 300, dan seterusnya. Berlipat-lipat lebih banyak. Yang kedua, kalau pelanggan Anda misalnya ada seratus, cobalah tingkatkan frekuensi pembeliannya. Misalnya, buatlah pembelian yang dilakukan oleh pelanggan Anda itu menjadi lebih sering. Misalnya, kalau dulunya satu pelanggan itu membelinya seminggu sekali, buatlah dia bisa membeli dalam seminggu dua kali atau lebih sering. Dan yang ketiga, tingkatkan jumlah unit barang yang dijual. Artinya, buat pelanggan bisa beli lebih banyak atau perbanyak jenis barang yang Anda jual. Jadi, kalau misalnya Anda sebelumnya menjual hanya beberapa item barang, lebih banyaklah supaya pembelu atau pelanggan Anda mempunyai pilihan-pilihan untuk membelanjakan lebih banyak lagi. Tentunya ini tidak lepas dari sumber daya yang kita miliki sebagai pemilik usaha.
Setelah kita mengetahui tiga hal untuk mengembangkan usaha tadi, ada lima hal yang perlu untuk dilakukan. Pertama adalah, perhatikan masalah kapasitas usaha yang Anda miliki. Kapasitas usaha ini contohnya dalah sebagai berikut. Misalnya ada seorang pengusaha mikro, dia usahanya berjualan nasi bungkus dengan motor, dengan gerobaknya. Dimana satu gerobaknya itu dia hanya bisa membawa maksimum lima puluh atau anggaplah seratus nasi bungkus. Maka kalaupun misalnya ada permintaan dua ratus, dua nggak akan bisa. Karena apa? Karena kapasitasnya memang sudah begitu. Untuk bisa membuat atau mengambangkan usahanya, dia harus mengubah kapasitas usahanya itu. Seringkali kapasitas usaha juga tergantung dari seberapa besar tempat yang kita miliki. Misalnya kita punya rumah makan, rumah makan itu luasnya sekian meter persegi. Kemudian itu hanya bisa ditempati oleh beberapa orang sekaligus. Kadang-kadang ketika begitu banyak permintaan, akhirnya kita tidak bisa menampungnya dengan baik. Atau juga misalnya saja kita berusaha di bidang sablon. Kapasitas sablon kita misalnya satu hari sekian banyak kos misalnya. Begitu melebihi kapasitas mungkin akan menjadi persoalan. Kalau kita mau mengembangkan usaha, memang kapasitas usaha ini harus ditingkatkan juga.
Yang berikutnya adalah cobalah untuk membuat orang lebih banyak membeli. Jadi artinya kita membuat daya tarik itu makin besar sehingga pelanggan itu makin banyak yang datang kepada kita. Ini ada banyak cara. Promosi dan sebagainya. Lalu cobalah untuk melakukan upgrade pelanggan yang sudah ada. Yang biasanya beli lima puluh cobalah untuk membeli seratus kemudian yang beli seminggu sekali buatlah menjadi seminggu dua kali. Lalu yang paling penting, ketika proses pengembangan usaha ini ada hal yang tidak boleh dilupakan yaitu masalah internal usaha. Yaitu Anda perlu meningkatkan moral kerja internal. Artinya, staff atau pegawai Anda termotivasi dan terinspirasi sebab mereka tanpa mengerti apa untungnya buat mereka dengan besarnya atau makin besarnya usaha ini, mereka juga akan tidak begitu termotivasi. Ini perlu bersama-sama. Jadi, di sini unsur leadership atau kepemimpinan sangat penting. Lalu, buat juga pilihan usaha yang lebih baik. Lebih banyak juga. Sebab produk yang lain atau jika perlu seperti kata pak Ciputra, lakukan diversifikasi usaha. Buka usaha baru. Jadi semuanya adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun usaha, mengembangkan usaha supaya menjadi lebih besar.
Saya Nur Agustinus. Salam entrepreneur..

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneursip Online

MENGIDENTIFIKASI PELUANG DARI PELANGGAN UNTUK BERTUMBUH (Bag. 4) - Antonius Tanan

Salam Entrepreneur UC Onliner..
Sekarang kita tiba pada cerita babak akhir dari Joko ini. Setelah joko bisa mengidentifikasi peluang, mengembangkan gagsan yang kreatif dan inovatif, sekarang tiba saatnya dia memverifikasi semua yang sudah dia persiapkan supaya resikonya bisa dikendalikan. Dan di bagian ini juga kita akan bersama-sama akan mendengar tentang kesimpulan dari semua yang sudah kita bahas bersama-sama. Masih ada satu lagi, bagaimana dia mengelola resikonya? Untuk itu ada rumus sederhananya. Namanya VIP supaya kita gampang menghafalnya. Namun, V nya berarti Verifikasi atau menguji dan memastikan. I-nya apa? Ikut sertakan pihak lain untuk kita bisa mengurangi resiko. P-nya apa? Pemesanan dan pembayaran di muka.
Saya akan memberikan contoh. Untuk verifikasi, menguji dan memastikan, maka Joko melakukan berbagai hal ini. Joko membawa gagasan-gagasan kreatifnya kepada komunitas Pansel. Tadi contohnya menu-menu baru yang Jombo, yang langsing, the pansel, kopi pansel, dia buat contohnya. Lalu dia ajak teman-teman komunitas Pansel untuk mencoba, memberikan kritik dan saran lagi. Ah, ternyata mereka menyambut. Jangan lupa UC Onliner, bukankah Joko mengembangkan gagasan itu memang aslinya berasal dari masalah dan saran komunitas ini? Tidak heran ketika pototypingnya dibuat, itu mirip dengan harapannya komunitas Pansel ini. Bahkan komunitas Pansel ini minta saat ulang tahun komunitas dibuatkan menu-menu yang lebih khusus lagi. Namun, Joko kurang puas, dia ingin lebih memastikan dia ingin kurangi resiko kegagalannya sehingga kemudian dia survey, dia cari di Jakarta ini warung Pansel yang paling terkenal dimana? Diadatang ke sana, survey mengamati. Bukanitu saja, istrinya belajar dari seorang ibu ahli masak tentang menu Pansel supaya dia bisa yakin bahwa menu yang dia masak betul-betul cocok dengan lidahnya kelompok masyarakat dari Pantai selatan ini.
Nah itulah berbagai cara yang kita bisa lakukan sebelum kita sungguh-sungguh melakukan bisnisnya, kita melakukan verifikasi dulu. Verifikasi tujuannya menguji dan memastikan apa yang sudah kita siapkan nanti di lapangan bisa terjadi sesuai cita-cita dan harapan kita. Itu yang V.
Sekarang bagaimana yang I? Salah satu cara untuk mengurangi resiko adalah mengikutsertakan pihak lain. Jadi, kita berbagi resiko. Joko ingin mengurangi resiko memiliki persediaan barang. Caranya bagaimana? Dia mengajak teman-teman dari komunitas Pansel untuk ikut menjadi pemasok untuk makanan-makanan camilan. Mengundang mereka untuk menjadi pemasok sehingga berbagi resiko, termasuk berbagi untung. Dengan cara itu bukan saja Joko mengurangi resiko, tapi dia juga membangun pertemanan yang lebih erat. Teman-teman dari komunitas Pansel ini bukan sekedar menjadi pelanggan dia, tapi juga punya kesempatan menjadi pemasok dia. Dengan cara cerdik, dia mengurangi resiko, dan juga dia membangun relasi dengan pelanggannya.
P apa? P adalah pemesanan dan pembayaran di muka. Bagaimana caranya untuk menciptkana ini? Joko kemudian berpikir untuk menawarkan diskon 10 % untuk pelanggan yang mau menyimpan deposit 100 ribu. Jadi pelanggan tidak perlu pusing setiap pesan harus bayar, dia sudah bayar deposit, tinggal dicatat, nanti setiap kali dia belanja depositnya berkurang, setiap akhir minggu dibuat perhitungan. Apakah ini suatu hal yang baik untuk Joko?  Tentu. Joko memastikan pelanggan sementara itu dia juga memastikan barang-barangnya ada yang beli. Bukan kah ketika orang menyimpan deposit, dia cenderung datang ke tempat itu?
UC Onliner sekarang kita tiba pada bagian daripada kesimpulan. Di depan saya berbagai tentang satu filosofi dari Pak Ciputra tentang pelanggan yang mengatakan, Pelanggan adalah sumber informasi, sumber inspirasi, dan sumber inovasi. Kemudian kita berpikir bagaimana mewujudkan ini di lapangan sebagai seorang entrepreneur? Untuk itu, dari panduan utama ini kita bersama-sama belajar bagaimana panduan utama ini kita padukan dengan tiga kata kunci daripada entrepreneruship yaitu peluang, inovasi, dan resiko. Bagaimana kita bisa mengidentifikasi peluang dari pelanggan, berinovasi dari pelanggan dan untuk pelanggan, dan bagaimana kita mengurangi resiko bersama dengan pelanggan.
Untuk memudahkan, kami berbagi kepada Anda beberapa alat bantu. Bagaimana caranya untuk menemukan peluang dari masalah? Yaitu gunakan ABBA. Amati pelanggan, Bertanya pada pelanggan, Berdiskusi dengan pelanggan, kemudian Analisa. Yang kedua, bagaimana mengembangkan gagasan-gagasan yang kreatif supaya gagasannya banyak? A good idea comes from a lot of idea. Gunakan alat bantu TaKuTirRuKo. Apa saja yang bisa ditambahkan? Apa saja yang bisa dikurangkan? Apa yang bisa kita tiru dari orang lain? Apa yang kita bisa ubah? Dan kemudian, apa yang kita bisa kombinasikan dari berbagai hal itu? Itu alat bantunya. Dan yang ketiga, bagaimana cara mengelola resiko supaya resikonya mengecil dan jika perlu hilang. Alat banyunya namanya VIP. V-nya verifikasi, Inya-Ikut sertakan pihak lain, P-nya pemesanan lebih dahulu atau pembayaran lebih dahulu.
UC Onliner, harapan kami Anda semua bersama-sama sudah belajar tetang bagaimana caranya mendaratkan kalimat pak Ciputra yang mengatakan pelanggan adalah sumber informasi, inspirasi dan inovasi. Bagaimana dari pelanggan kita memperoleh informasi dan kemudian menjadi inspirasi, dan kemudian kita berinovasi. Dan dengan cara itu kita menumbuhkan usaha kita. Kami berharap Anda terus mengembangkan usaha Anda, dan Anda menajdi bagian dari perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menciptakan lapangan kerja dan ikut serta memakmurkan negeri. Terimakasih atas perhatian Anda. Salam Entrepreneur..

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

RISK MANAGEMENT (Bag. 3) - Teddy Saputra

Hai. Salam entrepreneur UC onliner. Sekarang kita masuk ke bagian ketiga ya? Pengenalan manajemen resiko. Saya akan memberikan suatu teori mengenai proses manajemen resiko. Pada bagian-bagian sebelumnya, pada bagian pertama kita sudah membahas tentang apa sih itu resiko, sedangkan pada bagian kedua kita sudah membahas jenis-jenis resiko yang kemudian kita tekankan pada resiko-resiko yang akan terjadi pada bisnis Anda yang mengancam bisnis Anda yaitu resiko murni dan resiko spekulatif.
Nah sekarang resiko-resiko tersebut sebagaimana saya sudah jelaskan sebelumnya sebagai entrepreneur Anda tidak bisa, Anda tidak bisa menghindari resiko tersebut. Itu bukan suatu tindakan entrepreneur bukan? Nah justru Anda harus mengahadapi resiko tersebut tetapi mengahadapi resiko tersebut tanpa senjata, tanpa pengetahuan, tanpa persiapan, itu juga konyol karena Anda seperti berperang tanpa senjata. Itu suatu hal yang konyol bukan? Itu juga bukan tindakan entrepreneur. Apa yang harus Anda lakukan sebagai seorang entrepreneur? Sebagai seorang entrepreneur sebagaimana Pak Ci katakan kepada kita semua “Entrepreneur adalah calculated risk taker”. Risk taker, Anda harus berani mengambil resiko tetapi dengan mengkalkulasi resiko tersebut, menghadapinya dan mengubah resiko tersebut menjadi peluang bagi Anda.
Pada bagian ketiga ini kita akan membahas tentang proses bagaimana manajemen resiko itu berjalan. Proses manajemen resiko. Pada dasarnya manajemen resiko dilakukan melalui proses-proses berikut ini. Satu, identifikasi resiko. Anda harus mampu untuk mengidentifikasikan resiko. Kedua, setelah resiko teridentifikasi, Anda harus mampu mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut. Dan kemudian yang terakhir adalah mengelola resiko tersebut. Tiga tahap dalam proses resiko. Pertama, Anda harus mampu untuk mengidentifikasikan resiko. “Mas, ini resiko jenis apa?”. Seperti yang tadi saya bilang, resiko murni kah? Resiko spekulatif kah? Atau resiko jenis apa ini yang Anda hadapi, yang Anda akan hadapi. Kedua, setelah Anda mengidentifikasikan resiko tersebut, Anda harus mengevaluasi dan mengukur kemungkinan resiko itu terjadi pada bisnis Anda. Aku bilang Anda melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan perusahaan Anda. Anda akan menghadapi resiko. Tapi sebelumnya Anda mengevaluasi dan mengukur resiko-resiko tersebut. Dan terakhir Anda harus mampu untuk mengelola resiko yang akan Anda hadapi itu.
Identifikasi resiko, proses pertama. Ada banyak teknik untuk mengeidentifikasikan resiko ini. Contohnya, menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Saya kasih contoh yang mudah ya? Misalnya, api terhadap kompor, kemungkinan terjadi resiko kebakaran. Api pada kompor mempunyai rsiko yaitu kebakaran. Kompor merupakan exposuere dari resiko tersebut dan kebakaran adalah peril dari resiko. Paham ya? Ini cara paling mudah menganalisis terjadinya resiko. Mengidentifikasi resiko Anda menggunakannya dengan menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Satu, api Anda nyalakan diatas kompor. Anda akan berhadapan dengan resiko kebakaran. Seperti itu. Kedua, melihat karakteristik dari suatu bisnis. Contohnya, misalkan bank. Bank akan mengahadapi resiko kredit karena salah satu fungsi bank adalah menyalurkan modal ke masyarakan bukan? Sebagai penyalur masyarakat, bank harus mengerti bahwa pembayaran hutang kemungkinan tidak lancar karena itu bank harus mengerti sebagai bisnis bank, sebagai mengelola suatu bank, mereka akan menghadapi resiko kredit. Begitu juga terhadap perusahaan Anda. Perusahaan Anda yang memberikan piutang kepada toko-toko yang Anda harapkan untuk menjual produk Anda. Atau Anda yang sekarang menjalani perusahaan ritel di desa-desa dimana pembeli-pembeli Anda datang ke toko Anda kemudian berhutang, Anda harus mengerti bahwa pada saat Anda memberikan piutang kepada orang lain, maka Anda akan mengahadapi resiko yang disebut sebagai resiko kredit. Contohnya yang keempat adalah bank yang aktif memperdagangkan sekuritas berupa sahan dan sebagainya akan mengahadapi resiko pasar dimana Anda mengetahui bahwa saham berfluktuasi. Hari ini seribu, besok bisa seripu seratus dan sebagainya.
Yang kedua adalah evaluasi dan pengukuran resiko. Setelah Anda mampu mengidentifikasikan resiko bahwa bisnis Anda akan menghadapi resiko ini. Resiko murni atau menghadapai resiko spekulatif. Misalkan Anda mempunyai usaha pabrik, Anda mempunyai bangunan, Anda harus mengerti  mengidentifikasikan bahwa suatu saat mungkin bangunan Anda akan terbakar. Anda akan mempunyai resiko murni. Setelah diidetifikasikan, Anda harus mampu untuk mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut. Bagaimana itu mengevaluasi dan mengukur resiko? Satu, Anda harus mempelajari karakteristik dari resiko yang Anda identifikasikan tersebut, kemudian Anda melakukan pengukuran terhadap resiko. Pengukuran mengukur, mengembangkan ukuran besar kecilnya resiko tersebut. Anda mempunyai usaha pabrik, Anda mempunyai bangunan. Anda harus lihat bagaimana kemungkinan terjadinya resiko bangunan saya akan terbakar. Anda lihat misalkan di samping-samping Anda ada tumbuhan pohon-pohon ilalang, kudian di sebelahnya lagi ada rumah-rumah masyarakat. Anda harus bisa memperhitungkan. Jangan-jangan nanti dari rumah masyarakat ini melempar api ke ilalang, kemudian tumbuhan ilalang tersebut akan membakar bangunan Anda. Contohnya itu. Bagaimana besarnya kemungkinan itu terjadi, itu dinamakan evaluasi dan pengukuran resiko.
Kemudian yang ketiga, mengukur dampak resiko tersebut terhadap organisasi. Bagaimana apabila terjadi bangunan tersebut terbakar? Apa dampaknya terhadap organisasi bisnis Anda keseluruhan? Bagaimana Anda mengukurnya? Apabila bangunana Anda terbakar, di dalamnya ada banyak persediaan Anda, bagaimana dampaknya pada organisasi? Begitu ya? Anda harus mampu mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut.
Kemudian yang keempat adalah evaluasi dan pengukuran resiko bisa digunakan untuk melakukan prioritas resiko. Selanjutnya adalah contoh-contoh teknik bagaimana Anda mengukur resiko tersebut. Dengan probabilitas. Dengan value at risk atau kita kenal sebagai VAR. Kemudian bisa juga dengan metode durasi. Dengan matriks severity atau frekuensi. Bisa dingan standar defiasi secara statistik. Dengan Credit Metrics. Dengan tabel kematian.
Setelah Anda mengukur, setelah Anda mengidentifikasi, kemudian Anda mengukur resiko, yang terakhir Anda hasrus memutuskan bagaimana mengelalo resiko tersebut. Ada beberapa cara untuk mengelola resiko tersebut. Yaitu ada enam cara. Satu, Anda menghindari resiko tersebut. Dua, resiko tersebut Anda tahan. Atau menahan. Retention terhadap resiko tersebut. Ketiga, diversifikasi. Anda mendiversifikasi resiko tersebut. Yang keempat, Anda mentransfer resiko tersebut. Yang kelima, Anda mengendalikan resiko tersebut atau risk control. Yang keenam adalah pendanaan resiko. Anda sudah mempertimbangkan bagaimana apabila resiko tersebut terjadi, Anda mempersiapkan pendanaan bagaimana agar resiko tersebut tidak mengefek kepada organisasi bisnis Anda secara keseluruhan.
Kita bahas satu-satu. Bagaimana Anda menghindari resiko? Ini adalah cara yang paling mudah saudara-saudara. Bagaimana Anda lari terhadap resiko tersebut. Cari aman bahasanya. Anda tahu bahwa apa bila Anda membuka bisnis ini bangunan Anda kemungkinan terbakar, ya jangan membuka bisnis itu. Itu cara satu bagaimana Anda menghindari bisnis. Anda mengetahui resiko, Anda mengidentifikasi, “Ah, nanti terjadi kemungkinan usaha saya bisa kebakar ini. Kemungkinan usaha saya nggak laku”. Apabila Anda bikin usaha contohnya membuka warung, toko Anda nanti resiko nggak? Resiko. Resikonya apa? Nanti tokonya kebakaran atau kedua nanti jangan-jangan tidak laku. Nah, bagaimana Anda memanajemen resiko apabila Anda menghindari resiko tersebut ya jangan membuka bisnis itu. Nggak usah buka toko. Itu bukan tindakan entrepreneur seperti yang saya katakan tadi.
Yang kedua adalah menahan resiko tersebut. Seorang yang menghindari kendaraan dengan tidak mengasuransikan mobil misalnya. Dia tahu bahwa dengan mengendarai kendaraan dia akan mengahadapi resiko mobilnya ketabrak. Terjadinya kecelakaan. Dia nggak usah mengada, “Ya udah lah. Jalani aja”. Nah, itu contohnya metode menahan resiko atau retention.
Yang ketiga adalah diversifikasi. Ini salah satu cara yang baik. Misalkan Anda membuka usaha toko es. Anda menjual es. Menjual es pada musim panas laku esnya. Banyak yang beli tentunya. Tapi apa yang terjadi apabila musim hujan ini? Apabila musim hujan kemungkinan orang yang makan es akan berkurang. Dingin. Bagaimana caranya agar resiko pada musim hujan ini tidak jadi? Jangan-jangan pada musim hujan Anda tidak laku, Anda menghadapi resiko rugi di situ. Bagaimana nih caranya? Dengan metode diversifikasi, berarti Anda membuka suatu usaha lagi. Contohnya dalah pada musim huajn Anda membuka usaha penyewaan payung. Misalnya kayak gitu. Jadi pada saat musim panas Anda menjual es, pada saat musim hujan, musim dingin, es Anda tidak laku, usaha Anda di sini menyewakan payung laku. Mendiversifikasikan resiko seperti itu. Jadi Anda bisa mempunyai dua bisnis, membagi, mendiversifikasikan resiko terhadap dua bisnis tersebut.
Yang keempat adalah transfer resiko. Anda mentransfer resiko. Contohnya adalah asuransi. Misalkan kembali lagi apabila Anda memiliki usaha ritel. Anda memiliki bangunan untuk toko. Anda tahu mengidentifikasikan bahwa bangunan toko saya bisa terbakar. Dengan metode mentrasfer resiko, Anda membeli asuransi kebakaran. Contohnya kayak gitu. Jadi waktu bangunan Anda terbakar, Anda bisa klaim asuransi, asuransi akan membayar kerugian atas bangunan Anda yang terbakar. Ini namanya mentransfer resiko ke perusahaan asuransi.
Kemudian mengendalikan resiko atau risk control. Apa itu pengendalian resiko? Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya resiko. Menyiapkan payung sebelum hujan. Misalkan contohnya kayak gitu ya? Bila Anda tahu, bila Anda sudah mengidentifikasikan resiko, apabila Anda mempunyai bangunan toko, Anda akan mengidentifikasikan bahwa ini jangan-jangan suatu hari bangunan saya akan terbakar. Contonya seperti itu. Anda cegah misalkan contohnya Anda menyiapkan alarm asap atau Anda menyiapkan tabung-tabung anti kebakaran. Suatu saat jika bangunan tersebut terbakar, Anda bisa cepat bertindak kemudian menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut. Itu contohnya mengendalikan resiko. Ada satu upaya apabila resiko itu terjadi maka Anda mengupayakan sesuatu agar resiko itu tidak menghantam Anda.
Yang terakhir adalah pendanaan resiko. Pendanaan resiko Adalah suatu proses bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika resiko tersebut muncul. Misalkan resiko Anda misalkan kembali lagi ke kasus tadi. Anda mempunyai toko, Anda sudah mengidentifikasikan bahwa toko Anda ini punya toko adalah eksposur bangunan ini adalah eksposur terjadinya peril kebakaran. Toko Anda mempunyai resiko kebakaran. Pendanaan resiko, berarti Anda berpikir, “Wah, kalau sampai kebakaran bagaimana ini?”. Bagaimana Anda menghadapai resiko tersebut? Satu,  Anda bisa mengasuransikan. Misalnya contohnya gitu. Atau bisa dua, menggunakan dana cadangan. Jadi ada dari setiap penjualan produk Anda, Anda menyisihkan beberapa ratus atau beberapa rupian yang Anda tabungkan, yang Anda simpan sebagi dana cadangan apabila terjadi bangunan toko Anda terbakar, Anda mempunyai dana untuk membiayai bangunan-bangunan yang baru. Contohnya itu. Tentu akan lebih baik jika Anda mengasuransikannya ketimbang Anda mengaturnya sendiri seperti itu.
Selesailah bagian ketiga dalam manajemen resiko. Saya berharap semoga apa yang dapat saya sampaikan ini membuka wawasan Anda terhadap manajemen resiko dan mendorong Anda untuk berani mengambil resiko tetapi tidak konyol. Tidak konyol dalam arti mengahadapi resiko tersebut tanpa persiapan apa-apa. Silakan ambil bahan-bahan yang telah saya sampaikan kepada Anda. Sekian kuliah pengantar resiko manajemen. Saya teddy dari UCEO dan salam entrepreneur.

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online