Salam Entrepreneur UC Onliners..
Saya Nur Agustinus dari Universitas Ciputra. Saya akan membawakan materi tentang Calculated Risk Taking.
Nah, banyak orang ingin membuka usaha sendiri. Tapi seringkali orang kemudian ragu-ragu
untuk memulainya. Entah apa pun alasannya. Misalnya, modal belum cukup, atau mungkin
pengalaman juga masih kurang. Tapi pada umumnya mengapa mereka tidak berani bertindak?
Karena mereka masih memikirkan resiko-resiko yang akan dihadapinya. Orang takut menghadapi
resiko karena yang kita hadapi adalah sebuah masa depan yang tidak pasti. Entrepreneur
selalu menghadapi keadaan di masa depan yang tidak pasti. Oleh karena itu bagaimana
kita mengatur supaya kita bisa mengkalkulasi resiko itu dengan sebaik-baiknya.
Setiap Entrepreneur tahu bagaimana dia mengkalkulasi sebuah resiko. Artinya begini.
Resiko pada satu orang akan dipersepsi dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang melihat
resiko itu dia sanggup hadapi, ada yang juga melihat bahwa dia tidak sanggup mengahadapinya.
Ini tergantung dari pengalaman yang bersangkutan dan sejauh mana frekuensi atau akibat
kepada yang bersangkutan juga.
Ada sebuah teori yang dikembangkan oleh profesor Saras D. Sarasvathy tentang teori
Efektuasi, seperti kita bisa lihat dalam grafik di sebelah ini. Teori efektuasi ini
punya lima prinsip. Salah satu prinsip yang paling utama adalah apa yang kita punya,
karena Entrepreneur berangkat dari apa yang dia miliki, siapa dia, dan apa yang bisa
dia lakukan. Tapi mengapa ada orang yang merasa bisa melakukan tapi tidak mau melakukan?
Ya, karena masalah resiko ini. Nah, Profesor Saras D. Sarasvathy mengatakan bahwa
Entrepreneur yang sukses itu melakukan usahanya dengan sistem Affordable Loss.
Artunya, dia tahu apa yang dia lakukan atau dia keluarkan, baik itu modal, baik itu
tenaga, pikiran, itu dia siap menanggung kerugiannya.
Bagaimana orang menanggung kerugian itu berbeda-beda. Bagi satu orang mungkin sepuluh
juta sudah luar biasa berat, bagi orang lain mungkin sepuluh juta tidak ada masalah.
Kita bisa melihat bahwa resiko itu ada beraneka ragam. Pada prinsipnya ada dua macam
resiko. Yaitu resiko finansial, dan resiko non finansial. Seperti kita ketahui, resiko
finansial tentunya bahwa setiap kali usaha yang kita lakukan tentu bisa berakibat
kerugian daripada uang yang telah kita berikan untuk usaha kita.
Nah, bagaimana kita mengkalkulasi resiko itu? Tentunya mudah sekali kita membuat
sebuah rencana bisnis. Bahwa nanti akan ada pendapatannya sekian, keuntungannya sekian.
Tapi bagaimana kalau itu tidak terjadi? Sebab kita sebagai Entrepreneur tahu bahwa
masa depan tidak bisa diprediksi. Kalau kita amati sebetulnya kesuksesan seorang
Entrepreneur tidak lepas dari kemampuan dia untuk meningkatkan sumber daya yang dia
miliki.Bagaimana dia mengajak orang lain, mengajak partnernya untuk berbisnis, karena
mungkin kalau dia hanya sendiri mungkin dia mudah sekali ragu-ragu atau takut mengambil
resiko. Tapi dengan adanya partner dia akan lebih berani untuk bertindak.
Demikian juga satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masalah mentor. Seorang
yang ingin berhasil, dia perlu sekali mentor. Mentor tidak harus selalu orang yang
cerdas, sukses. Tapi orang yang bisa memberi dia support, dukungan, pengarahan, tahu
arah mana yang harus dituju supaya dia bisa berhasil. Sebab kadangkala orang melihat
sebuah resiko dengan persepsinya dia, bisa berbeda kalau dilihat oleh persepsi orang
lain. Nah, cara-cara seperti ini harus dilakukan. Kita tidak mungkin sukses dengan
seorang diri. Kita membutuhkan orang lain. Kita harus bisa meningkatkan apa yang
kita punya supaya kita berhasil.
UC Onliners, Universitas Ciputra Entrepreneurship Center pernah memberikan pelatihan
kepada saudara Suswanto bagaimana dia menjadi seorang Entrepreneur. Dan dia sudah
bisa membuktikan bahwa yang semula ragu-ragu, semula dia melihat resiko itu sebagai
sebuah hambatan, dia berani melakukannya, dia berani bertindak. UC Onliners, kita
berkesempatan bertemu dengan saudara Suswanto untuk bisa mendapatkan inspirasi bagaimana
dia mengkalkulasi resiko yang dihadapi. Sebelumnya, mari kita simak video berikut
ini.
[Video Suswanto]
Salam Entrepreneur UC Onliners. Kita akan pergi ke Jogja untuk menemui saudara Suswanto.
Kita akan mendapatkan inspirasi langsung dari dia bagaimana caranya memulai, mengelola,
dan memperbesar usahanya. Tentunya termasuk adalah bagaimana Suswanto mengatasi resiko-resiko
yang dihadapinya.
----Perbincangan Nur Agustinus (NA) dengan Suswanto (S)
NA : Apakah anda setuju bahwa Entrepreneurship bisa mengubah hidup seseorang?
S : Kalau memang mengubah hidup, dari detailnya itu memang memberi wawasan. Mungkin
suatu pilihan kalau kita sebagai seorang mahasiswa atau orang hidup itu memberikan
suatu pilihan bahwa Entrepreneur itu selain kita bekerja, kita juga berwirausaha.
NA : Tapi, ketika misalnya kita mau berentrepreneur itu ada resiko-resiko.
S : Betul..
NA : Bagaimana kita itu siap menghadapi resiko?
S : Nah, gini pak, sebelum kita masuk ke bisnis yang kita masuki, itu kita kan harus
riset dulu. Misalnya kalau itu kan konsumennya siapa? Dan lain sebagainya.
Dari situ kan kelihatan tanah itu, kalau saya di bagian perumahan ya pak,
tahan itu itu potensial apa nggak? Kira-kira cepat laku atau nggak?
Kalau yang cepat laku, dijual berapa? Kalau misalnya nggak cepat laku itu
dijual berapa? Nah, setalah riset masuk, ada kalau di tempat kami ada beberapa sektor
perumahan lho pak. Itu yang pertama itu adalah perijinan. Perijinan tanah
itu misalnya bisa didirikan tanah atau nggak? Daerah hijau nggak?
Kalau daerah itu itu mau uang berapa pun masuk ya bunuh diri. Kan seperti itu. Itu
bisa diterima atau nggak? Nah, setelah perijinan, kita masuk tahap dua, yaitu marketnya. Marketnya
bagaimana? Siapa aja marketnya? Dengan waktu dulu harganya kan sekitar empat
ratus lima puluh kan tentu saja dengan seratus lima puluh berbeda orangnya.
Dari yang 1 M khan juga berbeda orangnya. Kan seperti itu. Nah kita bisa membidik nggak orang-orang
tersebut? Itu dari segi marketnya. Kalau lihat resiko itu detail baru bisa
melangkah, baru berani melangkah. Detail dulu, apa pun resikonya kalau semakin kita
tahu bisnis yang akan kita jalani, sebernanya resiko itu akan muncul. Muncul, banyak-banyak
muncul. Nah, resiko muncul itu bisa diantisipasi melalui riset. Pendekatan riset
yang aktual. Jangan kira-kira. Kira-kira itu yang sebenarnya resiko itu akan besar.
Jadi, kapan kita balik modal itu penting. Kita menjual berapa? Terus marketnya
ada apa nggak? Perijinannya bagaimana? Terus itu kalkulasi Break Even Pointnya
berapa? Kita itu punya senjatanya apa? Kalau kita sama sekali tidak punya senjata
ya gimana lagi? Senjata bisa bermacam-macam. Berupa tanah, berupa uang, bisa ada
yang dijaminkan.
Saran-saran saya untuk teman-teman yang ingin belajar Entrepreneurship. Yang pertama
adalah kita harus punya visi. Visi dulu. Visi mbak-mbak, mas-mas, bapak/ ibu itu
apa? Yang kedua kita harus berjalan lurus antara visi dengan misi kita. Nah, misalkan
kita harus punya kemampuan untuk visi kita itu apa? Kalau misalnya kita down,
atau apa. Kita harus lihat visi kita itu. Ita yang pertama. Yang kedua, bagi pemula
sebaiknya untuk memulai berwirausaha harusnya dari yang kecil-kecil dahulu. Jangan
terlalu berpikir yang besar. Yang kecil dulu, kalau bisa modalnya juga pakai sendiri,
kalau bisa tanpa modal. Itu yang kedua. Yang ketiga baru setelah tahap pengembangan,
setelah berkembang ada keuntungan, baru bisa untuk meminjam bank. Kenapa saya katakan
demikian? Karena resiko untuk meminjam bank pada awal sebagai pemula itu sangat besar
resikonya. Uang yang kita pinjam dari bank sebelum kita pakai, sebenarnya sudah ada
bunganya. Kita setiap bulan juga mencicil, mencicil, mencicil. Iya kalau dipakai.
Kalau nggak? Nah, resikonya besar sekali. Kalau tahap pengembangan, kita
sudah punya untung dan kita bisa mengembalikan bunganya, dan pokoknya, maka pinjam
bank itu diwajibkan untuk pengembangan usaha. Nah, selanjutnya yang paling penting
adalah semangat. Semangat, pantang menyerah, jangan berpikir tentang kegagalan. Kegagalan
adalah sebenarnya cuma bayang-bayang kita saja. Bisa atau tidaknya kita menjadi seorang
Entrepreneur adalah tergantung dari diri kita sendiri. Bukan dari orang lain.
Nama saya suswanto, semoga sharing saya ini bisa menjadikan mas-mas, mbak-mbak,
menjadi seorang pengusaha yang sukses. Salam Entrepreneur..
UC Onliners, kita telah mendengarkan pemaparan dari Suswanto yang telah memberikan
kita inspirasi tentang bagaimana memulai sebuah bisnis. Bahwa penting sekali untuk
mengetahui sebuah resiko-resiko yang akan kita hadapi sebagai seorang Entrepreneur.
Resiko bukan untuk dihindari. Resiko bisa kita atasi kalau kita tahu persis apa yang
akan kita lakukan.
Seperti apa yang dikatakan oleh Suswanto. Pertama, kita harus melakukan riset pasar.
Bagaimana peluang pasar itu bisa diterima oleh pasar. Nah, kita harus tahu juga bagaimana
kita memanfaatkan dan menjalin hubungan dengan network. Artinya kita harus
siap bekerja sama dengan orang lain. Seorang Entrepreneur tidak mungkin sukses seorang
diri. Dia juga perlu mentor. Seseorang yang bisa membawanya ke arah yang benar, untuk
mencapai tujuannya. Visi juga adalah hal yang penting. Visi yang membuat seseorang
itu mempunyai tekad dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya.
Sehingga kalaupun dia mengalami kegagalan, dia tidak akan menyerah. Dia akan berusaha
untuk bangkit lagi.
Nah, kita juga dapat pelajaran dari Suswanto bahwa seseorang itu harus mempunyai
keyakinan yang sungguh-sungguh. Harus mau siap untuk bekerja keras. Tidak ada kesuksesan
yang datang dengan tiba-tiba.
Semoga pembelajaran mengenai bagaimana mengatasi resiko ini bermanfaat. Saya Nur
Agustinus.
Salam Entrepreneur..
Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online