Selasa, 25 Februari 2014

ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP, 7 SPIRITS OF ENTREPRENEUR - Tony Antonio

Salam Entrepreneur.
Apa kabar UC Onliners?
Perkenalkan nama saya Toni Antonio dari Universitas Ciputra. Pada hari ini kita akan bersama-sama membahas tentang tujuh spirit dari Entrepreneur. Seperti yang terpampang di bagian belakang, tujuh spirit dari entrepreneur ini menjadi jiwa, menjadi napas, menjadi mindset dari Entrepreneur. Beberapa dari bagian-bagian spirit ini. Pernah dibahas, sudah dibahas pada minggu-minggu yang terdahulu. Kita mengulang kembali ketujuh spirit ini kemudian dua di antara tujuh spirit itu akan kita bahas bersama-sama.
Mengapa perlu tujuh spirit? Karena pada dasarnya entrepreneur terdiri dari tiga bagian yaitu pemahaman, keterampilan, dan jiwa. Jadi ada knowledge, ada skill, ada mindset. Nah, tujuh mindset ini, tujuh spirit ini perlu kita miliki karena bukan hanya pengetahuan, bukan hanya keterampilan yang kita perlukan, tapi kita harus mempunyai jiwa yang mendorong kita. Kita pernah membahas tentang passion di salam entrepreneurship. Kita hari ini akan membahas tentang persistence. Kemudian kita juga akan membahas tentang independence, bagaimana kita bisa bekerja tidak bergantung pada orang lain. Kita juga pernah membahas pada minggu-minggu yang lalu tentang opportunity atau market sensitivity, kreativitas dan inovasi, berani mengambil resiko atau calculated risk taker, dan high etical standart atau etika seorang entrepreneur.

Dari ketujuh hal ini dua yang akan kita bahas pada hari ini. Sebelum saya membahas satu per satu, mungkin juga timbul  dari pemikiran bapak ibu sekalian teman-teman semua UC Onliners semua, mengapa kita mengambil tujuh hal ini? Sesungguhnya penelitian-penelitian yang mendalam sudah dilakukan terhadap para entrepreneur. Apa saja yang menjadi ciri-ciri para entrepreneur? Jiwa apa saja yang terdapat dalam seorang entrepreneur? Lalu kita mengadakan pengkajian, kita melakukan riset, kemudian kita membuat matriks dari sekian banyak jiwa, mindset, karakter, spirit entrepreneur, dan kita mengambil tujuh yang dipakai dalam pendidikan di Universitas Ciputra ini. Jadi, ketujuh spirit ini kita peroleh dari pengkajian-pengkajian, kemudian seluruhnya kita terapkan dalam pembelajaran di Universitas Ciputra ini. Baik bagi para mahasiswa, baik bagi para pasca sarjana, maupun dalam latihan-latihan yang kita lakukan di dalam masyarakat. Kami percaya bahwa jika kita mempunyai ketujuh spirit ini maka perjuangan kita untuk menjadi entrepreneur akan mencapai akhir yang baik.

UC Onliners, dari ketujuh hal tadi, kita akan bahas dua, yaitu persistence. Persistence itu artinya mampu tahan uji sampai mencapai garis akhir. Bagaimana kita bisa berjalan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi cobaan, bagaimana kita bisa tahan menghadapi banyak rintangan-rintangan supaya kita bisa mencapai tujan akhir dari perjalanan entrepreneurship. Tahun ini di Universitas Ciputra kita mengambil tema Entrepreneurship Journey. Perjalanan seorang Entrepreneur. Karena sebetulnya ketika kita memulai melangakah, kita berharap kita bisa mencapai garis akhir itu. Nah, masalahnya banyak sekali hal-hal yang mengahalangi kita, banyak sekali hal-hal yang merintangi kita, banyak sekali hal-hal yang membuat kita jatuh dan menyerah. sebab itu saya mengusulkan bahwa untuk menjaga persistence ini, untuk menjaga kemampuan kita mencapai sampai akhir ini kita harus bisa mengelola diri kita sendiri. Kita harus belajar mengelola diri kita, managing self, kelemahan-kelemahan kita kita ketahui, kekuatan-kekuatan kita kita ketahui kalau kita memang lemah dalam sesuatu jangan kita coba-coba masuk ke dalam pencobaan seperti itu.

Jadi, self management. bagaimana kita mengatur diri kita. Di antara self management ini adalah pengaturan waktu. Yang menarik sekali bahwa setiap orang mempunyai kesegaran yang berbeda-beda. Atau prime time yang berbeda. Ada orang yang disebut orang malam yang hanya pada malam hari lah dia menjadi sangat segar dan sangat efisien. Ada orang yang disebut orang subuh, karena pada subuh, pada dini hari dia sangat fresh dan mampu belajar. Kalau kita belajar satu jam pada prime time kita, maka itu akan mempunyai hasil yang sama dengan beberapa jam pada waktu-watu yang lain. Jadi kita kenali prime time kita, kita coba atur time management kita, pengaturan waktu kita, dan yang ketiga, yang perlu kita aminkan, yang perlu kita taruh dalam hidup kita adalah goal setting. Kita mau mencapai sasaran apa. Sasaran itu kita tulis, sasaran itu kita coba raih supaya kita bisa mencapainya dengan baik itu. jadi, dengan menuliskan prime time kita, dengan memilih prime time kita, mengenal prime time kita, kemudian dengan mengatur waktu kita, maka kita bisa membuat diri kita persistence mencapai garis akhir dengan baik.

Hal yang ketiga, hal yang ketiga adalah tentang independence. Jadi sesudah passion, persistence, independence. Passion, persistence, independence. Independence adalah kemampuan kita untuk bekerja tidak bergantung kepada orang lain. Apa maksudnya? Jadi, kadang-kadang ketika kita mengerjakan tugas kita sangat bergantung kepada orang. Kita tidak bisa bekerja karena kita masih menunggu pekerjaan mereka. Nah ini sedapat mungkin kita hindari karena kalau bisa kita bekerja hanya bergantung kepada kita. Kecepatannya kita atur sendiri, tidak bisa bergantung kepada orang lain sehingga pekerjaan kita terhambat karena menunggu pekerjaan orang lain. Harus diatur. Task Management. Kemudian juga hal yang kedua adalah bagaimana independence dalam diri kita adalah kita bisa mengembangkan diri kita.

Di tayangan ini kita melihat ada beberapa hal tentang pola pendidikan abad 21. Pola pendidikan abad 21 dimana kita dituntut mau tidak mau harus belajar sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada sekolah, kita tidak bisa bergantung kepada training. Sekolah dan training akan memperlengkapi kita dengan sangat baik. Tetapi terlalu banyak hal yang harus kita pelajari sendiri. Sebab itu, usul saya, ketika kita memikirkan pengambangan diri, coba kita belajar. Pertama adalah bagaimana self study, bagaimana mengembangkan kemampuan kita untuk belajar. Bagaimana mengembangkan kemampuan kita belajar tidak bergantung pada sekolah, tidak bergantung pada lembaga-lembaga training, tapi tergantung kepada resource, sumber-sumber yang tersedia di masyarakat. Misalkan, internet. Misalkan, buku-buku. Misalkan, koran. Misalkan, tivi. Dan juga seperti kita semua sedang balajar ini UC Online ini menjadi sumber bagi kia untuk balajar sehingga kita bisa mengembangkan diri kita tidak bergantung pada orang lain.

Jadi, independence di dalam penyelesaian tugas, independence dalam pengembangan diri, independence dalam mengelola resource-resource yang ada di sekeliling kita akan membuat diri kita semakin kaya sehingga kita bisa mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

Kembali pada tayangan ini. Di sini ada tayangan pola pendidikan abad 21. Kalau kita melihat pola pendidikan abad 21 ini, maka pada bagian tengah disebut Core. Jadi pendidikan abad 21 memang masih memberikan inti, isi, core daripada keilmuan itu. Tetapi kalau kita lihat pada sisi kanan dan sisi kiri, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari. Pertama, pada pendidikan abad 21 sangat bergantung kepada ICT. Tanpa mengenal ICT, kemampuan mengelola internet, kemampuan mengelola komputer, kita akan sangat ketinggalan.  Jadi untuk mencapai pendidikan abad 21, agar pendidikan abad 21 maksimal, kita harus mengerti tentang komputer. Tentang ICT, tentang jaringan. Hal yang kedua ialah life skill.

Bagaimana kita mengembangkan life skill? Tadi kita sudah mengatakan bagaimana kita perlu mengembangkan belajar kita, kemampuan membaca kita, kemampuan menulis kita, kemampuan berkomunikasi. sejak kecil kita belajar membaca, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus mengembangkan kemampuan membaca kita. Sejak kecil kita belajar menulis, tapi sampai dewasa pun kita harus terus menerus belajar menulis. Bagainama menulis yang baik, mengkomunikasikan ide-ide kita secara tertulis. Sejak kacil kita belajar berbicara, tapi sampai dewasa kita terus harus mengambangkan kemampuan kita berbicara. Bagaimana berbicara efektif, bagaimana berbicara tepat waktu, bagaimana berbicara memotivasi orang, bagaimana berbicara untuk menjual ide-ide kita.

Jadi, life skill itu harus kita kembangkan. Jadi sesudah core, ICT, life skill, maka yang keempat adalah kita harus melihat pada abad 21 ini berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Kita mesti paham yang disebut 21 century content. Apa yang sedang terjadi dalam masyarakat? Tren-tren apa yang sedang terjadi di masyarakat? Perubahan-perubahan apa? Misalkan dalam teknologi, handphone berubah begitu cepat sehingga itu bisa kita pakai. Banyak hal bisa berubah. Kondisi masyarakat, budaya masyarakat, politik, kehidupan, perdagangan, dan lain-lain. Dan kita harus memahami. Tanpa memahami itu kita tidak bisa menjadi seorang yang independen. Kita perlu memahami konten dari ada ke-21 ini.

Dan yang terakhir kita juga sebagai seorang yang independen harus mengembangkan kemampuan berpikir. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita lah yang akan kita uji. Pada ujungnya kemampuan berpikir kita menentukan langkah kita ke mana. Jadi, bapak ibu sekalian, persistence, dan independence, dua dari tujuh spirit yang harus kita kuasai disamping tujuh hal yang lainnya yaitu passion, persistence, independence, opportunity, kreatif, berani mngambil resiko, dan etika. Maka hari ini kita membahas tentang persistence dan independence.

Saran saya, secara terus menerus marilah kita raih, pahami, taruh dalah hidup kita ketujuh spirit itu. Lalu kita terapkan dalam kehidupan kita terutama dalam pencapaian kita untuk menjadi entrepreneur. Saya Toni Antonio, selamat berentrepreneurship spirit.

Salam Entrepreneur..

Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online