Selasa, 25 Februari 2014

HANDLING RISKS & LEVERAGING RESOURCES - Nur Agustinus

Salam Entrepreneur UC Onliners..
Saya Nur Agustinus dari Universitas Ciputra. Saya akan membawakan materi tentang Calculated Risk Taking. Nah, banyak orang ingin membuka usaha sendiri. Tapi seringkali orang kemudian ragu-ragu untuk memulainya. Entah apa pun alasannya. Misalnya, modal belum cukup, atau mungkin pengalaman juga masih kurang. Tapi pada umumnya mengapa mereka tidak berani bertindak? Karena mereka masih memikirkan resiko-resiko yang akan dihadapinya. Orang takut menghadapi resiko karena yang kita hadapi adalah sebuah masa depan yang tidak pasti. Entrepreneur selalu menghadapi keadaan di masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu bagaimana kita mengatur supaya kita bisa mengkalkulasi resiko itu dengan sebaik-baiknya.
Setiap Entrepreneur tahu bagaimana dia mengkalkulasi sebuah resiko. Artinya begini. Resiko pada satu orang akan dipersepsi dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang melihat resiko itu dia sanggup hadapi, ada yang juga melihat bahwa dia tidak sanggup mengahadapinya. Ini tergantung dari pengalaman yang bersangkutan dan sejauh mana frekuensi atau akibat kepada yang bersangkutan juga.

Ada sebuah teori yang dikembangkan oleh profesor Saras D. Sarasvathy tentang teori Efektuasi, seperti kita bisa lihat dalam grafik di sebelah ini. Teori efektuasi ini punya lima prinsip. Salah satu prinsip yang paling utama adalah apa yang kita punya, karena Entrepreneur berangkat dari apa yang dia miliki, siapa dia, dan apa yang bisa dia lakukan. Tapi mengapa ada orang yang merasa bisa melakukan tapi tidak mau melakukan? Ya, karena masalah resiko ini. Nah, Profesor Saras D. Sarasvathy mengatakan bahwa Entrepreneur yang sukses itu melakukan usahanya dengan sistem Affordable Loss. Artunya, dia tahu apa yang dia lakukan atau dia keluarkan, baik itu modal, baik itu tenaga, pikiran, itu dia siap menanggung kerugiannya.

Bagaimana orang menanggung kerugian itu berbeda-beda. Bagi satu orang mungkin sepuluh juta sudah luar biasa berat, bagi orang lain mungkin sepuluh juta tidak ada masalah. Kita bisa melihat bahwa resiko itu ada beraneka ragam. Pada prinsipnya ada dua macam resiko. Yaitu resiko finansial, dan resiko non finansial. Seperti kita ketahui, resiko finansial tentunya bahwa setiap kali usaha yang kita lakukan tentu bisa berakibat kerugian daripada uang yang telah kita berikan untuk usaha kita.

Nah, bagaimana kita mengkalkulasi resiko itu? Tentunya mudah sekali kita membuat sebuah rencana bisnis. Bahwa nanti akan ada pendapatannya sekian, keuntungannya sekian. Tapi bagaimana kalau itu tidak terjadi? Sebab kita sebagai Entrepreneur tahu bahwa masa depan tidak bisa diprediksi. Kalau kita amati sebetulnya kesuksesan seorang Entrepreneur tidak lepas dari kemampuan dia untuk meningkatkan sumber daya yang dia miliki.Bagaimana dia mengajak orang lain, mengajak partnernya untuk berbisnis, karena mungkin kalau dia hanya sendiri mungkin dia mudah sekali ragu-ragu atau takut mengambil resiko. Tapi dengan adanya partner dia akan lebih berani untuk bertindak.

Demikian juga satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masalah mentor. Seorang yang ingin berhasil, dia perlu sekali mentor. Mentor tidak harus selalu orang yang cerdas, sukses. Tapi orang yang bisa memberi dia support, dukungan, pengarahan, tahu arah mana yang harus dituju supaya dia bisa berhasil. Sebab kadangkala orang melihat sebuah resiko dengan persepsinya dia, bisa berbeda kalau dilihat oleh persepsi orang lain. Nah, cara-cara seperti ini harus dilakukan. Kita tidak mungkin sukses dengan seorang diri. Kita membutuhkan orang lain. Kita harus bisa meningkatkan apa yang kita punya supaya kita berhasil.

UC Onliners, Universitas Ciputra Entrepreneurship Center pernah memberikan pelatihan kepada saudara Suswanto bagaimana dia menjadi seorang Entrepreneur. Dan dia sudah bisa membuktikan bahwa yang semula ragu-ragu, semula dia melihat resiko itu sebagai sebuah hambatan, dia berani melakukannya, dia berani bertindak. UC Onliners, kita berkesempatan bertemu dengan saudara Suswanto untuk bisa mendapatkan inspirasi bagaimana dia mengkalkulasi resiko yang dihadapi. Sebelumnya, mari kita simak video berikut ini.



[Video Suswanto]



Salam Entrepreneur UC Onliners. Kita akan pergi ke Jogja untuk menemui saudara Suswanto. Kita akan mendapatkan inspirasi langsung dari dia bagaimana caranya memulai, mengelola, dan memperbesar usahanya. Tentunya termasuk adalah bagaimana Suswanto mengatasi resiko-resiko yang dihadapinya.

----Perbincangan Nur Agustinus (NA) dengan Suswanto (S)

NA : Apakah anda setuju bahwa Entrepreneurship bisa mengubah hidup seseorang?

S : Kalau memang mengubah hidup, dari detailnya itu memang memberi wawasan. Mungkin suatu pilihan kalau kita sebagai seorang mahasiswa atau orang hidup itu memberikan suatu pilihan bahwa Entrepreneur itu selain kita bekerja, kita juga berwirausaha.

NA : Tapi, ketika misalnya kita mau berentrepreneur itu ada resiko-resiko.

S : Betul..

NA : Bagaimana kita itu siap menghadapi resiko?

S : Nah, gini pak, sebelum kita masuk ke bisnis yang kita masuki, itu kita kan harus riset dulu. Misalnya kalau itu kan konsumennya siapa? Dan lain sebagainya. Dari situ kan kelihatan tanah itu, kalau saya di bagian perumahan ya pak, tahan itu itu potensial apa nggak? Kira-kira cepat laku atau nggak? Kalau yang cepat laku, dijual berapa? Kalau misalnya nggak cepat laku itu dijual berapa? Nah, setalah riset masuk, ada kalau di tempat kami ada beberapa sektor perumahan lho pak. Itu yang pertama itu adalah perijinan. Perijinan tanah itu misalnya bisa didirikan tanah atau nggak? Daerah hijau nggak? Kalau daerah itu itu mau uang berapa pun masuk ya bunuh diri. Kan seperti itu. Itu bisa diterima atau nggak? Nah, setelah perijinan, kita masuk tahap dua, yaitu marketnya. Marketnya bagaimana? Siapa aja marketnya? Dengan waktu dulu harganya kan sekitar empat ratus lima puluh kan tentu saja dengan seratus lima puluh berbeda orangnya. Dari yang 1 M khan juga berbeda orangnya. Kan seperti itu. Nah kita bisa membidik nggak orang-orang tersebut? Itu dari segi marketnya. Kalau lihat resiko itu detail baru bisa melangkah, baru berani melangkah. Detail dulu, apa pun resikonya kalau semakin kita tahu bisnis yang akan kita jalani, sebernanya resiko itu akan muncul. Muncul, banyak-banyak muncul. Nah, resiko muncul itu bisa diantisipasi melalui riset. Pendekatan riset yang aktual. Jangan kira-kira. Kira-kira itu yang sebenarnya resiko itu akan besar.

Jadi, kapan kita balik modal itu penting. Kita menjual berapa? Terus marketnya ada apa nggak? Perijinannya bagaimana? Terus itu kalkulasi Break Even Pointnya berapa? Kita itu punya senjatanya apa? Kalau kita sama sekali tidak punya senjata ya gimana lagi? Senjata bisa bermacam-macam. Berupa tanah, berupa uang, bisa ada yang dijaminkan.

Saran-saran saya untuk teman-teman yang ingin belajar Entrepreneurship. Yang pertama adalah kita harus punya visi. Visi dulu. Visi mbak-mbak, mas-mas, bapak/ ibu itu apa? Yang kedua kita harus berjalan lurus antara visi dengan misi kita. Nah, misalkan kita harus punya kemampuan untuk visi kita itu apa? Kalau misalnya kita down, atau apa. Kita harus lihat visi kita itu. Ita yang pertama. Yang kedua, bagi pemula sebaiknya untuk memulai berwirausaha harusnya dari yang kecil-kecil dahulu. Jangan terlalu berpikir yang besar. Yang kecil dulu, kalau bisa modalnya juga pakai sendiri, kalau bisa tanpa modal. Itu yang kedua. Yang ketiga baru setelah tahap pengembangan, setelah berkembang ada keuntungan, baru bisa untuk meminjam bank. Kenapa saya katakan demikian? Karena resiko untuk meminjam bank pada awal sebagai pemula itu sangat besar resikonya. Uang yang kita pinjam dari bank sebelum kita pakai, sebenarnya sudah ada bunganya. Kita setiap bulan juga mencicil, mencicil, mencicil. Iya kalau dipakai. Kalau nggak? Nah, resikonya besar sekali. Kalau tahap pengembangan, kita sudah punya untung dan kita bisa mengembalikan bunganya, dan pokoknya, maka pinjam bank itu diwajibkan untuk pengembangan usaha. Nah, selanjutnya yang paling penting adalah semangat. Semangat, pantang menyerah, jangan berpikir tentang kegagalan. Kegagalan adalah sebenarnya cuma bayang-bayang kita saja. Bisa atau tidaknya kita menjadi seorang Entrepreneur adalah tergantung dari diri kita sendiri. Bukan dari orang lain.

Nama saya suswanto, semoga sharing saya ini bisa menjadikan mas-mas, mbak-mbak, menjadi seorang pengusaha yang sukses. Salam Entrepreneur..

UC Onliners, kita telah mendengarkan pemaparan dari Suswanto yang telah memberikan kita inspirasi tentang bagaimana memulai sebuah bisnis. Bahwa penting sekali untuk mengetahui sebuah resiko-resiko yang akan kita hadapi sebagai seorang Entrepreneur. Resiko bukan untuk dihindari. Resiko bisa kita atasi kalau kita tahu persis apa yang akan kita lakukan.

Seperti apa yang dikatakan oleh Suswanto. Pertama, kita harus melakukan riset pasar. Bagaimana peluang pasar itu bisa diterima oleh pasar. Nah, kita harus tahu juga bagaimana kita memanfaatkan dan menjalin hubungan dengan network. Artinya kita harus siap bekerja sama dengan orang lain. Seorang Entrepreneur tidak mungkin sukses seorang diri. Dia juga perlu mentor. Seseorang yang bisa membawanya ke arah yang benar, untuk mencapai tujuannya. Visi juga adalah hal yang penting. Visi yang membuat  seseorang itu mempunyai tekad dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya. Sehingga kalaupun dia mengalami kegagalan, dia tidak akan menyerah. Dia akan berusaha untuk bangkit lagi.

Nah, kita juga dapat pelajaran dari Suswanto bahwa seseorang itu harus mempunyai keyakinan yang sungguh-sungguh. Harus mau siap untuk bekerja keras. Tidak ada kesuksesan yang datang dengan tiba-tiba.

Semoga pembelajaran mengenai bagaimana mengatasi resiko ini bermanfaat. Saya Nur Agustinus.

Salam Entrepreneur..

Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online