Selasa, 25 Februari 2014

A NEW MINDSET FOR SCALING UP - Sandiaga Uno

Salam Entrepreneur UC Onliner

Jadi kalau kita melihat memang suatu konsep memulai usaha dan kalau saya bisa merefleksikan kembali ke awal tahun 1997 waktu saya memulai usaha itu situasinya memang sangat berbeda. Start up yang saya lakukan itu bukan karena peluang, tapi karena saya sedih. Saya waktu itu di-PHK dari satu pekerjaan. Satu yang melandasi kita waktu memulai periode itu adalah survival. Dalam suatu survival, acuan survival itu adalah apa aja kita kerjain. Pokoknya dimana kita harus bisa tetap survival. Ibarat kita kecemplung ke air, kita harus pakai gaya apa pun untuk supaya mengapung.

Kalau kita berbicara mengenai scale up, ini betul-betul a different ball game of together. Karena kalau kita untuk survival, start up itu bisa gaya ngapung model kiri kanan, tangan ke samping ke kiri ke kanan yang penting asal ngapung, kita bisa lakukan itu. Tapi begitu kita memiliki suatu tujuan, dan memulai menata daripada business plan kita, kita harus belajar betul-betul skill untuk scale up. Bagaimana kita belajar beranang gaya bebas, gaya dada, bagaimana kita teknik pernapasan, bagaimana kita bisa membaca arus, bagaimana kita bisa mempelajari rythm, sehingga kita bisa mencapai tujuan itu dengan baik.

Nah, dengan perusahaan itu juga sama. Scale up itu sangat-sangat penting untuk terutama kalau kita melihat banyak sekali teman-teman di UKM itu kalau dilihat kita kan sekarang punya 55 juta lebih pelaku usaha mikro kecil menengah dan 99% itu adalah usaha mikro. Kalau kita datang, saya kebetulan itu SMA di Jakarta Selatan nglihat usaha mikro yang sekitar sekolah saya itu sepuluh tahun setelah itu, dua puluh tahun setelah itu, tiga puluh tahun setelah itu begitu saya kembali, pelakunya masih sama, berjalan di tempat. Kenapa? Karena mereka kembali hanya berkutat pada suatu survival skill ability saja. Mereka belum meikirkan bagaimana untuk scale up. Kalau saya tanya pada mereka, “Pak, kenapa masih berjualan nine to five?” Atau jam sembilan sampai jam lima. Ya, karena ada tugas-tugas lain. Yang penting katanya satu, anak sudah bisa disekolahkan, saya sudah bisa makan, sudah bisa melihat anak saya menikah, dan lain-lain. Tidak ada keinginan untuk meng-scale up.

Ini challenge pertama dari pada scale up itu adalah mindset. Bahwa kita sebagai entrepreneur itu bukan hanya berjalan di tempat tapi kita harus bertumbuh. Tantangan kita sebagai entrepreneur setelah kita melakukan strart up adalah mengembangkan usaha kita, bagaimana kita bisa menciptakan lapangan kerja, bagaimana kita scale up our business sehingga dampaknya kepada society itu jauh lebih besar. Ini yang menjadi tantangan buat kita.

Teman-teman itu setelah kita coba challenge mindsetnya, kita ubah scale up, challenge kedua adalah comfort zone. Selalu mereka mengatakan bahwa, “Begini aja sudah cukup kok”. Dalam sesuatu comfort zone itu banyaknya kategori professional. Dalam entrepreneur ada juga comfort zone. Begitu mereka merasakan hal yang sudah cukup nyaman, kira-kira cukup yang dia dapatkan, aman dan nyaman, jadi dia nggak berkembang. Dia bilang, “Udahlah, segini aja cukup”. Itu banyak saya temuin di beberapa UMKM yang sudah masuk ke skala bukan mikro lagi, kecil tapi nggak bisa naik lagi ke kelas medium. Saya tanya mereka, bagaimana bisa meningkatkan ini? “Ah, sudahlah. Sudah cukup”. Nah, itu namanya comfort zone. Ini yang perlu kita, sekali lagi tantangan kedua, mindsetnya kita ubah bahwa bagaimana mereka meingkatkan usaha mereka dengan tentunya kunci pertama adalah terus meningkatkan keinginan mereka untuk growing.

Kunci ketiga saya rasa inovasi. Scaling up itu tanpa inovasi itu nggak akan mungkin bisa berjalan lancar dan perusahaan yang mencoba scale up tanpa inovasi, pasti tidak akan bisa berdaya saing. Tantangan berinovasi ini sama juga karena kalau kita tidak berubah dengan inovasi, kita pasti akan tertinggal jaman ya. Banyak sekali kita lihat perusahaan-perusahaan yang berhasil melewati comfort zone, tapi tidak melakukan inovasi, dia berjalan di suatu track yang mereka yakini itu adalah track yang sudah aman, ternyata inovasi-inovasi yang muncul dalam teknologi, dalam dunia yang sangat cepat ini bisa mematikan entrepreneur tersebut. Jadi, inovasi itu harus menjadi bagian dari setiap tarikan napas kita, bagaimana kita meleverage daripada bisnis yang sudah kita kelola dan bagaimana caranya kita mendorong terus supaya inovasi ini menjadi suatu solusi bagi bukan hanya kita sebagai entrepreneur, meningkatkan usaha, dan lain-lain, tapi juga sebagai bisnis yang pada ujungnya meningkatkan daya saing bangsa.

Sampai jumpa UC Onliner. Salam entrepreneur.

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online