Senin, 17 Maret 2014

TEN TYPE OF INNOVATION - Gamaliel Waney

Halo, salam entrepreneur..
Apa yang akan kita pelajari mengenai sepuluh inovasi? Tipe inovasi tersebut adalah, yang pertama kita mengerti bahwa inovasi itu ada kategotinya. Sepuluh kategori. Dan inovasi tidak bisa Cuma dipikir sebagai produk, produk, produk inovation saja. Cotohnya seperti, bilanglah ada suatu ilustrasi, Cecep Sumecep, seorang aki-aki yang kemudian berpikir, “Saya mau jualan bakmi”. Maka dia berpikir, “Saya harus inovasi bakmi saya”. Jadi supaya bisa lebih daripada yang lain, daripada tukang-tukang bakmi yang lain. Karena kemudian dia menambahkan. Ketika dia menambahkan, membentuk bakmi tersebut, dia membikin handmade bakmi. Dia campur tepung, kemudian dia campur bubuk kopi supaya ada rasa kopi sedikit, dia campur bubuk green tea supaya ada rasa green tea sedikit. Memang rasanya aneh, tapi dia terus coba untuk inovasi produk. Tapi Cecep Sumecep harus mengerti bahwa ada inovasi lain. Inovasi proses, inovasi offering, nah ini akan kita pelajari di sepuluh kategori yang akan saya tampilkan berikut.

Sepuluh kategori inovasi, dikategorikan ke dalam tiga klasifikasi besar. Yang pertama, klasifikasi konfigurasi. Bicara soal proses daripada company tersebut. Bicara soal di dalam company tersebut kita mau melakukan inovasi apa? Kalau mau dilihat, company itu analoginya seperti sebuah mungkin komputer yang begitu kompleks dengan motherboardnya, kemudian chipnya, dan segala macam. Dan ada banyak konfigurasi-konfigurasi hardware maupun software yang harus dilaksanakan supaya komputer tersebut dapat berjalan dengan baik. Begitu pun dengan company. Company seperti sebuah kumpulan roda gigi yang saling berputar dan saling mendukung antara proses satu dengan yang lainnya.

Ada empat kategori konfigurasi. Yang pertama, kalian dapat melakukan inovasi Profit Model. Apakah Profit Model ini? Bagaimana buy one get one free kah? Atau franchise kah? Atau banyak macam kalian dapat lakukan. Nanti akan ditampilkan apa saja yang amsuk dalam kategori profit model.

Kemudian yang kedua adalah jaringan, network. Contohnya, si Cecep Sumecep. Cecep Sumecep yang tukang bakmi tadi berpikir bahwa, “Wah, ternyata tidak cukup kalau saya inovasi produk saja. Maka saya harus membenahi bagaimana “Company" saya harus melakukan inovasi. Prosesnya itu harus jelas. Yang pertama profit model. Bagaimana saya akan mengambil profit? Itu saya harus pelajari. Biasanya jam 4 sore itu jam yang paling sepi, karena sudah lewat makan siang, tapi belum makan malam. Bagaimana ya? Sedangkan orang-orang keluar kantor jam 5. Jadi, dagangan paling sepi jam 4. Bagaimana saya harus membuat profit model saya supaya Bakmi Cecep Sumecep dapat laku?”. Nah, ternyata dia pikir, “Oke,setiap jam 4 saya melaksanakan promosi “BUY ONE GET ONE FREE”, atau nggak “BUY ONE GET 50% off”. Kemudian ketika Cecep Sumecep melakukan itu customer banyak yang datang, konsumen banyak yang datang. Itu inovasi profit model. Ada banyak kategori profit model.

Yang kedua, inovasi network atau jaringan. Ketika Cecep Sumecep mencoba untuk menjual bakmi, dia berpikir, “Tenyata jauh lebih baik saya mengambil supplier atau mengambil partnership dengan penyuplai bakmi langsung dibanding saya harus buat sendiri, seperti itu. Jadi, bagaimana dia membangun suatu network/ jaringan untuk membangun hubungan dengan key partner atau juga dengan supplier. Ada banyak macamnya di dalam key partner tersebut.

Yang ketiga, di dalam inovasi proses atau konfigurasi, ada yang namanya inovasi struktur. Structure. Ketika kita ngomong soal inovasi struktur, itu ada dua. Yang pertama inovasi finance, di bidang finance. Atau inovasi di bidang HRD atau yang ketiga inovasi aset. Bagaimana cara mengatur aset, misalnya mengambil suatu konsep zero inventory, itu semua masuk di dalam konfigurasi company.

Kemudian yang terakhir adalah inovasi proses itu sendiri. Contohnya misalnya, ada suatu standart operating procedure. Si Pak Cecep Sumecep berpikir, “Wah, ternyata kalau saya negpack-ngapacking. Saya masukkan bumbu-bumbunya dibanding saya harus pakai sendok, pakai feeling. Ternyata saya lebih hemat, dan rasanya lebih konsisten dan standart”. Ada suatu standardisasi di dalam Pak Cecep ini membuat resepnya. Jadi contohnya, tambah gula berapa sendok, tambah garam berapa sendok, tambah merica berapa sendok, semuanya sudah dikategorikan dan kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Jadi tinggal buka plastik. Jadi sekarang Pak Cecep Sumecep tidak selalu harus di dapur. Pak Cecep Sumecep bisa meng-supervise atau memenajemen hal-hal lain sementara istrinya atau anak-anaknya yang melakukan aktivitas di dapur, mempersiapkan makanan.

Jadi, tadi ada yang pertama adalah inovasi konfigurasi. Ada empat. Ada profit model, ada network, ada structure, dan ada proses.

Kita masuk ke kategori yang kedua, yaitu kategori offering. Offering/ penawaran. Kategori offering ini ada dua, yaitu product performance dan product system. Product performance bicara soal produknya ini. Produknya apakah sesuai dengan apa yang dijanjikan. Yang kedua product system. Product system bicara bagaimana product dan servis itu dikombinasikan. Ada banyak project juga yang mungkin produknya adalah bukan dalam bentuk product nyata, tapi dalam bentuk service. Itu bisa dikategorikan sebagai product, ditawarkan kepada customer. Itu yang inovasi kategori kedua. Inovasi kategori offering.

Kita masuk yang ketiga, yaitu inovasi kategori experience. Bagaimana yang tadi namanya konfigurasi satu manajemen atau inovasi proses di dalam company untuk membangun suatu inovasi produk baik dari sistem maupun performance. Jadi, kategori konfigurasi tadi kita belajar bahwa bagaimana Pak Cecep Sumecep ini melakukan inovasi proses di dalam company dia dan kemudian melakukan inovasi product, baik dari performancenya yang dijanjikan misalnya rasanya aduhai, dan rasanya betul-betul aduhai. Yang kedua, dari product system. Yaitu adalah ketika product itu dimakan atau disajikan, cara penyajiannya pun adalah service, bagian dari pada product  system. Itu membawa satu pengalaman yang baru atau yang unik bagi customer.

Kategori yang ketiga adalah kategori Experience. Nah experience ini apa maksudnya? Artinya ketika sebuah bisnis atau si Pak Cecep Sumecep menawarkan produk dan jasanya, menawarkan bakmi hebringnya, ternyata dia pun menawarkan sebuah pengalaman, sebuah cerita atau sebuah story bagi customer atau konsumen yang membeli bakmi Pak Cecep Sumecep. Nah, kategori experience tersebut ada empat. Yang pertama service. Plan to food. Bagaimana Pak Cecep Sumecep membuat satu inovasi SOP di dalam konfigurasi yang berimpact terhadap pelayanan dia untuk para konsumennya. Kemudian yang kedua dari kategori experience ini adalah channel. Apakah Pak Cecep Sumecep mulai berpikir, “Kayaknya kudu ada website ini, atau facebook atau twitter, untuk berinteraksi dengan customer”. Tiga, Brand. Ternyata Pak Cecep Sumecep berpikir nggak cukup kalau cuma bakmi. Misalnya, Bakmi Mayjend Sungkono, nggak cukup. Harus ada nama ini. Ternayta nama Pak Cecep Sumecep cukup catchy. Akhirnya dia bilang, “Oke, mulai saat ini saya menjual bakmi dan bakwan Cecep Sumecep”. Ada satu inovasi dalam brand. Tentu kategori brand ini sangat luas, saya hanya mengambil pendekatan reduksionis. Brand ini digambarkan sebagai merek saja. Tetapi brand ini sangat luas sekali. Bicara soal relevansi, bicara soal product life cycle, ada banyak.

Yang terakhir dari kategori experience ini adalah customer engagement. Riset membuktikan bahwa peningkatan engagement atau customer engagement terhadap sebuah bisnis akan menaikkan secara drastis, secara eksponensial up to 80% penjualan karena customer engagement. Contohnya seperti Facebook, orang kalau buka Facebook nggak cukup cuma semenit atau dua menit. Kadang-kadang bisa sampai satu jam. Terus muter-muter saja nglihatin Facebook. Mulai dari pertama nglihatin wall, turun terus ke bawah, ternyata ada yang ngasih jadi teman, kemudian ternyata kecengan atau pacar, ternyata ada poking, poke, Facebook poke, kemudian banyak ada notifikasi mengenai siapa yang ulang tahun, mana kita pergi ke teman tersebut kemudian mengatakan happy birthday. Banyak sekali cara supaya Facebook tetap membuat Anda terikat selalu melihat Facebook. Nah ini bicara soal customer engagement. Selalu semakin engage terhadap produk atau website atau jasa Anda, atau bisnis Anda, maka asumsinya menurut statistik, korelasi antara engagement dengan penjualan sangat terkait.

Sejauh ini saya mau wrapping up, saya mau menyimpulkan lagi sepuluh tipe daripada inovasi tersebut ada tiga kategori besar yaitu kategori konfigurasi, proses ini bicara soal inovasi ke dalam, kemudian inovasi offering bicara soal inovasi produk tersebut, dan inovasi experience bicara soal bagaimana kita menawarkan pengalaman bagi customer kita untuk berinteraksi dengan kita melalui produk dan jasa yang mereka beli.
Sejauh ini teori dan juga garis besar dari saya Gamaliel Waney. Saya ucapkan salam entrepreneur..

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online