Salam Entrepreneur UC Onliner
Jadi kalau kita melihat memang suatu konsep memulai usaha dan kalau saya bisa merefleksikan
kembali ke awal tahun 1997 waktu saya memulai usaha itu situasinya memang sangat
berbeda. Start up yang saya lakukan itu bukan karena peluang, tapi karena saya sedih.
Saya waktu itu di-PHK dari satu pekerjaan. Satu yang melandasi kita waktu memulai
periode itu adalah survival. Dalam suatu survival, acuan survival itu adalah apa
aja kita kerjain. Pokoknya dimana kita harus bisa tetap survival. Ibarat
kita kecemplung ke air, kita harus pakai gaya apa pun untuk supaya
mengapung.
Kalau kita berbicara mengenai scale up, ini betul-betul a different ball game of together.
Karena kalau kita untuk survival, start up itu bisa gaya ngapung model kiri kanan,
tangan ke samping ke kiri ke kanan yang penting asal ngapung, kita bisa lakukan
itu. Tapi begitu kita memiliki suatu tujuan, dan memulai menata daripada business
plan kita, kita harus belajar betul-betul skill untuk scale up. Bagaimana kita belajar
beranang gaya bebas, gaya dada, bagaimana kita teknik pernapasan, bagaimana kita
bisa membaca arus, bagaimana kita bisa mempelajari rythm, sehingga kita bisa mencapai
tujuan itu dengan baik.
Nah, dengan perusahaan itu juga sama. Scale up itu sangat-sangat penting untuk terutama
kalau kita melihat banyak sekali teman-teman di UKM itu kalau dilihat kita kan sekarang
punya 55 juta lebih pelaku usaha mikro kecil menengah dan 99% itu adalah usaha mikro.
Kalau kita datang, saya kebetulan itu SMA di Jakarta Selatan nglihat usaha mikro
yang sekitar sekolah saya itu sepuluh tahun setelah itu, dua puluh tahun setelah
itu, tiga puluh tahun setelah itu begitu saya kembali, pelakunya masih sama, berjalan
di tempat. Kenapa? Karena mereka kembali hanya berkutat pada suatu survival skill ability saja.
Mereka belum meikirkan bagaimana untuk scale up. Kalau saya tanya pada mereka, “Pak,
kenapa masih berjualan nine to five?” Atau jam sembilan sampai jam
lima. Ya, karena ada tugas-tugas lain. Yang penting katanya satu, anak sudah bisa
disekolahkan, saya sudah bisa makan, sudah bisa melihat anak saya menikah, dan lain-lain.
Tidak ada keinginan untuk meng-scale up.
Ini challenge pertama dari pada scale up itu adalah mindset. Bahwa kita sebagai
entrepreneur itu bukan hanya berjalan di tempat tapi kita harus bertumbuh. Tantangan
kita sebagai entrepreneur setelah kita melakukan strart up adalah mengembangkan usaha
kita, bagaimana kita bisa menciptakan lapangan kerja, bagaimana kita scale up our
business sehingga dampaknya kepada society itu jauh lebih besar. Ini yang menjadi
tantangan buat kita.
Teman-teman itu setelah kita coba challenge mindsetnya, kita ubah scale up, challenge
kedua adalah comfort zone. Selalu mereka mengatakan bahwa, “Begini aja sudah
cukup kok”. Dalam sesuatu comfort zone itu banyaknya kategori professional.
Dalam entrepreneur ada juga comfort zone. Begitu mereka merasakan hal yang sudah
cukup nyaman, kira-kira cukup yang dia dapatkan, aman dan nyaman, jadi dia nggak
berkembang. Dia bilang, “Udahlah, segini aja cukup”. Itu banyak saya
temuin di beberapa UMKM yang sudah masuk ke skala bukan mikro lagi, kecil tapi nggak
bisa naik lagi ke kelas medium. Saya tanya mereka, bagaimana bisa meningkatkan ini?
“Ah, sudahlah. Sudah cukup”. Nah, itu namanya comfort zone. Ini yang
perlu kita, sekali lagi tantangan kedua, mindsetnya kita ubah bahwa bagaimana mereka
meingkatkan usaha mereka dengan tentunya kunci pertama adalah terus meningkatkan
keinginan mereka untuk growing.
Kunci ketiga saya rasa inovasi. Scaling up itu tanpa inovasi itu nggak akan mungkin
bisa berjalan lancar dan perusahaan yang mencoba scale up tanpa inovasi, pasti tidak
akan bisa berdaya saing. Tantangan berinovasi ini sama juga karena kalau kita tidak
berubah dengan inovasi, kita pasti akan tertinggal jaman ya. Banyak sekali kita lihat
perusahaan-perusahaan yang berhasil melewati comfort zone, tapi tidak melakukan inovasi,
dia berjalan di suatu track yang mereka yakini itu adalah track yang sudah aman,
ternyata inovasi-inovasi yang muncul dalam teknologi, dalam dunia yang sangat cepat
ini bisa mematikan entrepreneur tersebut. Jadi, inovasi itu harus menjadi bagian
dari setiap tarikan napas kita, bagaimana kita meleverage daripada bisnis yang sudah
kita kelola dan bagaimana caranya kita mendorong terus supaya inovasi ini menjadi
suatu solusi bagi bukan hanya kita sebagai entrepreneur, meningkatkan usaha, dan
lain-lain, tapi juga sebagai bisnis yang pada ujungnya meningkatkan daya saing bangsa.
Sampai jumpa UC Onliner. Salam entrepreneur.
Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online