Selasa, 25 Februari 2014

KNOWLEDGE MANAGEMENT KUNCI SUSTAINABLE ENTERPRISE

Memasuki era knowledge-based economy, korporasi harus mampu menjadi learning organization yang melahirkan para knowledge worker, yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Setelah revolusi teknologi informasi, masalah utama abad ini adalah bagaimana memanfaatkan informasi dan data menjadi knowledge yang melahirkan informasi. Kemampuan knowledge management sangat penting namun belum banyak disentuh dan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis di Indonesia.
Mengembangkan kultur yang membiasakan setiap orang semakin kritis dalam menganalisis fakta dan data sehingga menjadi knowledge yang akan melahirkan kreativitas dan inovasi yang mampu memberikan value added bagi perusahaan. Kultur ini pada akhirnya akan mendukung terwujudnya sustainable enterprise.
Mengembangkan kemampuan analytical ability para karyawan, akan membiasakan setiap orang cermat menganalisis data dan informasi, sehingga mendalami bidang pekerjaannya dan mampu memberikan penilaian yang kritis. Dalam setiap rapat, kami terbiasa dengan format ringkas yang berbicara data (format seven sheets). Melalui kemampuan analisis yang tajam, masalah yang kompleks harus dapat dipresentasikan dalam format maksimal tujuh slide saja.
Pada akhirnya, kemampuan knowledge management (KM) ini harus bisa membuat setiap bagian mampu mengembangkan sendiri model of excellence di bagiannya masing-masing. Ini bagian dari functional management system. Pada hakikatnya esensi bisnis itu sudah bukan lagi persaingan antara barang dan jasa melainkan sudah menjadi persaingan kompetensi. Bisnis sudah harus dapat dilihat dengan pengertian ini. Sebuah perusahaan untuk memenangkan persaingan perlu mengembangkan aspek kompetensinya. Karyawan harus terus mengalami proses pengembangan kompetensi, baik dari skill, knowledge, hingga understanding dan attitude-nya.

Proses pengembangan kompetensi dimulai dari:

  • Menggali core compentence karyawan dengan menilai generic competency, hingga masing-masing karyawan mendapatkan grade-nya. 
  • Membekali karyawan dengan specific competency yang sesuai spesifikasi pekerjaannya.
  • Mengembangkan tingkat kompetensi karyawan hingga mencapai wisdom dan intuition, supaya mereka semakin peka dan terlatih melakukan penilaian-penilaian yang tepat. Kemampuan ini akan mendukung proses kreatif dan inovasi. Jika proses ini dilakukan terus menerus akan menghasilkan sustainable enterprise.
  • Menerapkan project management bagi karyawan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada setiap karyawan bisa belajar di tempat lain atau di bidang-bidang lain melalui beberapa proyek tertentu. Dengan cara ini setiap orang disiapkan untuk menjadi generalis, sehingga pada waktu perusahaan berkembang mereka siap mengisi berbagai kemungkinan posisi yang ada. Selain memberikan peluang career path yang lebih luas, cara ini juga akan membiasakan para karyawan bekerja sama dengan kolega-kolega yang lain dan membuat perusahaan tidak bergantung pada satu orang tertentu.

Pengembangan multi-kompetensi ini manfaatnya sangat strategis. 
Merencanakan bisnis baru berarti ada calon project manager baru (internal promotion). Karyawan diarahkan untuk menjadi KNOWLEDGE WORKER untuk melahirkan PRODUK INOVATIF.

 
Sumber:
Judul Buku: Corporate Culture Challenge to Excellence (hal 51-53)
Editor: Dr. Djokosantoso Moeljono & Steve Sudjatmiko
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun 2007

REVIEW : FIXED MINDSET vs GROWTH MINDSET - Nur Agustinus

Salam entrepreneur UC Onliner..

Dalam minggu pertama ini kita bahas tentang mindset. Mengapa mindset itu penting? Sudah dijelaskanoleh para narasumber yang lain. Para entrepreneur yang sukses selalu mengatakan bahwa mindset itu adalah satu hal yang sangat penting. Ada sebuah buku yang sangat menarik yang berjudul dengan Change Your Mindset, Change Your Life. Pengarang buku ini Carol S. Dweck, mengatakan ada dua jenis mindset. Pertama adalah mindset yang bersifat tetap atau fixed mindset, dan growth mindset. Apa bedanya? Mari kita simak bersama-sama.

Dua mindset yang dijelaskan oleh pengarang buku ini yaitu Fixed Mindset dan Growth Mindset, apa bedanya? Pertama, orang yang mempunyai fixed mindset itu ciri-cirinya biasanya orang itu selalu berusaha untuk sempurna dan biasanya juga takut untuk gagal sehingga dia merasa bahwa dirinya sudah seperti itu, harusnya seperti itu. Ini berbeda dengan seorang yang memiliki mindset untuk bertumbuh di mana dia terus menerus ingin belajar, selalu ingin mencoba, dan memiliki kualitas untuk yang selalu ditempa, artinya dia selalu menempa dirinya menjadi lebih baik, dan lebih baik.

Ini adalah perbedaan. Kita bisa melihat dua tipe orang ini yang menunjukkan mana yang fixed mindset dan mana yang growth mindset. Kita tahu ada banyak sekali dalam pembahasan tentang gelas yang berisi air namun hanya setengahnya saja. Ada orang yang mengatakan ini air atau gelas berisi setangah penuh, atau setengah kosong? Ini juga membedakan minset orang tersebut. Orang yang mengatakan setengah penuh, berbeda dengan yang mengatakan setengah kosong. Ada sebuah cerita lain yang berhubungan dengan mindset ini. Mungkin kita pernah tahu bahwa gajah di sirkus atau mungkin di kebun binatang itu hanya diikat oleh tali dan dipasang di sebuah pasak. Sebagai seekor gajah yang sangat besar tentunya dia sangat mudah sekali untuk melepaskan dirinya dari ikatan itu. Tapi karena gajah itu sudah dari kecil dia diikat seperti itu dan dia tidak bisa bergerak karena masih kecil, ketika makin besar, makin besar, dia tetap merasa bahwa dirinya tidak bisa bebas. Ini adalah mindset juga. Gajah yang sedemikian besar, hanya dengan seutas tali yang kecil takhluk. Dia tidak bisa, tidak punya keberanian untuk membebaskan dirinya.

Ada banyak cerita lain.Perumpamaan-perumpamaan seperti seekor anak elang yang dirawat atau hidup di antara anak-anak ayam. Dia tidak tahu bahwa dirinya adalah seekor elang. Dia melihat elang di langit, oleh teman-temannya atau saudaranya yang lain dikatakan, “Hati-hati dengan elang di atas itu, dia akan mengambil kamu dan memakan”. Padahal dia adalah elang. Dan dia tidak akan pernah bisa terbang karena dia berada di kumpulan para anak-anak ayam itu.

Bagaimana kita mengubah mindset? Inilah yang dijelaskan oleh Carol dalam bukunya mindset, bahwa kita harus punya mindset betumbuh. Ada orang yang mengatakan bahwa kecerdasan itu sifatnya tetap, tidak berubah. Orang yang dengan mindset bertumbuh punya keyakinan yang berbeda. Dia yakin bahwa kecerdasan itu bisa berubah. Dia yakin bahwa dengan pengalaman, dengan belajar, semuanya bisa berubah. Yang penting adalah sebuah dorongan hati ingin berubah. Karena tanpa itu perubahan juga tidak akan terjadi.

Kalau kita lihat dalam gambar slide ini, orang-orang yang memiliki fixed mindset atau mindset yang tidak mau berubah, bisanya mereka selalu menjauhi atau menghindari tantangan. Sangat mudah sekali untuk menyerah. Ada hambatan sedikit sudah langsung menyerah. Dan buruknya, kalau dia dikritik, cenderung diabaikan atau cenderung tersinggung. Dan kalau ada tugas, dia akan cenderung  memilih tugas-tugas yang mudah. Cenderung defensif, seperti saya sebutkan tadi mudah tersinggung. Dan yang lebih buruk, berbuat curang. Ini berbeda dengan orang yang memiliki mindset untuk bertumbuh. Ada hal yang buruk pada orang-orang yang selalu mengalami kesuksesan yaitu justru orang-orang ini takut mengahadapi resiko. Mengapa? Karena mereka tidak terbiasa mengahadapi kegagalan. Banyak orang-orang yang di level, “Kamu itu orang-orang yang hebat, jenius, rajin”. Justu dalam hal keentrepreneuran mungkin akan mengalami hambatan karena orang-orang ini justru takut mengahadapi resiko, takut berusaha atau takut sampai dia kemudian dianggap tidak lagi pintar. Ini adalah sebuah hambatan. Termasuk salah satu bentuk dari sebuah fixed mindset.

Padahal seorang entrepreneur itu perlu mengembangkan sikap berani mengambil resiko. Tentunya yang terukur. Berani untuk mengubah. Artinya dia tidak mau sekedar hanya itu-itu saja. Memberikan sebuah harapan entah bagi dirinya sendiri, keluarganya orang lain, masyarakat, bangsa, bahwa dengan apa yang dia lakukan bisa membawa sebuah perubahan. Ini adalah hal-hal yang dibutuhkan atau harus ada pada seorang yang memiliki mindset bertumbuh. Orang-orang dengan minset bertumbuh mempunyai sikap yang persistance terhadap usahanya. Dia tidah mudah menyerah. Dia belajar dari kritik-kritik yang dilontarkan kepadanya. Kritik bukan dianggap sebuah serangan, tetapi jusutru memacunya untuk introspeksi menghasilkan yang lebih baik karena dia tidak menjauhi tantangan, tetapi justru dia menghadapi tantangan itu dengan lebih baik.

Bagi orang yang memiliki mindset untuk bertumbuh, kecerdasan itu merupakan hasil dari tempaan hidup dan selalu punya keinginan untuk mempelajari hal yang baru sehingga dia tidak mau hanya itu-itu saja. Dia tidak mau terikat dalam keadaan yang status quo. Dia selalu cari tantangan. Dia adalah pekerja yang keras dan ia bangga katanya. Kalaupun dia mengahadapi kegagalan, berbeda dengan orang yang mempunyai fixed mindset, atau mindset yang tidak mau bertumbuh, yang cenderung dia sendiri menyalahkan orang lain atau pihak lain, atau mengatakan bahwa ini bukan salahku, tapi orang yang memiliki mindset bertumbuh, dia selalu berkata atau berintrospeksi “Apa yang bsia saya pelajari dari pengalaman ini?”. Ini bedanya.

Nah, UC Onliner, bukankah kita ingin menjadi sosok yang memiliki mindset bertumbuh? Sebab kita jangan terkungkung dalam sebuah mindset yang tidak bertumbuh. Kita harus yakin bahwa kita memang mau menjadi lebih baik. Artinya, kita percaya bahwa hidup kita itu tidak sekedar ini-ini saja. Kita percaya bahwa sesuatu itu bisa kita raih dengan ebih baik. Kita percaya bahwa kita bisa mengubah diri kita. Kita percaya bahwa kita bisa belajar dari pengalaman. Itu sebabnya gagal sepuluh kali, bangkit sebelas kali. Dan kegagalan itu kita hadapi dengan sikap yang positif, artinya apa yang bisa kita pelajari. Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama.

UC Onliner, tentu ada banyak orang yang memiliki yang tidak mau berubah. Walaupun ada yang mewujudkannya dalam sikap yang angkuh misalnya. Tapi kadang-kadang juga ada yang negatif. Misalnya gini, ketika dia mengalami kegagalan dia akan mengatakan, “Ya, saya ini memang bodoh. Saya ini memang tidak bisa”. Nah, sebagai seorang yang ingin bertumbuh, jangan melakukan hal itu. Kita harus bisa mengubah. Memang kita mungkin melakukan kesalahan, tapi jangan terpuruk atau jangan kemudian mengulang-ulang, “Ini adalah salahku”. Atau mungkin sebaliknya, “Ini bukan salahku”. Tapi apa yang bisa kita pelajari supaya kita melakukan perbaikan, perbaikan, dan perbaikan.

Inilah yang dikatakan oleh Carol S. Dweck, dalam bukunya. Bahwa, kalau kita bisa mengubah mindset kita, kita bisa mengubah hidup kita. Kita yakin kalau kita ditanya apakah Anda tidak ingin bertumbuh? Apakah usaha Anda tidak ingin lebih besar? Semua orang akan menjawab, “Ya, saya ingin lebih besar. Saya ingin menjadi lebih baik”. Tapi kadang-kadang kita itu terkungkung sendiri oleh mindset kita. Mindset inilah yang membatasi. Kita tahu bahwa musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Kalau itu kita sudah paham. Tapi, kita juga kadang-kadang acah tak acuh atau membiarkan diri kita terbawa oleh musuh besar kita itu sendiri. Bagaimana kita melakukan perubahan? Bagaimana kita mempunyai mindset untuk bertumbuh?

Dalam buku ini juga dikatakan kalau kita memiliki mindset yang bertumbuh, kita akan bisa meraih sukses. Tentu sekali lagi, bukan hal yang mudah. Karena mengubah mindset itu juga tidak segampang yang diomongkan dalam banyak seminar, training, atau banyak motivasi-motivasi, tetapi kalau kita punya keyakinan dan punya keinginan yang sangat besar, sangat sungguh-sungguh, maka itu akan pasti bisa. Saya ingin memberikan satu contoh dalam buku ini dikatakan bahwa salah satunya adalah rasa malu. “Rasa malu yang dimiliki manusia dapat mencegah mereka dari upaya mencari teman dan mengembangkan hubungan”. Padahal kita tahu sebagai seorang entrepreneur, perlu kita itu menjalin network.

Nah, ada orang yang kemudian mengatakan bahwa, “Ya, saya ini memang tidak bisa berteman dengan orang lain, saya ini memang tidak bisa memulai percakapan”. Ini adalah contoh fixed mindset. Dia merasa bahwa dia sudah sejak lahirnya atau ketika dia saat ini tidak bisa membuat sebuah hubungan dengan orang lain. Padahal kalau kita punya growth mindset, atau mindset yang bertumbuh, kita punya keyakinan bahwa kita bisa mengubah diri kita, kita bisa melatih diri kita untuk menjadi lebih percaya diri, lebih berani menjalin sebuah hubungan, sehingga kita bisa lebih sukses dalam berentrepreneur.

Kita tahu contoh yang lain, Einstein, fisikawan terkemuka, ketika masih kecil atau masih sekolah gurunya mengatakan bahwa, “Ah, kamu itu mana bisa sukses? Wong nilai pelajaranmu jelek”. Tapi Einstein membuktikan bahwa itu tidak benar. Dia bisa berubah. Kalau seseorang punya mindset bertumbuh, dia bisa berubah. Itu prinsip yang penting. Artinya apa? Seringkali kalau kita punya bisnis dan kemudian bertemu dengan teman, terutama dengan teman lama yang sudah lama tidak berjumpa, kemudian melihat bahwa kita sudah sukses berbisnis dan kemudian dia mengatakan bahwa, “sebetulnya kalau saya lihat kamu itu bisa lho lebih sukses dari sekarang”. “Ah, buat apa? Sekarang saya merasa sudah cukup”. Berarti kembali lagi fixed mindset. Tapikalau kita yakin bukan sekedar kita cari untung lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak. Bukan. Tapi bagaimana kita punya mindset bahwa kita ini adalah manusia yang selalu bertumbuh, itu lah yang penting. Mindset bertumbuh itu akan membawa pengaruh pada keentrepreneuran kita membawa usaha kita menjadi lebih besar. Lebih besar berarti juga membawa manfaat buat orang lain.

Inilah intisari dari bagaimana kita mempunyai mindset yang bertumbuh. Satu hal yang sangat penting bagi seorang entrepreneur yang ingin mengembangkan usahanya.

Sebelum kita akhiri review minggu pertama ini, ada sebuah video yang ingin saya sampaikan supaya dapat kita lihat bersama apa perbedaan antara fixed mindset dengan growth mindset secara multimedia. Saya Nur Agustinus, Semoga pembelajaran minggu ini bermanfaat bagi kita semua. Salam Entrepreneur..

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online 

REVIEW : INTENTIONS TO GROWTH - Antonius Tanan

Salam entrepreneur UC Onliner..
Kami berharap UC Onliner menikmati inspirasi dari pak Ciputra, dari pak Dahlan, dari pak Sudhamek, dan juga dari pak Sandiaga Uno. Keempat orang itu sudah pernah membesarkan usaha lebih dari 100 kali dan membesarkan usaha merupakan keahlian yang sudah melekat dalam diri mereka karena sudah sering dilakukan. Saya ingin menyimpulkan bahwa mereka semua mengatakan bahwa untuk membesarkan usaha mulai dari diri sendiri. Mereka mengatakan mulai dari mindset kita. Mulai dari diri kita sendiri mempunyai kehendak yang kuat untuk membesarkan usaha. Pak Sandiaga mengatakan, “jangan berada dalam comfort zone”. Beliau juga mengatakan “Jangan jalan di tempat”. Pak Ci juga mengatakan hal yang serupa. Harus ada keinginan yang kuat dari dalam diri kita.
Pertanyaannya, bagaimana supaya kehendak untuk membesarkan usaha itu besar di dalam diri kita? Menggelora di dalam diri kita. Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin berbagi kepada UC Onliner apa yang dikatakan oleh teori. Kenapa kita menggunakan teori? Tujuan daripada teori adalah untuk menjelaskan, untuk menolong kita untuk memahami sebuah fenomena sosial. Darimana dilahirkan teori? Teori dilahirkan dari sebuah kajian dan juga riset. Jadi, ketika kita menggunakan suatu teori, sebenarnya kita belajar dari kesalahan orang lain dan belajar dari kesuksesan orang lain. Jadi dengan kita mengambil suatu teori, kita mempercepat proses belajar kita. Namun, saya juga ingin tambahkan satu fenomena sosial dari berbagai sisi. Oleh karena itu teorinya mungkin tidak hanya satu. Sehingga setelah saya mencoba menjelaskan dari sisi sebuah teori, maka pak Nur Agustinus juga akan menjelaskan dari teori yang lain.
Teori yang akan saya jelaskan kepada UC Onliner bersal dari textbook ini. Judulnya Understanding The Entrepreneurial Mind. Nah, sekarang mari kita lihat gambar dari teori itu di sebelah saya. Di sini dikatakan bahwa Intention, saya menulis dalam bahasa Indonesia di sini sebagai kehendak. Itu adalah gabungan dari Desirability atau keinginan dan Feasibility atau kelayakan. Sejauh mana apa yang ingin kita lakukan layak atau tidak. Kalau kehendaknya ingin besar, harus ada gabungan dari kedua hal itu. Sehingga saya coba menggambarkan dalam dua buah lingkaran.
Ada lingkaran keinginan, ada lingkaran kelayakan atau kesanggupan. Yang di tengah itu kehendak. Jadi, kalau kehendaknya ingin kuat, alternatif pertama, Keinginannya dibesarkan. Pertanyaannya, bagaimana caranya? Saya memperbesar keinginan saya untuk memperbesar usaha, untuk meluaskan usaha. Usul kami, buka hidup kita terhadap inspirasi-inspirasi dari pada entrepreneur yang sudah berhasil. Baca riwayat hidup mereka. Lihat usaha mereka. Pelajarai pengalaman hidup mereka. Kelilingi dengan orang-orang yang menginspirasi Anda menjadi Entrepreneur. Perbesar keinginan adalah melalui inspirasi.
Yang kedua, bagaimana cara meningkatkan kesanggupan kita sehingga waktu kita melihat sesuatu, kita merasa ini layak dilakukan. Ada dua hal menurut pendapat kami. Yang pertama, perbesar informasi kita. Informasi apa? Informasi tentang hal yang ingin Anda lakukan. Kalau Anda ingin melakukan usaha tentang kuliner, Anda harus paham banyak tentang kuliner. Harus bisa membedakan makanan yang enak denga yang tidak enak. Makanan yang dicari orang dengan yang tidak dicari orang. Dan kedua, Anda juga harus tahu informasi tentang industrinya. Berapa besar marketnya. Orang kelompok ini suka makanan apa. Kenapa mereka suka ini. Kenapa mereka berani membayar dengan harga mahal. Di daerah yang lain mungkin makanan yang lain. Berapa besar pasarnya. Berapa banyak bertumbuhnya. Dalam satu tahun bertumbuh berapa persen. Kenali industrinya,bukan sekedar kenali subjeknya. Itu yang pertama tentang informasi. Dan yang kedua, kenali ilmunya. Khususnya ilmu entrepreneurshipnya. Bagaimana Anda mengentrepreneurkan bidang ini. Pelajari itu. Dengan Anda hadir di tempat ini, di UC Online, Anda sedang memperbesar bagian kelayakan atau kesanggupannya.
UC Onliner, itulah yang bisa saya simpulkan tentang apa yang bisa kita tingkatkan sehingga kehendak kita sehingga mindset kita untuk melakukan sebuah usaha Entrepreneur dan memperbesarnya itu menjadi milik kita. Salam entrepreneur. Selamat berjuang. Semoga usaha Anda terus berkembang menjadi makin besar. 

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

A NEW MINDSET FOR SCALING UP - Sandiaga Uno

Salam Entrepreneur UC Onliner

Jadi kalau kita melihat memang suatu konsep memulai usaha dan kalau saya bisa merefleksikan kembali ke awal tahun 1997 waktu saya memulai usaha itu situasinya memang sangat berbeda. Start up yang saya lakukan itu bukan karena peluang, tapi karena saya sedih. Saya waktu itu di-PHK dari satu pekerjaan. Satu yang melandasi kita waktu memulai periode itu adalah survival. Dalam suatu survival, acuan survival itu adalah apa aja kita kerjain. Pokoknya dimana kita harus bisa tetap survival. Ibarat kita kecemplung ke air, kita harus pakai gaya apa pun untuk supaya mengapung.

Kalau kita berbicara mengenai scale up, ini betul-betul a different ball game of together. Karena kalau kita untuk survival, start up itu bisa gaya ngapung model kiri kanan, tangan ke samping ke kiri ke kanan yang penting asal ngapung, kita bisa lakukan itu. Tapi begitu kita memiliki suatu tujuan, dan memulai menata daripada business plan kita, kita harus belajar betul-betul skill untuk scale up. Bagaimana kita belajar beranang gaya bebas, gaya dada, bagaimana kita teknik pernapasan, bagaimana kita bisa membaca arus, bagaimana kita bisa mempelajari rythm, sehingga kita bisa mencapai tujuan itu dengan baik.

Nah, dengan perusahaan itu juga sama. Scale up itu sangat-sangat penting untuk terutama kalau kita melihat banyak sekali teman-teman di UKM itu kalau dilihat kita kan sekarang punya 55 juta lebih pelaku usaha mikro kecil menengah dan 99% itu adalah usaha mikro. Kalau kita datang, saya kebetulan itu SMA di Jakarta Selatan nglihat usaha mikro yang sekitar sekolah saya itu sepuluh tahun setelah itu, dua puluh tahun setelah itu, tiga puluh tahun setelah itu begitu saya kembali, pelakunya masih sama, berjalan di tempat. Kenapa? Karena mereka kembali hanya berkutat pada suatu survival skill ability saja. Mereka belum meikirkan bagaimana untuk scale up. Kalau saya tanya pada mereka, “Pak, kenapa masih berjualan nine to five?” Atau jam sembilan sampai jam lima. Ya, karena ada tugas-tugas lain. Yang penting katanya satu, anak sudah bisa disekolahkan, saya sudah bisa makan, sudah bisa melihat anak saya menikah, dan lain-lain. Tidak ada keinginan untuk meng-scale up.

Ini challenge pertama dari pada scale up itu adalah mindset. Bahwa kita sebagai entrepreneur itu bukan hanya berjalan di tempat tapi kita harus bertumbuh. Tantangan kita sebagai entrepreneur setelah kita melakukan strart up adalah mengembangkan usaha kita, bagaimana kita bisa menciptakan lapangan kerja, bagaimana kita scale up our business sehingga dampaknya kepada society itu jauh lebih besar. Ini yang menjadi tantangan buat kita.

Teman-teman itu setelah kita coba challenge mindsetnya, kita ubah scale up, challenge kedua adalah comfort zone. Selalu mereka mengatakan bahwa, “Begini aja sudah cukup kok”. Dalam sesuatu comfort zone itu banyaknya kategori professional. Dalam entrepreneur ada juga comfort zone. Begitu mereka merasakan hal yang sudah cukup nyaman, kira-kira cukup yang dia dapatkan, aman dan nyaman, jadi dia nggak berkembang. Dia bilang, “Udahlah, segini aja cukup”. Itu banyak saya temuin di beberapa UMKM yang sudah masuk ke skala bukan mikro lagi, kecil tapi nggak bisa naik lagi ke kelas medium. Saya tanya mereka, bagaimana bisa meningkatkan ini? “Ah, sudahlah. Sudah cukup”. Nah, itu namanya comfort zone. Ini yang perlu kita, sekali lagi tantangan kedua, mindsetnya kita ubah bahwa bagaimana mereka meingkatkan usaha mereka dengan tentunya kunci pertama adalah terus meningkatkan keinginan mereka untuk growing.

Kunci ketiga saya rasa inovasi. Scaling up itu tanpa inovasi itu nggak akan mungkin bisa berjalan lancar dan perusahaan yang mencoba scale up tanpa inovasi, pasti tidak akan bisa berdaya saing. Tantangan berinovasi ini sama juga karena kalau kita tidak berubah dengan inovasi, kita pasti akan tertinggal jaman ya. Banyak sekali kita lihat perusahaan-perusahaan yang berhasil melewati comfort zone, tapi tidak melakukan inovasi, dia berjalan di suatu track yang mereka yakini itu adalah track yang sudah aman, ternyata inovasi-inovasi yang muncul dalam teknologi, dalam dunia yang sangat cepat ini bisa mematikan entrepreneur tersebut. Jadi, inovasi itu harus menjadi bagian dari setiap tarikan napas kita, bagaimana kita meleverage daripada bisnis yang sudah kita kelola dan bagaimana caranya kita mendorong terus supaya inovasi ini menjadi suatu solusi bagi bukan hanya kita sebagai entrepreneur, meningkatkan usaha, dan lain-lain, tapi juga sebagai bisnis yang pada ujungnya meningkatkan daya saing bangsa.

Sampai jumpa UC Onliner. Salam entrepreneur.

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online 

ALL START IS DIFFICULT - Sudhamek AWS

Membesarkan usaha di awal itu lebih sulit daripada mengembangkannya. Bagaimana menurut Pak Sudhamek?
Ya kalau peribahasa sih mengatakan all start is difficult, segala awal itu memang sulit. Seperti kita mendorong mobil, kalau pertama kali kita dorong itu pasti berat, tapi begitu mobil itu sudah mulai bergulir karena dibantu dua-tiga teman habis itu mungkin tidak perlu empat orang, dua orang itu mungkin sudah kuat. Dalam konteks itu memang betul start up bisnis itu resikonya lebih tinggi, makanya bank juga nggak begitu suka dengan start up bisnis . Greenfields itu nggak terlalu, karena resikonya terlalu tinggi. Tapi jangan salah mengerti bahwa pada saat perusahaan tambah besar itu itu berarti lebih mudah, sama sekali tidak. Tantangannya sudah berubah berganti. Kompleksitas di sana jadi ujung-ujungnya bahwa hidup itu memang penuh dengan tantangan. Saya tidak mengatakan mana lebih sulit mana lebih mudah, tapi saya mengatakan masing-masih ada tantangannya sendiri-sendiri, dan oleh sebab itu sebagai seorang entrepreneur kita tidak boleh merasa berpuas diri. Orang tidak berpuas diri itu bukan berarti orang yang tidak pernah mensyukuri. Lain lho ya. Berpuas diri itu dikhawatirkan kita menjadi completion, mapan, lengah jadi tahu-tahu kita menjadi kodok rebus. Itu yang tidak boleh. Tetapi saya ingatkan tidak boleh kemudian ditafsirkan sebagai  tidak pernah bersyukur. Itu konteksnya memang relevan karena memang dalam hidup, sekali lagi supaya kita lebih bahagia memang dalam hidup kita perlu sekali-kali pause, berhenti sebentar, menoleh apa yang sudah kita capai kita syukuri. Jadi ini sampai itu bukan yang hanya diri kita. Termasuk kita bisa memberikan lapangan pekerjaan yang lebih baik bagi karyawan kita itu kebahagiaan tersendiri.
 
Bagaimana Pak Sudhamek mengembangkan usahanya hingga berkembang 100 kali lipat?
Ya, perusahaan itu pada saat masih kecil atau sedang dirintis sebagai sebuah start up bisnis tentu masalah operation sangat perlu diperhatikan sangat ini heavy operation, artinya memang entrepreneur itu dia akan sangat terlibat sangat intensif sekali kepada hal-hal yang sifatnya operasional. Berbicara bisnis, operasional itu tentu yang menentukan sebuah bisnis untuk bisa mulai berjalan itu adalah bisa jualan atau tidak. Jadi ini buat sales manajemen sebetulnya di awal ya. Tentu sales itu yang dijual adalah barang, kalau perusahaannya merchandising company, tentu dia beli lalu dijual, kalau dia manufacturing company kemudian sales itu baru bisa berhasil kalau di back up dengan manufacturingnya yang handal. Tetapi kalau saya cenderung melihatnya di awalnya yang nomor satu yang kita dekati adalah soal sales dulu. Kenapa sales? Karena dari sales lah kita menghasilkan uang sebetulnya. Dengan kita jualan laku, uang itu boleh masuk. Kalu uang sudah mulai masuk dengan asumsi itu dikelola dengan baik, maka di situ akan menghasilkan keuntungan. Bisnis itu baru bisa tumbuh dengan baik kalau dia untung. Jadi keuntungan itu memang diperlukan seperti sebuah nutrisi diperlukan tubuh ini supaya bisa tumbuh. Namun balik lagi kalau ditarik ke belakang keuntungan itu bisa terjadi kalau sudah ada penjualan. Sehingga lalu fokusnya adalah bagaimana kita bisa memastikan supaya penjualan itu bisa terjadi. Nah, ini yang di level-level pertama.
Tentu kalau kita masuk lebih dalam lagi, jualan itu bisa laku kalau, kita memang mempunyai produk atau servis yang berbeda dengan kompetitor. Simple aja sebenarnya bisnis itu filosofinya adalah about differentiation perbedaan saja. Tapi perbedaan bukan saja asal berbeda, tapi juga perbedaan yang memberikan nilai tambah bagi konsumennya. Dan nilai tambah ini adalah nilai tambah yang diperlukan dan dianggap penting oleh konsumen. Nah, lalu differentiation itu bisa differentiation pada produknya, bisa differentiation pada cara mendistribusiannya, bisa differentiation itu pada cara mengkomunikasikannya. Bisa differentiation itu sampai pada hal-hal yang sifatnya intangible yang sudah dalam bentuk brand value itu bagaimana kemudian membangun persepsi benak konsumen kita.
Apapun yang kita lakukan, pastikan kita membangun differensiasi yang dipersepsi itu penting bagi konsumen. Dengan konsumen melihat produk kita berbeda dan memberikan nilai tambah yang dia perlukan di situ dia akan membeli. Jadi kalau kita gunakan konsep yang simple dan klasik, AIDA. Attention, Desire, Intention sama Action itu bagaimana orang bisa dimulai bisa terjadi Attention ya karena dia melihat ada sesuatu yang perlu diperhatikan. Dan yang perlu diperhatikan dalam konteks ini adalah nilai tambah tadi. Nah di situlah kemudian dia akan membeli. Dia membeli lalu akan terjadi penjualan. Lalu penjualan ini harus ditata cara penjualannya, distribusinya dan sebagainya sehingga barang tersebut bisa mengalir dengan smooth dari satu titik kepada titik yang berikutnya. Dari situ kemudian perusahaan pelan-pelan akan tumbuh. Nah, tentu saat semakin tumbuh ya kompleksitas permasalahannya juga semakin tumbuh.
Sampai jumpa UC Onliners..

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online 

MIMPI & FOKUS MENJADI PENGUSAHA BESAR - Dahlan Iskan

Salam Entrepreneur untuk UC Onliner.

Saya waktu masih menjadi pengusaha kecil, tentu mimpi juga menjadi seorang pengusaha besar. Karena saya lihat pengusaha besar itu enak sekali, bebas, mau apa saja bisa, mau beli apa saja bisa, tetapi saya juga sadar bahwa tidak bisa usaha itu tiba-tiba besar. Harus ada unsur kesabaran, tetapi tidak boleh sabar dalam pengertian menyerah. Biasanya kita akan menekuni dulu apa yang sekarang ada, jangan juga bermimpi terlalu banyak, mengerjakan ini, itu, ini, itu, ini, itu, akhirnya tidak fokus, maka yang saya lakukan adalah menekuni apa yang saya tekuni saat itu, sampai betul-betul saya menguasai, mendalami, menjiwai. Mimpi pun mimpi tentang bisnis yang saya lakukan siang malam dan akhirnya timbul ide-ide baru, timbul pikiran-pikiran baru.

Biasanya orang merasa sulit, apa lagi yang harus diperbuat. Apa lagi yang bisa mengembangkan. Tetapi kalau sungguh-sungguh dipikirkan sing malam, pintu itu terbuka sendiri. Kalau pintu tidak terbuka, sebaiknya kita merenung diri apakah kita yang kurang memikirkan. Jadi intinya adalah sungguh-sungguh.

Saya sering mengatakan bahwa sungguh-sungguh itu seperti emas, ada karatnya. Banyak orang mengatakan, “Saya ini sudah sungguh-sungguh pak, tapi kok tidak berhasil?”. Bagi orang yang mengatakan sudah sungguh-sungguh tetapi belum berhasil, itu perlu dipertanyakan, apakah betul dia sungguh-sungguh? Apakah tidak pura-pura sungguh-sungguh? Atau tidak di mulutnya saja sungguh-sungguh? Sebaiknya di-cek tingkat kesungguhan itu.

Tingkat kesungguhan itu seperti emas. Ada 24 karat, ada 22 karat, ada 20 karat, ada 18 karat. Kesungguhan juga begitu. Ada orang bilang sungguh-sungguh, tapi sungguh-sungguhnya tidak 24 karat. Sungguh-sungguhnya tidak 20 karat. Sungguh-sungguhnya tidak 22 karat. Mungkin sungguh-sungguhnya cuma 18 karat, bahkan mungkin tidak berkarat sama sekali. Nah, jadi tetep sungguh-sungguh dan sungguh-sungguh itu berbeda, karatnya berbeda, tingkatnya berbeda. Karena itu bagi yang betul-betul sungguh-sungguh, pasti dia berhasil. Karena orang yang sungguh-sungguh itu dari mulai yang jangan memikirkan yang macam-macam dulu, tekun, fokus memikirkan bisnisnya, nanti dengan kesungguhan itu banyak peluang-peluang terbuka. Istilah saya kalau selama ini kalau mau mengerjakan apa ya? Tapi setelah berpikir sungguh-sungguh, tiba-tiba ada pintu terbuka. Kadang-kadang menunggu pintu terbukanya ini perlu waktu. Tapi kalau tidak sungguh-sungguh pintu ini tidak akan terbuka. Bahkan kalau sunggu-sungguhnya 24 karat, itu tiba-tiba pintu satu terbuka, di belakang sana ada pintu lagi terbuka lagi. Di belakang sana ada tiga lagi pintu terbuka lagi. Di belakang sana lagi ada 10 pintu terbuka lagi.

Sebetulnya usaha itu untuk bisa berkembang menjadi besar sebetulnya mula-mula masuk satu pintu, tapi masuknya sungguh-sungguh, mungkin awal masuknya itu kita sulit karena pintunya terkunci harus mencari kunci, tetapi ketika berhasil membuka pintu pertama dan terus berpikir serius, itu akan terbuka pintu kedua, akan terbuka pintu ketiga, empat, lima sekaligus. Terus kemudian nanti enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh sekaligus.

Jadi, intinya adalah bagi yang masih menjadi pengusaha kecil, jangan berpikir yang terlalu macam-macam. Nanti baru menjadi pengusaha kecil terus sudah terpikir untuk menjadi tim sukses politik. Masih jadi pengusaha kecil sudah berpikir, kok enak jadi caleg. Masih pengusaha kecil berpikir mau menjadi orang politik, itu akan membuat usaha itu gagal. Lebih baik usaha dulu berhasil, kayak saya lah. Saya sekarang kan jadi orang pemerintah tetapi saya tidak memimpikan jadi menteri. Saya awalnya hanya menekuni usaha yang juga sangat kecil, hampir mati, tapi lama-lama besar, lama-lama serius, dan ketika usaha sudah besar, anak sudah besar, usaha saya serahkan kepada anak-anak saya, saya jadi pengangguran. Tapi toh orang melihat, “Lho, Pak Dahlan ini kok jadi pengangguran?”. Kemudian Bapak Presidan meminta saya menjadi Dirut PLN, saya menolak, tetapi beliau minta betul saya menjadi Dirut PLN, saya hanya mau tiga tahun, tidak mau lima tahun, tapi belum dua tahun Bapak Presiden sudah minta saya menjadi menteri, dan saya sebetulnya juga tidak mau tetapi beliau bilang harus jadi menteri. Begitulah. Tapi awalnya sangat sulit juga.

Jadi, jangan melihat saya sekarang, tetapi lihatlah saya sepuluh tahun pertama ketika umur 28 sampai umur 38. Itu saya bekerja lebih dari 16 jam satu hari. Tidur hanya tiga, empat jam selama sepuluh tahun terus menerus. Tidak ada hari sabtu, tidak ada hari minggu, dan banyak orang sudah lupa awal-awal waktu menjadi pengusaha. Banyak orang mengatakan, “Iya, Pak Dahlah kan enak, sudah besar”. Iya, sekarang. Tapi, sepuluh tahun pertama sama seperti para pengusaha kecil sekarang, sengsaranya bukan main. Tapi kan kita tahu itu ada film yang bagus. Judulnya sengsara membawa nikmat. Ya harus sengsara dulu baru nanti nikmat, daripada nikmat dulu baru sengsara?

Para entrepreneur, saya sudah mengalami jadi karyawan, jadi pengusaha kecil, sudah mengalami jadi pengusaha menengah, sudah mengalami jadi pengusaha besar, sudah mengalami jadi direktur utama BUMN yang sangat besar, dan sekarang mengalami jadi menteri. Dari semua perjalanan saya itu, yang paling membahagiakan dan paling menyenangkan adalah ketika jadi pengusaha. Kenapa? Jadi pengusaha itu bebas, tidak punya atasan, tidak ada yang merintah-merintah, kita sendiri juragannya, kita sendiri atasannya, sehingga ketika saya diminta Bapak Presiden menjadi direktur utama PLN, saya kaget sekali. Biasa saya jadi pengusaha, semuanya tergantung pada saya, saya merdeka sekali, tidak punya atasan sama sekali, apa yang saya katakan harus terjadi, begitu menjadi direktur utama PLN, tiba-tiba “Lho, atasan saya banyak sekali”. Sekali punya atasan banyak banget. Menteri keuangan atasan saya, menteri BUMN atasan saya, menteri ESDM atasan saya, wakil presiden atasan saya, presiden atasan saya, DPR atasan saya, susah banget ini menjadi direktur utama BUMN. Enak jadi pengusaha.

Jadi menteri bagaimana? Sama saja. Tidak enak. Apa lagi tiap hari dihujat orang, sudah kerja juga nggak dipuji, berprestasi juga seperti nggak ada artinya. Saya tetep menganggap bahwa jadi pengusaha lah saat-saat paling membahagiakan karena kemerdekaan ada di kita, mau jungkir balik terserah kita, dan pengusaha adalah manusia yang sangat medeka, dan peranannya bagi Negara, pengusaha lebih besar.

Pada tahun 1945, Indonesia merdeka, yang merebut kemerdekaan adalah ada pejuang, para tentara, para politisi. Kita bisa mengalahkan Belanda waktu itu. Tahun lalu, ekonomi Indonesia itu mengalahkan Belanda. Kalau dulu mengalahkan secara politik, tahun lalu ekonomi Indonesia sudah mengalahkan Belanda. Siapa yang mengalahkan Belanda kali ini? Pengusaha. Karena ekonomi kita besar, karena pengusaha kita maju, bukan karena yang lain-lain maju. Sehingga kalau tahun 45 para pejuang memerdekakan Indonesia, mengalahkan Belanda, tahun 2011, Indonesia mengalahkan ekonomi Belanda, dan yang mengalahkan itu adalah pengusaha. Jadi, pengusaha adalah sama tingkatnya dengan pahlawan kita di masa yang lalu. Dan kalau tiga tahun lagi kita bisa mengalahkan ekonomi Spanyol, maka sekali lagi itu sebetulnya para pengusaha yang bangkit dan mengalahkan ekonomi negara sebesar seperti Spanyol. Dan terus satu per satu negara-negara besar kita kalahkan dan itu oleh para pengusaha. Tidak lagi oleh para pejuang secara fisik.

Terima kasih. Salam Entrepreneur.

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online 

KENAPA KITA HARUS TUMBUH - Ciputra

Baiklah. Saya sekali lagi bahagia ketemu dengan Anda semua. Karena setiap kali saya berbicara tentang entrepreneur, saya merasa punya semangat dan jiwa yang baru. Sebelum kita teruskan, janganlah lupa kita saling mengatakan Salam Entrepreneur. Khususnya hari ini kita berbicara Universitas Ciputra Entrepreneur Online, UCEO.
Hari topiknya adalah scale up. Pada waktu yang lalu bagaimana start up, memulai suatu perusahaan yang baru. Sekarang perusahaan sudah ada, tapi kita ingin tingkatkan. Nah, biasanya perusahaan itu ada dua macam. Dari pertama saya ingin memulai suatu perusahaan yang kecil, kemudian saya scale up menjadi perusahaan yang besar. Umumnya dilakukan oleh orang yang belum punya pengalaman dan tidak punya modal. Dimulai dari kecil terlebih dahulu. Kemudian perusahaan saya, karena saya kurang modal, selalu mulai pada yang kecil. Nah, yang kedua, dia punya modal, punya pengalaman, bikin persiapan sekaligus yang besar, dengan modal yang besar. Itulah dua macam tersebut atau ada macam-macam lain yang anda bisa terapkan. Khususnya pada hari ini, saya akan berbicara tentang yang pertama, strategi yang banyak terjadi di Indonesia. Anda dan saya kebanyakan tidak punya modal.
Marilah kita berbicara mengenai scale up yang mulai kecil kemudian menjadi besar. Scale up itu ada dua macam lagi. Ada saya memulai suatu perusahaan, sudah berjalan, saya delegasi kepada orang lain. Perusahaan ini membuka suatu bisnisnya yang baru. Jadi, dalam perusahaan itu scale up perusahaan menjadi besar, tetapi lebih dari satu macam usaha. Misalnya, kita mempunyai usaha property, nah untuk diversifikasi, dan juga untuk scale up, kita membuka perusahaan kelapa sawit. Atau di Ciputra Group membuka perusahaan IT. Komputer. Bisa dua macam. Perusahaan yang kecil tersebut biasanya perusahaan kecil, perusahaan menengah, perusahaan besar, tapi masih skala nasional. Dan itu kita lakukan di Ciputra Group. Sesudah itu kita menjadi perusahaan internasional, membuka cabang di Singapore, Vietnam, Kamboja, di Cina. Jadi, ada beberapa strategi yang bisa anda lakukan. Saya ingin memberi contoh.
Di Ciputra Group kita sudah melakukan pekerjaan yang cukup sukses dan dalam bidang property. Tetapi, property itu suatu bisnis yang sebagai gelombang. Seperti pelari marathon yang menempuh melalui lembah, melalui gunung. Ada naik turun. Ada jaman booming, ada jaman glooming, jadi, kita ingin diversification. Tadi itu perusahaan itu dalam bidang konstruksi jadi kalau timbul misalnya sesuatu booming, glooming, maka kita hanya terpaku pada satu jenis usaha saja. Dan kedua, bisnis itu hanya domestik, tidak internasional sehingga kita akan bisa terjebak seperti pada tahun 1998. Kita ingin bagaimana kita mau scale up Ciputra Grup. Tapi sebelum saya teruskan begini, saya ingin melakukan sesuatu biasanya kalau ada dua manfaat. Manfaat untuk keamanan daripada itu perusahaan secara diversification, tapi juga manfaat untuk bisnis menjadi lebih besar dan bisa yang ketiga untuk membentuk kader-kader yang baru.
Ada scale up kita mulai step by step. Misalnya satu project, tambah dua project. Project perumahan ditambah dengan project kantor, ditambah dengan mall, dan sebagainya. Jadi itu scale up. Tadi kami sudah sampaikan tentang scale up ke suatu bidang yang baru sama sekali. Itu tentu sangat sulit sekali.
Sekarang saya scale up yaitu dahulu kita hanya konsentrasi satu project Citra Garden yaitu Jakarta, kemudian kita ekspansi ke luar kota. Kemudian sudah ke luar kota beberapa kota kita lakukan, kita ke luar negeri. Ke Vietnam, ke Kamboja, ke RRC sekarang ini. Dulu pertama kali kita konsentrasi pada perumahan, township, tapi sekarang kita semua konsentrasi sampai township di komersil dan yang paling sulit dikomersil itu adalah superblok, di mana dalam satu bangunan, satu atap terdapat beberapa fungsi di sana daripada mall, kantor, hotel, kondominium, bahkan rumah sakit, dan sebagainya.
Jadi, inilah yang kita ingin lakukan. Nah, itu jenjangnya itu seperti naik tangga. Itu step by step. Sudah ini selesai mantap, sudah yakin walaupun belum selesai kita bisa beralih ke tangga berikut. Jangan sampai kalau sampai gagal, dan Anda sudah meloncat ke tempat yang lain, Anda tidak perlu selesai. Dan ada keyakinan betul bahwa ini misalnya kita membangun sebuah project, misalnya kita membangun dulu Mall Ciputra. Itu kita dari perumahan melangkah ke mall. Kita yakin mall ini akan sukses sekaligus kita bangun hotel dalam satu superblok. Jadi, inilah Anda harus bekerja dengan sistematis, punya rencana, dan sesudah Anda yakin, Anda meloncat. Tidak perlu Anda selesai.
Demikian juga kita ke luar negeri. Kita ke Vietnam. Belum selesai projectnya, kita sudah pindah ke Kamboja, belum selesai projectnya kita sidah pindah ke Cina, tapi harus bekerja yang penuh perhitungan dan keyakinan bahwa Anda, apa yang Anda lakukan yang lalu sudah bisa Anda delegasikan kepada orang lain dan membentuk tim yang baru. Dan itu yang kita lakukan. Saya harap Anda untuk scale up, ada yang tetap biasa membangun perumahan yang township seratus hektar, sekarang Anda membangun seribu hektar dan tetap perumahan. Nah, itu umumnya lebih mudah daripada dalam bidang property, dalam bidang perumahan, termasuk dalam bidang komersial. Umpama kata Ciputra World 1, itu terdapat lima jenis usaha dalam satu atap dan luasnya itu hampir kira-kira 600.000 meter2. Nah, inilah yang tidak mudah tapi Anda harus bekerja dengan perencanaan yang tepat dengan penuh keyakinan Anda bahwa Anda perhitungan yang tepat, Anda punya dasarnya tadi Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship. Saya yakin Anda bisa berhasil.
Baiklah, ini sambutan kami pada hari ini. Sekali lagi dengan penuh keyakinan dan penuh harapan dan doa supaya Anda berhasil menjadi entrepreneur sejati.
Terakhir, Salam Entrepreneur. Semoga Tuhan menyertai kita semua. 

Sumber : T100

UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

ROADMAP TO T100 - Nur Agustinus

Salam Entrepreneur UC Onliner..
Saya Nur Agustinus, Direktur Akademik UCEO. Kita berjumpa lagi dalam pembelajaran UCEO yang berikutnya. Setelah kita belajar Entrepreneurship Ciputra Way, bagaimana kita membangun sebuah bisnis, start up sebuah usaha, kita akan melanjutkan bagaimana mengembangkan bisnis itu menjadi lebih besar dan lebih sukses lagi.
Program UCEO kali ini adalah berjudul T100. Apa itu T100? T100 adalah tumbuh 100 kali. Jadi bagaimana sebuah perusahaan yang kita dirikan bisa berkembang dan bertumbuh makin besar, makin besar seratus kali lipat daripada sekarang.
Tentunya setiap program ada waktu yang harus diselesaikan. Program ini berjalan selama 6 minggu. 6 minggu itu kita akan belajar bagaimana mengubah mindset kita, bagaimana kita mengetahui model-model bisnis yang bertumbuh, inovasi-inovasi apa saja yang bisa dilakukan, dan tantangan-tantangan maupun hambatan serta peluang-peluang yang bisa diraih dalam pertumbuhan sebuah bisnis.
Dalam minggu yang pertama, kita akan membahas tentang mindset. Mengapa mindset? Mindseta adalah satu hal yang sangat penting. Segala tindakan, tujuan, bahkan arah kita itu sangat dipengaruhi oleh mindset kita. Banyak usaha yang hanya berjalan di tempat atau itu-itu saja juga kerena mindset. Entah takut resiko, entah takut apa yang sudah dibangun akan mengalami kehancuran, bahkan mungkin kita sudah merasa puas, berpuas diri sehingga kita tidak ingin bertumbuh. Dalam minggu yang pertama, dalam pembelajaran T100 ini, kita akan belajar soal mindset. Banyak video-video nanti dari para inspirator maupun entrepreneur yang sudah sangat sukses, memberikan tips-tipsnya bagaimana mengubah mindset supaya ingin bertumbuh. Tidak sekedar hanya itu-itu saja. Jadi, kita tetap berusaha untuk berkembang menjadi lebih besar, berkembang menjadi lebih sukses. Itu adalah pembelajaran di minggu yang pertama.
Nah, UC Onliner, pada minggu yang kedua, kita bicara tidak lagi sekedar mindset, tapi bagaimana strategi kita untuk bertumbuh karena ada dua pertanyaan yang penting di awal yang harus diajukan saat kita mau mengembangkan usaha. Apa itu? Pertama adalah seberapa cepat kita ingin bertumbuh, dan yang kedua adalah seberapa besar kita ingin bertumbuh. Tentu mimpi setiap orang berbeda-beda. Mimpi yang berbeda akan menentukan strategi yang berbeda pula. Inilah yang kita pelajari dalam minggu kedua. Karena hal ini juga tergantung dari apa yang kita miliki karena setiap usaha punya kekuatan untuk bertumbuh yang berbeda-beda. Jadi selain kemauan yang kita miliki dalam mindset kita, kita juga butuh kemampuan. Nah, ini penting karena pertumbuhan itu tidak hanya sekedar 9ngin saja, tetapi juga harus didasari oleh sebuah kemampuan, sebuah resource juga yang mana kita akan bahas di minggu kedua sebab ini juga butuh strategi untuk bertumbuh.
Pada minggu yang ketiga, kita akan membahas mengenai resource management. Apa itu? Seorang entrepreneur ketika dia memulai usaha atau start up sebuah bisnis, dia memang butuh sebuah keyakinan, atau mundset, atau kemampuan seorang entrepreneur untuk memulai sebuah usaha. Itu tidak mudah. Tetapi ketika dia sudah mendirikan usahanya dan menjalankannya, butuh kemampuan lain yaitu manajemen. Mengelola. Mengelola resource itu adalah hal yang penting karena seringkali seorang entrepreneur terjebak pada keinginan yang bertumbuh yang sangat besar, sangat cepat, tetapi tidak didukung dengan resource yang dia miliki. Ini akan menjadi sebuah boomerang. Banyak usaha yang menjadi besar kemudian runtuh. Ketika merketnya begitu besar, operasionalnya menjadi lemah. Akhirnya banyak komplain dan sebagainya sehingga pertumbuhan itu hanya terjadi sesaat, kemudian hancur kembali. Meskipun tentu ketika gagal kita harus bangkit tapi tentu kita harus mengatur supaya kita tidak jatuh dalam kegagalan.
Nah, pada minggu yang ketiga ini kita akan bicara tentang manajemen untuk mengelola resource supaya pertumbuhan yang kita lakukan itu bisa sustainabilitynya bagus. Artinya, bisa membuat usaha kita makin berkelanjutan dan berkesinambungan.
Pada minggu yang keempat, kita akan lebih mendalami tentang business model inovation. Kita tahu entrrepreneur tidak bisa lepas dari inovasi. Inovasi sangat diperlukan apalagi meghadapi kompetisi dunia usaha yang sangat-sangat ketat. Tentu saja kita lihat ada banyak sekali perusahaan-perusahaan baik itu usaha mikro kecil yang sekedar hanya bertahan. Apakah mereka tidak melakukan inovasi? Ya, mereka tetap melakukan inovasi, tapi inovasi yang mereka lakukan itu adalah inovasi yang hanya sekedar untuk bertahan. Kita tidak bisa hanya sekedar untuk bertahan, kita harus punya inovasi untuk bisa bertumbuh. Inilah yang akan kita pelajari sebab ada beberapa macam-macam tipe inovasi yang tidak sekedar inovasi untuk membuat produk, tapi ada inovasi-inovasi yang lain. Ini yang akan kita pelajari dalam minggu yang keempat.
Pada minggu yang kelima, kita akan lihat bahwa setiap pertumbuhan pasti mengandung sebuah resiko. Pasti punya tantangan-tantangan yang berbeda. Setiap tahap-tahap seperti seorang manusia ketika dia masih kecil dia punya tantangan tersendiri, remaja punya persoalan tersendiri, ketika dia dewasa juga sama. Demikian juga usaha. Ketika dia masih kecil berkembang lebih besar, pasti punya tantangan sekaligus resiko. Nah, resiko ini harus kita kelola sebab resiko yang berbeda harus dihadapi dengan cara yang berbeda. Kalau kita seringkali, “Ah bukankah saya berhasil melakukan hal itu dulu?”, belum tentu. Karena perbedaan situasi kita perlu tangani dengan cara yang berbeda pula. Itulah yang akan kita bahas, akan kita pelajari di minggu yang kelima.
Pada minggu yang keenam, UC Onliner akan belajar tentang bagaimana mengembangkan bisnis ini tidak sekedar untuk bermain di lokal, karena dengan proses globalisasi, degan adanya kompetisi dari dunia luar, negara-negara asing, kita juga jangan mau kalah. Ada tantangan tersendiri yaitu tantangan global ekspor. Kita akan memberikan suatu ulasan bagaimana sebuh bisnis juga perlu dikembangkan. Mungkin masih terlihat terlalu besar impian ini. Tapi bukan juga hal yang mustahil. Bahwa hal ini juga harus mulai dipersipakan bagaimana mengembangkan bisnis menjadi berskala internasional, berskala dunia. Inilah yang akan kita bahas dalam pembelajaran T100.
T100, tumbuh 100 kali, bukan hal yang mustahil, tapi juga bukan hal yang mudah tentunya. Kita perlu harus belajar, kita harus perlu emmpraktikkan, kita perlu harus berinisiatif, punya keinginan untuk tumbuh, dan mari kita bersama-sama belajar mengembangkan usaha kita menjadi lebih sukses, menjadi tumbuh seratus kali.Salam Entrepreneur..

Sumber : T100

UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online 

START UP vs SCALE UP - Antonius Tanan

Salam Entrepreneur UC Onliner.
Selamat datang di seri baru pembelajaran online dari UCEO. Tema besar yang kita ambil pada pembelajaran kali ini adalah tentang scale up, setelah yang lalu kita semua berbicara tentang Start Up. Start up adalah tentang membuka usaha, sedangkan Scale up tentang membesarkan usaha. Apa bedanya antara Start Up dengan scale up? Ada beberapa hal. Pertama, waktu start up barangkali kita belum ada tim. Baru ada gagasan. Belum ada produknya, belum ada pelanggannya, dan belum ada pengalaman untuk beberapa orang memulai start up belum ada pengalaman. Dan barangkali juga belum ada modalnya. Tetapi scale up kita lakukan ketika usaha kita sudah ada. Sudah ada, bagaimana dikembangkan. Jadi, pada saat scale up biasanya sudah ada timnya sudah ada produk, sudah ada pelanggan, sudah ada pengalaman sebelumnya, dan sudah ada modal. Barangkali yang akan dikembangkan produk lain, tapi paling tidak Anda sudah punya pengalaman dengan produk terdahulu. Mungkin yang dituju adalah pelanggan yang lain. Tapi kita sudah punya pengalaman bukan dengan pelanggan yang lalu? Nah, itu kira-kira bedanya. Namun ada yang samanya antara start up dengan scale up.
Menurut hemat kami, yang menyamakan paling tidak ada tiga hal penting. Yang pertama, baik start up maupun scale up, dua-duanya harus bisa mengidentifikasi peluang. Untuk start up, bagaimana identifikasi sebuah usaha baru, sedangkan untuk scale up, bagaimana bisa mengidentifikasi sebuah peluang baru yang bisa dimasuki. Sebuah pintu yang baru yang kita bisa masuki. Dan yang kedua adalah tentang inovasi. Baik start up maupun scale up, dua-duanya harus berinovasi. Yang ketiga, baik start up maupun scale up, dua-duanya kita harus bisa mengelola resikonya. Kita harus bisa menghitung resikonya, kita harus bisa mengendalikan resikonya, menguranginya, dan jika perlu menghilangkannya.
UC Onliner, selamat datang di pelatihan scale up. Semoga ini menginspirasi Anda, dan membantu Anda semua di dalam mengembangkan dan membesarkan usaha Anda semua. Salam Entrepreneur UC Onliner.

Sumber : T100

UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online 

ENTREPRENEURIAL MASK - Antonius Tanan

Salam Entrepreneur UC Onliners. Salam jumpa lagi.
Kita semua sudah tiba pada bagian akhir daripada pembelajaran kita Entrepreneurship Ciputra Way. UC Onliners, saya ingin berbagi sebuah kesimpulan pendek tentang apa saja yang sudah kita pelajari bersama selama tujuh minggu terakhir ini. Pak Ciputra mengatakan bahwa seorang entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan jadi emas dan prosesnya dijelaskan oleh beliau dalam sebuah puisi yang setiap minggu kita bahas lariknya. Dari mulai melihat tapi tidak mengerti, sampai entrepreneur itu kalau dia gagal sepuluh kali, bangkit sebelas kali.
Saya ingin menyimpulkan itu semua untuk UC Onliners. Mari kita lihat dari definisi yang paling awal yang dikatakan oleh beliau, yaitu entrepreneur mengubah kotoran rongsokan menjadi emas. Apa artinya? Seorang Entrepreneur melakukan nilai tambah yang kreatif. Menciptakan nilai tambah yang kreatif. Barang yang tidak berharga dibuatnya menjadi sangat berharga. Sesuatu yang dibuang, diubahkannya secara kreatif sehingga menjadi sesuatu yang mahal seperti emas yang dicari.
Nah, kalau seseorang memiliki keterampilan itu, kalau seseorang bisa melakukannya, apakah hanya berlaku dalam dunia bisnis? Pak Ciputra mengingatkan bahwa Tidak hanya dalam dunia bisnis, kecakapan entrepreneur, semangat entrepreneur kalau ada di dalam diri kita, kita tidak bisa kunci, kita tidak bisa hanya krangkeng dalam dunia bisnis. Beliau memperkenalkan kata GABS. Apa itu GABS?  Government, Academission, Business, dan Society. Pak Ciputra mengatakan bahwa semangat dan kecakapan entrepreneurship itu berguna untuk di pemerintahan, untuk di dunia pendidikan, untuk di dunia bisnis tentunya, dan juga di dalam kita bermasyarakat. Saya akan ambil contoh satu per satu.
Misalnya di dalam Government. Seseorang dengan jiwa dan semangat dan kecakapan entrepreneurship menjadi bupati. Maka dia akan mengubahkan kabupaten yang miskin menjadi kabupaten yang sejahtera. Dia akan menciptakan kegiatan-kegiatan dan gagasan yang kreatif sehingga kabupatan yang dulu barangkali terbelakang, kemudian bisa bertumbuh menjadi kabupaten yang sukses. Dia memiliki jiwa entrepreneur, dia seorang government entrepreneur.

Berikutnya, bagaimana kalau dia berada dalam dunia pendidikan? Menjadi dosen, menjadi guru, menjadi kepala sekolah. Sebagai contoh, dia akan mengubahkan sebuah sekolah, sebuah perguruan tinggikah yang tadinya tidak dilirik orang menjadi sebuah sekolah perguruan tinggi yang dicari orang, dicari mahasiswanya. Contoh yang lain, dia akan mengubahkan pembelajar, peserta didik, yang tanpa latar belakang entrepreneur bisa dididik sedemikian rupa sehingga menjadi entrepreneur yang hebat. Dia mengubahkan manusia yang dididiknya menjadi jauh lebih baik. Itu contoh dalam dunia pendidikan.

Berikutnya, bagaimana dengan dunia bisnis? Tentu perusahaan yang tadinya tidak ada menjadi ada dan perusahaan yang baru itu yang biasanya kecil diubahkannya menjadi besar berlipat-lipat. Seorang entrepreneur dalam dunia bisnis menciptakan usaha dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar. Itu contoh dalam dunia bisnis.

Sekarang bagaimana untuk sosial? Seseorang dengan semangat, dengan kecakapan entrepreneur mau memutuskan, saya akan berkarya di masyarakat, saya akan melakukan hal-hal yang bersifat sosial. Misalnya, dia berkarya di komunitas masyarakat yang tinggal di daerah pulau. Sebagai contoh, apabila dia memiliki semangat dan kecakapan entrepreneurship, dia akan mengubahkan daerah kumuh itu menjadi daerah wisata. Kita memiliki sebuah contoh ini bukan? Di Jogja, kalau anda datang ke Kali Code tiga puluh tahun yang lalu itu daerah kumuh. Sekarang menjadi daerah wisata.

UC Onliners, apa yang menyamakan itu semua? Government entrepreneur, academission entrepreneur, dan business entrepreneur, dan sosial entrepreneur. Semuanya memiliki daya ubah yang kreatif. Semuanya mengubah sesuatu atau sekelompok orang yang tadinya dianggap tidak berharga menjadi sangat berharga, menjadi sangat bernilai. Daya ubah yang kreatif itulah, itulah jiwanya entrepreneur. Jadi, kalau anda selama tujuh minggu ini sudah belajar entrepreneurship dan anda ingin mempraktikannya, tidak perlu tunggu kapan anda punya PT, kapan anda akan punya toko untuk mempraktikkannya, tidak perlu tunggu. Anda bisa mempraktikan untuk diri sendiri. Jadikan hidup kita ini sendiri sebuah laboratorium entrepreneurship anda. Inovasikan hidup kita, inovasikan kegiatan-kegiatan anda, Inovasikan cita-cita anda. Buatlah sebuah impian masa depan yang begitu indah, yang menantang anda berinovasi. Dan berpikir, bertindak, berdiskusi. Cari terus strateginya sedemikian rupa sehingga hidup anda sendiri menjadi sebuah contoh inovasi. Hidup anda sendiri sebuah contoh produk entrepreneurship.

Nah, untuk bisa mencapai itu semua tidak cukup hanya belajar dan lewat pengetahuan. Belajar entrepreneurship bukan sekedar belajar to know untuk tahu, tetapi harus belajar untuk to do dan to be. To be Entrepreneur. Bukan hanya pikirannya, tapi juga harus hatinya. Harus semua ada dalam dirinya memiliki ciri-ciri seorang entrepreneur .Kami menyebutnya dengan konsep MASK. “M”nya apa? Mindset, “A”nya apa? Attitude, lalu “S”nya apa? Skill, dan terakhir Knowledge. MASK. Mindset, Attitude, Skill, and Knowledge. Keempat-empatnya harus mengalami perubahan menjadi entrepreneurial. Untuk itu harus berlatih setiap hari. Untuk itu belajar terus.

Nah, UC Onliners,  Pembelajaran kita yang tujuh minggu bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Kami sudah mempersiapkan seri yang kedua. Perhatikan dan ikut terus dan tentu pelajari terus, praktikkan sehingga  kita semua memiliki “MASK”nya seorang entrepreneur sejati. Mari terus belajar bersama kami UC Onliners. Terimakasih atas perhatian anda. Sukses untuk anda. Salam entrepreneur..

Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online

DETERMINASI DIRI - Nur Agustinus

Salam Entrepreneur UC Onlines. Hari ini kita akan membahas mengenai Self Determination bersama saya Nur Agustinus dari UCEO. Kita bahas mengenai apa itu determinasi diri. Seorang entreprneur harus mempunyai sifat determinan. Kita tahu determinan itu artinya menentukan. Sesuatu di mana dia itu mempunyai keinginan, dia mempunyai tujuan. Entrepreneur itu akan berusaha selalu mencapai tujuannya.  Nah, teori tentang determinasi diri ini telah diselidiki dan dipelajari oleh seorang pakar psikologi yang bernama Deci & Ryan. Apa tentang teori ini, mari kita akan bahas bersama-sama.

Mengapa seseorang mempunyai sebuah kemauan yang keras di mana dia berusaha untuk menentukan bahwa tujuannya itu harus tercapai. Ini memang ada beberapa faktor. Menurut penelitian Deci & Ryan ada tiga hal yang perlu ada dalam diri seorang yang memiliki determinasi diri yang bagus. Ketiga hal ini adalah sebagai berikut.

Kalau kita lihat di sini adalah determinasi diri, pertama adalah dia harus mempunyai yang namanya otonomi. Otonomi ini adalah bagaimana dia mempunyai kekuasaan atas dirinya. Banyak orang yang, misalnya, hidupnya itu tergantung dari orang lain. Ketika dia mau melangkah dia harus menunggu, katakanlah, persetujuan pihak lain. Ini akan membuat otonominya berkuarang. Tapi kalau dia memiliki otonomi yang besar, ini akan mempengaruhi determinasi dirinya.

Yang kedua. Jadi kalau kita lihat yang kedua, kedua adalah kompetensi. Kita tahu setiap orang punya kompetensi yang berbeda-beda. Semakin orang memiliki kemampuan, atau dia semakin kompeten dalam bidangnya, dia akan memiliki determinasi yang lebih kuat. Jadi, jika anda para UC Onliners saat ini masih berusaha untuk menjadi entrepreneur, salah satu langkah bagaimana meningkatkan determinasi diri adalah dengan meningkatkan kompetensi ini. Walaupun saat ini kita sedang bekerja di perusahaan atau di kantor atau di lembaga lain, kita sebaiknya selalu meningkatkan kompetensi. Ini adalah hal yang penting karena kompetensi yang bagus, semakin kuat, akan meningkatkan determinasi diri. Jadi kita sudah ketahui dua hal. Pertama adalah otonomi, sejauh mana UC Onliners bisa membuat diri menjadi seorang yang otonom, dan bagaimana meningkatkan kompetensi.

Apa yang ketiga? Yang ketiga adalah relasi. Relasi atau hubungan. Hubungan ini, kita bisa lihat, kalau kita memiliki hubungan dengan orang lain, semakin kita punya network, semakin kita punya relasi yang baik, ini akan membantu keyakinan diri kita untuk berusaha mencapai apa yang kita inginkan. Jadi, kita tidak mau atau kita tidak mudah untuk menyerah. Dengan adanya relasi ini, ini akan membantu. Membantu kekuatan dari detrminasi diri.

 Sebetulnya kalau kita kembali pada teori-teori entrepreneurship, dan kita selalu tahu bahwa seorang entrepreneur itu tidak mungkin lepas dari network. Teori Efektuasi juga menjelaskan bahwa ada yang namanya Crazy Quilt. Jadi, Crazy Quilt, kalau saya tuliskan di sini, ini adalah potongan-potongan perca. Jadi misalnya kita tahu bahwa di penjahit itu biasanya banyak sisa-sisa kain misalnya kain ini, ada kain ini, ada kain lagi, sisa-sisa potongan kain. Kalau kita gabung-gabungkan, kita pernah melihat selimut yang berupa tempelan-tempelan, gabungan-gabungan dari potongan-potongan kain ini, ini akan menjadi sebuah kain atau selimut yang indah, yang artistik. Nah, dalam teori efektuasi, salah satu teori entrepreneurship yang sangat populer saat ini, kemampuan entrepreneur yang baik adalah dia bisa menemukan orang-orang yang dia kenal dan menggabungkannya menjadi sebuah katakanlah resource atau sumber daya yang bisa untuk mencapai tujuannya. Jadi, tiga hal ini yang diteliti oleh Deci dan Ryan itu menentukan determinasi diri.

Pertanyaannya adalah bgaimana kita melatih determinasi diri? Apakah memang ada orang yang sudah dari dasarnya memiliki determinasi yang kuat atau hal itu memang bisa dilatih? Kita tahu entrepreneur itu ada tiga. Petama kemungkinan dia dari lahir, dari pendidikannya dan dari lingkungannya. Nah, kita juga yakin bahwa detrminasi ini juga bisa dilatih. Artinya apa? Kita tahu bahwa ada orang-orang tertentu yang ketika menghadapi sebuah masalah itu dia kemudia melakukan reaksi. Jadi misalnya begini, katakanlah ini seseorang yang ingin mencapai sebuah goal atau tujuan. Tentunya dia akan berjalan di sini. Tetapi, bagaimana kalau di tengah-tengah ini ada sebuah halangan? Katakanlah kita mau menuju suatu tempat, ternyata ada tembok yang menghalangi. Jadi, tentunya kita akan berjalan ke sini, kemudian berhenti. Ada tembok. Ada beberapa hal yang sering terjadi, misalnya ada orang yang berjalan ke sini, padahal tujuannya di sana, dia kemudian kembali. Ada juga yang di sini, ada hambatan, dia berhenti di sini. Dia menjadikan ini sebagai tempatnya yang terakhir yang dia bisa capai. Ada juga orang yang tidak menyerah. Dia berusaha mencari akal, mencari jalan, melingkar mungkin, dan dia mencapai tujuannya. Ini sudah membuktikan dia sudah ada usaha yang keras. Apa pun yang terjadi ada halangan apa pun dia akan berusaha mencapai tujuan. Tetapi ada juga yang mungkin karena faktor-faktor yang lain tadi, entah itu otonomi, entah itu kompetensi, dan juga relasi, dia bisa membuat terobosan, di mana dia menghancurkan tembok ini atau menghilangkan tembok ini. Atau katakanlah dia membuat terobosan dan dia tetap bisa menuju ke sana.

Jadi ini adalah bagaimana orang mencapai tujuan. Orang yang memiliki determinasi yang kuat, dia tetap selalu ingin mencapai tujuan. Jadi, saat pertama dia harus punya tujuan. Banyak orang yang sebetulnya tidak mempunyai tujuan. Nah itu adalah problemnya. Kalau dia tidak mempunyai tujuan, dia tidak tahu kapan dia harus mencapainya atau ke mana dia harus mencapainya. Dan kalau pun ada hambatan dan dia berhenti, dia bisa merasakan ini cukup menjadi tujuan saya. Jadi seorang entrepreneur harus mempunyai visi. Dia harus punya tujuan. Dia harus tahu mau jadi apa. Kalau dia tidak punya visi, maka apa yang dia tuju juga tidak jelas. Jadi, langkah awal, punyalah visi. Punyalah mimpi. Mimpi yang besar. Kemudian bergeraklah menuju mimpi itu. Punyalah misi-misi untuk mencapai visi itu. Jadi, seseorang harus punya tujuan yang penting yang pertama. Kemudian dia harus mencapai tujuan itu. Itulah yang namanya determinasi. Kalau determinasinya lemah, atau dia tidak punya determinasi, dia akan mudah sekali untuk kembali atau berhenti sehingga dia tidak berusaha untuk mencapai tujuannya.

Berhubungan dengan karakter seseorang, atau sifat, ada satu hal lagi yang sangat penting yang menunjang determinasi seseorang yaitu yang namanya efikasi diri atau self efficacy. Apa itu efikasi diri? Efikasi diri adalah sebuah keyakinan dari dalam diri orang tersebut, ada keyakinan bahwa dia mampu untuk melakukannya. Jadi ini berbeda dengan kepercayaan diri. Jadi, sebuah keyakinan bahwa orang itu atau misalnya kalau saya, bahwa saya yakin bahwa saya mampu melakukannya. Misalnya, saya harus pergi ke luar negeri. Saya kalau tidak yakin, maka saya akan menjadi ragu-ragu. Ini terlepas dari kepercayaan diri. Tapi kalau saya yakin, maka saya akan berusaha untuk bisa. Jadi self efikasi ini merupakan sebuah keyakinan bahwa saya mampu melakukannya. Jadi ini berkaitan dengan kompetensi sebetulnya. Ketika saya yakin, misalnya mampu membuka usaha sendiri, mampu membuat bisnis, maka saya akan bisa melakukannya dan kalau pun ada hambatan, saya akan tetap berjuang, saya akan tetap berusaha, saya tidak akan mudah menyerah. Kenapa? Karena saya mampu. Saya yakin bahwa saya mampu melakukannya. Nah, inilah suatu hal yang penting mengenai efikasi diri.

Selain itu, ada juga teori dalam psikologi yang namanya Adversity Quotient. Adversity Quotient ini adalah semacam kemampuan seseorang ketika mengahadapi masalah. Quotient di sini artinya sebetulnya mirip IQ, Intelligence Quotient, jadi tingkat keyakinan dia untuk mengatasi masalah, jadi daya tahannya. Ada orang yang ketika mengahadapi masalah seperti ilustrasi yang tadi, ada tembok dia mundur. Dalam teori Adversity Quotient ini ada beberapa tipe orang. Ada yang disebut dengan campers misalnya. Jadi ketika dia sampai pada suatu. Jadi ilustrasinya adalah dia menaiki sebuah bukit atau gunung. Ketika orang ini dia berjalan tentunya jalannya penuh terjal. Penuh kesulitan karena tidak ada yang mudah dan hidup selalu dalam keadaan tidak pasti. Dia melihat, kemudian menyerah. Dia berhenti di sini. Ini campers. Dia berkemah. Tapi ada juga yang kemudian dia turun lagi itu ada juga seperti ilustrasi tadi, ada yang berhenti, ada yang kembali. Tapi ada orang yang dia berusaha bisa tetap mempunyai daya juang, daya tahan, sehingga dia akhirnya sampai pada puncaknya.

Determinasi adalah kemampuan, adalah sifat, adalah dorongan di mana dia bisa yakin dan harus sampai ke puncak tujuan yang ingin di capai. Dia tidak akan berhenti di tengah-tengah. Kita sering kali misalnya begini. Kita punya ide mau buka usaha. Tapi orang tua mungkin bilang, “Ah, jangan. Kalau kamu buka usaha gina nanti kalau rugi? Gimana kalau misalnya ada orang beli barangmu itu tidak bayar? Bagaimana kalau misalnya krisis ekonomi terus berlanjut sehingga akhirnya modal yang kamu punya itu akhirnya habis?”. Orang yang memiliki determinasi yang tinggi, dia tidak akan peduli. Artinya apa? Kalu dia memiliki otonomi, dia yakin bahwa dirinya lah yang menentukan di mana ini sama juga dengan teori dalam efektuasi yang nanti akan kita jelaskan lebih lanjut dalam sesi-sesi yang lain, yaitu yang disebut dengan prinsip Pilot In The Plane. Kalau kita adalah pilot di pesawat kita, kita lah yang menentukan kita mau mendarat di mana, kita mau pergi ke mana. Jadi, determinasi adalah sebuah keyakinan, sebuah mindset, sebuah sikap, di mana kita harus sampai pada tujuan. Ada halangan, kita akan gunakan otak kita, untuk berpikir, untuk kreatif, untik inovatif, supaya bisa mengatasi hambatan tersebut. Jadi, kalau pun ada hambatan, kita tidak akan menyerah. Kalau pun ada masalah, kita akan berusaha untuk mengatasinya. Inilah kunci seseorang entrepreneur itu untuk bisa berhasil. Kalau pun gagal dia akan bangkit. Kalau pun gagal sepuluh kali, dia akan bangkit sebelas kali. Itulah determinasi.

Itu adalah prinsip yang sangat penting yang harus UC Onliners pegang. Jangan sampai ada masalah, ada halangan, ada hambatan, atau mungkin misalnya hambatan itu bisa saja hambatan dari keluarga, dari budaya, bahwa, “O, kamu itu lebih baik jadi pegawai, lebih enak, tiap bulan dapat gaji, hidup pasti aman, nyaman”. Tapi kita tahu bahwa entrepreneurship itu yang mengubah dunia, entrepreneurship itu yang bisa mengubah bangsa, entreprenurship itu yang dapat mengubah diri kita. Itulah, kalau kita punya keyakinan, kita yakin bahwa kita bisa, kita punya otonomi atas diri kita, kita punya kompetensi yang selalu kita perbaiki, yang selalu kita tingkatkan, dan kita jangan lupa, membina hubungan dengan orang lain, relasi, network, dan membangun kerja sama semua itu butuh trust, kepercayaan, kejujuran, etika, semua itu akan sampai. Dengan keyakinan, dengan kemampuan, dengan sebuah tekad, saya pasti bisa, anda pasti bisa, UC Onliners juga pasti bisa. Salam Entrepreneur. Semoga bermanfaat.

Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online