Hai. Salam entrepreneur UC onliner. Sekarang kita masuk ke bagian ketiga ya? Pengenalan
manajemen resiko. Saya akan memberikan suatu teori mengenai proses manajemen resiko.
Pada bagian-bagian sebelumnya, pada bagian pertama kita sudah membahas tentang apa
sih itu resiko, sedangkan pada bagian kedua kita sudah membahas jenis-jenis resiko
yang kemudian kita tekankan pada resiko-resiko yang akan terjadi pada bisnis Anda
yang mengancam bisnis Anda yaitu resiko murni dan resiko spekulatif.
Nah sekarang resiko-resiko tersebut sebagaimana saya sudah jelaskan sebelumnya sebagai
entrepreneur Anda tidak bisa, Anda tidak bisa menghindari resiko tersebut. Itu bukan
suatu tindakan entrepreneur bukan? Nah justru Anda harus mengahadapi resiko tersebut
tetapi mengahadapi resiko tersebut tanpa senjata, tanpa pengetahuan, tanpa persiapan,
itu juga konyol karena Anda seperti berperang tanpa senjata. Itu suatu hal yang konyol
bukan? Itu juga bukan tindakan entrepreneur. Apa yang harus Anda lakukan sebagai
seorang entrepreneur? Sebagai seorang entrepreneur sebagaimana Pak Ci katakan kepada
kita semua “Entrepreneur adalah calculated risk taker”. Risk taker,
Anda harus berani mengambil resiko tetapi dengan mengkalkulasi resiko tersebut, menghadapinya
dan mengubah resiko tersebut menjadi peluang bagi Anda.
Pada bagian ketiga ini kita akan membahas tentang proses bagaimana manajemen resiko
itu berjalan. Proses manajemen resiko. Pada dasarnya manajemen resiko dilakukan melalui
proses-proses berikut ini. Satu, identifikasi resiko. Anda harus mampu untuk mengidentifikasikan
resiko. Kedua, setelah resiko teridentifikasi, Anda harus mampu mengevaluasi dan
mengukur resiko tersebut. Dan kemudian yang terakhir adalah mengelola resiko tersebut.
Tiga tahap dalam proses resiko. Pertama, Anda harus mampu untuk mengidentifikasikan
resiko. “Mas, ini resiko jenis apa?”. Seperti yang tadi saya bilang,
resiko murni kah? Resiko spekulatif kah? Atau resiko jenis apa ini yang Anda hadapi,
yang Anda akan hadapi. Kedua, setelah Anda mengidentifikasikan resiko tersebut, Anda
harus mengevaluasi dan mengukur kemungkinan resiko itu terjadi pada bisnis Anda.
Aku bilang Anda melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan perusahaan Anda. Anda
akan menghadapi resiko. Tapi sebelumnya Anda mengevaluasi dan mengukur resiko-resiko
tersebut. Dan terakhir Anda harus mampu untuk mengelola resiko yang akan Anda hadapi
itu.
Identifikasi resiko, proses pertama. Ada banyak teknik untuk mengeidentifikasikan
resiko ini. Contohnya, menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Saya kasih
contoh yang mudah ya? Misalnya, api terhadap kompor, kemungkinan terjadi resiko kebakaran.
Api pada kompor mempunyai rsiko yaitu kebakaran. Kompor merupakan exposuere dari
resiko tersebut dan kebakaran adalah peril dari resiko. Paham ya? Ini cara paling
mudah menganalisis terjadinya resiko. Mengidentifikasi resiko Anda menggunakannya
dengan menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Satu, api Anda nyalakan
diatas kompor. Anda akan berhadapan dengan resiko kebakaran. Seperti itu. Kedua,
melihat karakteristik dari suatu bisnis. Contohnya, misalkan bank. Bank akan mengahadapi
resiko kredit karena salah satu fungsi bank adalah menyalurkan modal ke masyarakan
bukan? Sebagai penyalur masyarakat, bank harus mengerti bahwa pembayaran hutang kemungkinan
tidak lancar karena itu bank harus mengerti sebagai bisnis bank, sebagai mengelola
suatu bank, mereka akan menghadapi resiko kredit. Begitu juga terhadap perusahaan
Anda. Perusahaan Anda yang memberikan piutang kepada toko-toko yang Anda harapkan
untuk menjual produk Anda. Atau Anda yang sekarang menjalani perusahaan ritel di
desa-desa dimana pembeli-pembeli Anda datang ke toko Anda kemudian berhutang, Anda
harus mengerti bahwa pada saat Anda memberikan piutang kepada orang lain, maka Anda
akan mengahadapi resiko yang disebut sebagai resiko kredit. Contohnya yang keempat
adalah bank yang aktif memperdagangkan sekuritas berupa sahan dan sebagainya akan
mengahadapi resiko pasar dimana Anda mengetahui bahwa saham berfluktuasi. Hari ini
seribu, besok bisa seripu seratus dan sebagainya.
Yang kedua adalah evaluasi dan pengukuran resiko. Setelah Anda mampu mengidentifikasikan
resiko bahwa bisnis Anda akan menghadapi resiko ini. Resiko murni atau menghadapai
resiko spekulatif. Misalkan Anda mempunyai usaha pabrik, Anda mempunyai bangunan,
Anda harus mengerti mengidentifikasikan bahwa suatu saat mungkin bangunan Anda
akan terbakar. Anda akan mempunyai resiko murni. Setelah diidetifikasikan, Anda harus
mampu untuk mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut. Bagaimana itu mengevaluasi
dan mengukur resiko? Satu, Anda harus mempelajari karakteristik dari resiko yang
Anda identifikasikan tersebut, kemudian Anda melakukan pengukuran terhadap resiko.
Pengukuran mengukur, mengembangkan ukuran besar kecilnya resiko tersebut. Anda mempunyai
usaha pabrik, Anda mempunyai bangunan. Anda harus lihat bagaimana kemungkinan terjadinya
resiko bangunan saya akan terbakar. Anda lihat misalkan di samping-samping Anda ada
tumbuhan pohon-pohon ilalang, kudian di sebelahnya lagi ada rumah-rumah masyarakat.
Anda harus bisa memperhitungkan. Jangan-jangan nanti dari rumah masyarakat ini melempar
api ke ilalang, kemudian tumbuhan ilalang tersebut akan membakar bangunan Anda. Contohnya
itu. Bagaimana besarnya kemungkinan itu terjadi, itu dinamakan evaluasi dan pengukuran
resiko.
Kemudian yang ketiga, mengukur dampak resiko tersebut terhadap organisasi. Bagaimana
apabila terjadi bangunan tersebut terbakar? Apa dampaknya terhadap organisasi bisnis
Anda keseluruhan? Bagaimana Anda mengukurnya? Apabila bangunana Anda terbakar, di
dalamnya ada banyak persediaan Anda, bagaimana dampaknya pada organisasi? Begitu
ya? Anda harus mampu mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut.
Kemudian yang keempat adalah evaluasi dan pengukuran resiko bisa digunakan untuk
melakukan prioritas resiko. Selanjutnya adalah contoh-contoh teknik bagaimana Anda
mengukur resiko tersebut. Dengan probabilitas. Dengan value at risk atau kita kenal
sebagai VAR. Kemudian bisa juga dengan metode durasi. Dengan matriks severity atau
frekuensi. Bisa dingan standar defiasi secara statistik. Dengan Credit Metrics. Dengan
tabel kematian.
Setelah Anda mengukur, setelah Anda mengidentifikasi, kemudian Anda mengukur resiko,
yang terakhir Anda hasrus memutuskan bagaimana mengelalo resiko tersebut. Ada beberapa
cara untuk mengelola resiko tersebut. Yaitu ada enam cara. Satu, Anda menghindari
resiko tersebut. Dua, resiko tersebut Anda tahan. Atau menahan. Retention terhadap
resiko tersebut. Ketiga, diversifikasi. Anda mendiversifikasi resiko tersebut. Yang
keempat, Anda mentransfer resiko tersebut. Yang kelima, Anda mengendalikan resiko
tersebut atau risk control. Yang keenam adalah pendanaan resiko. Anda sudah mempertimbangkan
bagaimana apabila resiko tersebut terjadi, Anda mempersiapkan pendanaan bagaimana
agar resiko tersebut tidak mengefek kepada organisasi bisnis Anda secara keseluruhan.
Kita bahas satu-satu. Bagaimana Anda menghindari resiko? Ini adalah cara yang paling
mudah saudara-saudara. Bagaimana Anda lari terhadap resiko tersebut. Cari aman bahasanya.
Anda tahu bahwa apa bila Anda membuka bisnis ini bangunan Anda kemungkinan terbakar,
ya jangan membuka bisnis itu. Itu cara satu bagaimana Anda menghindari bisnis. Anda
mengetahui resiko, Anda mengidentifikasi, “Ah, nanti terjadi kemungkinan usaha
saya bisa kebakar ini. Kemungkinan usaha saya nggak laku”. Apabila Anda bikin
usaha contohnya membuka warung, toko Anda nanti resiko nggak? Resiko. Resikonya apa?
Nanti tokonya kebakaran atau kedua nanti jangan-jangan tidak laku. Nah, bagaimana
Anda memanajemen resiko apabila Anda menghindari resiko tersebut ya jangan membuka
bisnis itu. Nggak usah buka toko. Itu bukan tindakan entrepreneur seperti yang saya
katakan tadi.
Yang kedua adalah menahan resiko tersebut. Seorang yang menghindari kendaraan dengan
tidak mengasuransikan mobil misalnya. Dia tahu bahwa dengan mengendarai kendaraan
dia akan mengahadapi resiko mobilnya ketabrak. Terjadinya kecelakaan. Dia nggak usah
mengada, “Ya udah lah. Jalani aja”. Nah, itu contohnya metode menahan
resiko atau retention.
Yang ketiga adalah diversifikasi. Ini salah satu cara yang baik. Misalkan Anda membuka
usaha toko es. Anda menjual es. Menjual es pada musim panas laku esnya. Banyak yang
beli tentunya. Tapi apa yang terjadi apabila musim hujan ini? Apabila musim hujan
kemungkinan orang yang makan es akan berkurang. Dingin. Bagaimana caranya agar resiko
pada musim hujan ini tidak jadi? Jangan-jangan pada musim hujan Anda tidak laku,
Anda menghadapi resiko rugi di situ. Bagaimana nih caranya? Dengan metode diversifikasi,
berarti Anda membuka suatu usaha lagi. Contohnya dalah pada musim huajn Anda membuka
usaha penyewaan payung. Misalnya kayak gitu. Jadi pada saat musim panas Anda menjual
es, pada saat musim hujan, musim dingin, es Anda tidak laku, usaha Anda di sini menyewakan
payung laku. Mendiversifikasikan resiko seperti itu. Jadi Anda bisa mempunyai dua
bisnis, membagi, mendiversifikasikan resiko terhadap dua bisnis tersebut.
Yang keempat adalah transfer resiko. Anda mentransfer resiko. Contohnya adalah asuransi.
Misalkan kembali lagi apabila Anda memiliki usaha ritel. Anda memiliki bangunan untuk
toko. Anda tahu mengidentifikasikan bahwa bangunan toko saya bisa terbakar. Dengan
metode mentrasfer resiko, Anda membeli asuransi kebakaran. Contohnya kayak gitu.
Jadi waktu bangunan Anda terbakar, Anda bisa klaim asuransi, asuransi akan membayar
kerugian atas bangunan Anda yang terbakar. Ini namanya mentransfer resiko ke perusahaan
asuransi.
Kemudian mengendalikan resiko atau risk control. Apa itu pengendalian resiko? Pengendalian
resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya resiko. Menyiapkan
payung sebelum hujan. Misalkan contohnya kayak gitu ya? Bila Anda tahu, bila Anda
sudah mengidentifikasikan resiko, apabila Anda mempunyai bangunan toko, Anda akan
mengidentifikasikan bahwa ini jangan-jangan suatu hari bangunan saya akan terbakar.
Contonya seperti itu. Anda cegah misalkan contohnya Anda menyiapkan alarm asap atau
Anda menyiapkan tabung-tabung anti kebakaran. Suatu saat jika bangunan tersebut terbakar,
Anda bisa cepat bertindak kemudian menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut.
Itu contohnya mengendalikan resiko. Ada satu upaya apabila resiko itu terjadi maka
Anda mengupayakan sesuatu agar resiko itu tidak menghantam Anda.
Yang terakhir adalah pendanaan resiko. Pendanaan resiko Adalah suatu proses bagaimana
mendanai kerugian yang terjadi jika resiko tersebut muncul. Misalkan resiko Anda
misalkan kembali lagi ke kasus tadi. Anda mempunyai toko, Anda sudah mengidentifikasikan
bahwa toko Anda ini punya toko adalah eksposur bangunan ini adalah eksposur terjadinya
peril kebakaran. Toko Anda mempunyai resiko kebakaran. Pendanaan resiko, berarti
Anda berpikir, “Wah, kalau sampai kebakaran bagaimana ini?”. Bagaimana
Anda menghadapai resiko tersebut? Satu, Anda bisa mengasuransikan. Misalnya
contohnya gitu. Atau bisa dua, menggunakan dana cadangan. Jadi ada dari setiap penjualan
produk Anda, Anda menyisihkan beberapa ratus atau beberapa rupian yang Anda tabungkan,
yang Anda simpan sebagi dana cadangan apabila terjadi bangunan toko Anda terbakar,
Anda mempunyai dana untuk membiayai bangunan-bangunan yang baru. Contohnya itu. Tentu
akan lebih baik jika Anda mengasuransikannya ketimbang Anda mengaturnya sendiri seperti
itu.
Selesailah bagian ketiga dalam manajemen resiko. Saya berharap semoga apa yang dapat
saya sampaikan ini membuka wawasan Anda terhadap manajemen resiko dan mendorong Anda
untuk berani mengambil resiko tetapi tidak konyol. Tidak konyol dalam arti mengahadapi
resiko tersebut tanpa persiapan apa-apa. Silakan ambil bahan-bahan yang telah saya
sampaikan kepada Anda. Sekian kuliah pengantar resiko manajemen. Saya teddy dari
UCEO dan salam entrepreneur.
Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online