Selasa, 25 Februari 2014

ATTITUDE TO FACE THE FAILURE - Inge Gunawan

Salam Entrepreneur..
Sebelum saya sharing mengenai topik saya pada hari ini, saya akan mengutip sepenggal puisi dari Pak Ciputra. Ada yang berentrepreneur namun tidak berhasil. Sharing saya pada hari ini berjudul Atutide to Face The Failure. Atau sikap dalam menghadapi kegagalan. Bagi seorang entrepreneur, kegagalan itu hal yang biasa. Tetapi bagi kebanyakan orang itu merupakan hal yang sangat menakutkan. Menurut Ciputra Way, seorang entrepreneur adalah An Oppotunity Creator, Innovator, dan juga Risk Taker. Artinya selain seorang entrepreneur itu harus menciptakan kesempatan, juga merupakan seorang inovator, memberikan nilai tambah kepada bisnisnya dan juga seorang risk taker artinya harus berani mengambil resiko.
Menurut Pak Ciputra, founder dan Universitas Ciputra tempat saya mengajar, seorang entrepreneur bisa berasal dari lahir dan karena keluarganya. Yang kedua karena lingkungannya, dan yang ketiga karena dididik dan dilatih. Pak Ciputra pada tahun 2006 mendirikan Universitas Ciputra untuk mendidik dan melatih pada entrepreneur muda Indonesia. Di UC (Universitas Ciputra), mahasiswa dididik dan dilatih menjadi Educated Entrepreneur. Kurikulum yang kami kembangkan berdasarkan project based learning. Artinya, mahasiswa harus melakukan start up bisnis, mengembangkan bisnis, dan menjadikan bisnis yang sustainable. Dari situlah mahasiswa balajar untuk berentrepreneur, mengalami kegagalan, bangkit kembali, dan memiliki bisnis yang besar.
Pak Ciputra memiliki impian, di tahun 2030 Indonesia akan memiliki 6 juta entrepreneur. Saat ini di Inodesia sendiri, entrepreneur baru berjumlah 1,53%. Sementara kalau kita bandingkan dengan Singapura yang merupakan negara yang kecil, entrepreneur di sana sudah mencapai 7%. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mewujudkan impian yang luar biasa itu untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih makmur dan menjadi negara yang lebih baik. Di Indonesia, Ernst and Young juga mensupport adanya entrepreneur di Indonesia dengan menyelenggarakan Entrepreneur Of The Year yang di-launching sejak tahun 2001. Ernst and Young memberikan banyak penghargaan kepada pada entrepreneur muda yang berprestasi dan mengembangkan entrepreneurial spirit untuk membawa Indonesia ke ekonomi yang lebih baik, membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, dan menigkatkan kemakmuran banyak orang.
Saya akan masuk ke topik saya pada hari ini yaitu sikap di dalam menghadapi kegagalan. Saya akan mulai dari penelitian mengenai kegagalan bisnis. Ada dua definisi. Yang pertama adalah definisi secara luas. Menurut Singh, Corner, & Pavlovich tahun 2007, dikatakan definisi yang luas dari kegagalan bisnis adalah entrepreneur exit atau quit dari bisnisnya. Jadi entrepreneur tersebut meninggalkan bisnisnya. Kemudian definisi yang lebih sempit dikatakan oleh Shepherd & Haynie tahun 2011, adalah ketika seorang entrepreneur itu mengalami kebangkrutan atau mengalami kerugian yang besar di dalam bisnisnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harvard business school pada tahun 2010, dikatakan bahwa seorang entrepreneur yang berhasil pertama kali membuka bisnisnya hanya 18% saja. Untuk itu di Universitas Ciputra kami memiliki talk line “Fail Chep, Fail Fast, Fail Early”. Artinya, mahasiswa kami harus gagal semurah mungkin, sedini mungkin, dan secepat mungkin. Di Universitas Ciputra, setiap mahasiswa harus memiliki experience untuk melakukan start up bisnis sejak tahun kedua masa studi mereka.
Di tahun pertama mereka mengalami groundbreaker, artinya pembentukan entrepreneur mindset dan spirit. Kemudian masuk ke semester kedua, mahasisawa belajar untuk melakukan ideasi bisnis, design thinking, identifikasi, prototyping, sampai ke user testing, membuat bisnis model canvas atau B-plan, serta dieksekusi bisnisnya. Dan kemudian masuk di tahun kedua, yaitu di semester ketiga, para mahasiswa tersebut sudah harus melakukan start up bisnis. Di semester ke empat mahasiswa di Universitas Ciputra mengalami pembelajaran bisnis inovation. Artinya mereka harus memberikan inovasi terhadap proses bisnisnya. Kemudian di semester lima melakukan scale up bisnis atau global business experience. Kemudian di semester enam dan tujuh mereka melakukan developing business dan sustainability business.
Mereka diberi kesempatan untuk gagal sedini mungkin, secepat mungkin, semurah mungkin. Sehingga ketika mereka mengalami betul-betul membuka bisnis, ketika mereka lulus dari Universitas Ciputra mereka sudah memiliki experience untuk gagal di bisnis mereka.
Kemudian ada tujuh alasan mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama. Alasan pertama adalah Survival Driven atau Seeking Money Before Adding Value  artinya seorang entrepreneur hanya berpikir untuk profit jangka pendek dan tidak memikirkan bisnis jangka panjang. Kemudian alasan yang kedua adalah Inadequate atau Lack of Knowledge artinya seorang entrepreneur tidak memiliki pengetahuan dasar atau pengetahuan yang mendahului ketika dia mau membuka bisnisnya. Untuk itulah dibutuhkan market riset atau eksplorasi ketika seorang entrepreneur mau membuka bisnisnya pertama kali. Saya menyarankan seorang entrepreneur untuk melakukan eksplorasi atau market riset, interview kepada customer, calon customer, kepada kompetitor, kepada suplier untuk mengetahui kemampuan dasar sebelum membuka bisnisnya. Kemudian yang ketiga adalah Lack of Focuks. Kebanyakan seorang entrepreneur ingin membuka bisnis di berbagai bidang. Tidak bisa. Harus fokus terlebih dahulu di bidang tertentu. Kemudian alasan keempat mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama adalah Fail of Failure. Artinya entrepreneur tersebut takut untuk melangkah lebih maju lagi di bisnisnya. Kemudian alasan yang kelima adalah Lack of Vision. Artinya entrepreneur tersebut tidak memiliki visi kedepannya bisnis ini mau dibawa ke mana. Kemudian yang berikutnya alasan keenam adalah Poor Money Management atau tidak bisa mengelola keuangannya. Kemudian yang ketujuh atau alasan terakhir mengapa seorang entrepreneur gagal di bisnis mereka yang pertama adalah I can do well all by myself. Artinya dia cenderung untuk bekerja sendiri, tidak mau melakukan networking atau bekerja secara teamwork. Adalah lebih baik untuk menjalin hubungan atau networking dengan berbagai pihak yang bisa menyatukan kekuatan untuk membuat bisnis tersebut menjadi berhasil.

Untuk itulah kami betul-betul membuat mahasiswa mengalami experience untuk membuka bisnis, mengalami kegagalan, dan bangkit kembali sesuai dengan passion mereka.

Kemudian berikutnya saya akan sharing mengenai lima kunci untuk menjadikan kegagalan menjadi kunci sukses. Kunci yang pertama adalah Call Failure Something Else artinya sebut kegagalan itu bukan sebagai kegagalan, tetapi sebagai experience atau pengalaman. Gambarannya seperti ini. Sebuah perusahaan yang besar yang akan meng-hire senior manager tidak mungkin mempekerjakan seorang fresh graduate. Artinya seorang manager yang diharapkan adalah seorang yang memiliki pengalaman menjadi senior manager di tempat lain. Demikian juga ketika seseorang melakukan bisnis, kegagalan sebenarnya bukan kegagalan, tetapi adalah pengalaman yang mengikuti hidupnya. Artinya dia sudah memiliki pengalaman di dalam berbisnis. Oleh karena itu jangan sebut kegagalan sebagai kegagalan. Bagi seorang entrepreneur kegagalan itu adalah sebuah pengalaman, guru yang paling berharga.

Kemudian kunci yang kedua adalah Use Failure as A Stepping Stone, artinya gunakan kegagalan tersebut sebagai batu pijakan untuk membuka bisnis yang lebih baik lagi, yang akan berkembang lebih besar lagi di kemudian hari. Kemudian kunci yang ketiga adalah Never Fail Alone, artinya anda harus memiliki partner bisnis. Anda harus mulai melakukan networking. Jangan gagal sendirian. Kemudian yang keempat Don’t Hide Your Failure, artinya jangan pernah sembunyikan kegagalan itu karena kegagalan itu sebenarnya bukan kegagalan bagi seorang entrepreneur. Kegagalan adalah pangalaman.

Dan kemudian yang kelima atau yang terakhir adalah Find Out Your Passion atau betul-betul temukan passion anda. Karena ketika anda membuka bisnis, di mana itu merupakan passion anda, maka bisnis itu akan lebih memiliki change untuk berhasil.

Saya memberikan ilustrasi seperti ini sebelum saya menutup sharing saya pada hari ini. Ada seorang nenek yang kehilangan liontinnya. Dan kemudian mencari liontin tersebut. Kemudian beberapa orang melihat nenek tersebut sedang mencari-cari liontin. Kemudian orang-orang tersebut mulai membantu mencari liontin nenek itu. Terus beberapa orang lagi bergabung, demikian terus menerus semkin banyak orang yang bergabung untuk mencari liontin tersebut. Sampai berjam-jam dan sampai lama sekali mereka mencari liontin tersebut dan tidak berhasil mendapatkan liontin itu. Sampai akhirnya setelah lama mereka mencari, seseorang bertanya kepada nenek tersebut. “Nek apakah nenek yakin liontin tersebut jatuh atau hilang di sini? Karena di sini tempatnya terang bederang. Dan kita sudah mencari dari tadi. Tetapi kita tidak menjumpai liontin itu”. Dan nenek tersebut mengatakan, “Tidak, liontin itu tidak pernah jatuh di siini. Saya kehilangan liontin itu di seberang jalan. Tetapi karena di sana tempatnya gelap, saya tidak mau mencari di tempat yang gelap itu”.

Demikian juga para entrepreneur. Seringkali kita melakukan atau membuka bisnis pertama kali di tempat yang nyaman atau yang kita perkirakan itu akan mendatangkan keuntungan jangka pendek. Seringkali kita tidak mau bersusah payah, seringkali para entrepreneur ingin melakukan suatu bisnis yang comfort atau nyaman menurut dia. Tetapi itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Dan pasti berujung dengan kegagalan. Oleh karena itu saya betul-betul mendukung anda untuk jangan pernah takut untuk melangkah ke sesuatu yang sulit yang anda pikir anda sulit untuk melakukannya karena anda yakin bahwa seorang ketika menemukan passionnya kemudian melakukan market research untuk meminimumkan kegagalannya pasti seorang itu bisa berhasil menjadi seorang entrepreneur.

Jangan takut untuk gagal karena kegagalan itu adalah pengalaman. Dan seorang entrepreneur tidak harus mengalami kegagalan. Kita bisa meminimumkan kegagalan dan me-manage kegagalan itu menjadi sebuah keberhasilan. Pak Ciputra mengatakan “Entrepreneur Sejati gagal 10 kali, namun bangkit 11 kali”.  Saya percaya bahawa anda yang pernah mengalami kegagalan di dalam bisnis akan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman dan stepping stone untuk melangkah menuju keberhasilan di dalam bisnis anda berikutnya.

Saya berharap materi yang saya sharingkan pada hari ini bisa bermanfaat bagi seluruh UC Onliners. 

Saya Inge Gunawan.

Salam Entrepreneur..

Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online