Kamis, 10 April 2014

RISK MANAGEMENT (Bag. 3) - Teddy Saputra

Hai. Salam entrepreneur UC onliner. Sekarang kita masuk ke bagian ketiga ya? Pengenalan manajemen resiko. Saya akan memberikan suatu teori mengenai proses manajemen resiko. Pada bagian-bagian sebelumnya, pada bagian pertama kita sudah membahas tentang apa sih itu resiko, sedangkan pada bagian kedua kita sudah membahas jenis-jenis resiko yang kemudian kita tekankan pada resiko-resiko yang akan terjadi pada bisnis Anda yang mengancam bisnis Anda yaitu resiko murni dan resiko spekulatif.
Nah sekarang resiko-resiko tersebut sebagaimana saya sudah jelaskan sebelumnya sebagai entrepreneur Anda tidak bisa, Anda tidak bisa menghindari resiko tersebut. Itu bukan suatu tindakan entrepreneur bukan? Nah justru Anda harus mengahadapi resiko tersebut tetapi mengahadapi resiko tersebut tanpa senjata, tanpa pengetahuan, tanpa persiapan, itu juga konyol karena Anda seperti berperang tanpa senjata. Itu suatu hal yang konyol bukan? Itu juga bukan tindakan entrepreneur. Apa yang harus Anda lakukan sebagai seorang entrepreneur? Sebagai seorang entrepreneur sebagaimana Pak Ci katakan kepada kita semua “Entrepreneur adalah calculated risk taker”. Risk taker, Anda harus berani mengambil resiko tetapi dengan mengkalkulasi resiko tersebut, menghadapinya dan mengubah resiko tersebut menjadi peluang bagi Anda.
Pada bagian ketiga ini kita akan membahas tentang proses bagaimana manajemen resiko itu berjalan. Proses manajemen resiko. Pada dasarnya manajemen resiko dilakukan melalui proses-proses berikut ini. Satu, identifikasi resiko. Anda harus mampu untuk mengidentifikasikan resiko. Kedua, setelah resiko teridentifikasi, Anda harus mampu mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut. Dan kemudian yang terakhir adalah mengelola resiko tersebut. Tiga tahap dalam proses resiko. Pertama, Anda harus mampu untuk mengidentifikasikan resiko. “Mas, ini resiko jenis apa?”. Seperti yang tadi saya bilang, resiko murni kah? Resiko spekulatif kah? Atau resiko jenis apa ini yang Anda hadapi, yang Anda akan hadapi. Kedua, setelah Anda mengidentifikasikan resiko tersebut, Anda harus mengevaluasi dan mengukur kemungkinan resiko itu terjadi pada bisnis Anda. Aku bilang Anda melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan perusahaan Anda. Anda akan menghadapi resiko. Tapi sebelumnya Anda mengevaluasi dan mengukur resiko-resiko tersebut. Dan terakhir Anda harus mampu untuk mengelola resiko yang akan Anda hadapi itu.
Identifikasi resiko, proses pertama. Ada banyak teknik untuk mengeidentifikasikan resiko ini. Contohnya, menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Saya kasih contoh yang mudah ya? Misalnya, api terhadap kompor, kemungkinan terjadi resiko kebakaran. Api pada kompor mempunyai rsiko yaitu kebakaran. Kompor merupakan exposuere dari resiko tersebut dan kebakaran adalah peril dari resiko. Paham ya? Ini cara paling mudah menganalisis terjadinya resiko. Mengidentifikasi resiko Anda menggunakannya dengan menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Satu, api Anda nyalakan diatas kompor. Anda akan berhadapan dengan resiko kebakaran. Seperti itu. Kedua, melihat karakteristik dari suatu bisnis. Contohnya, misalkan bank. Bank akan mengahadapi resiko kredit karena salah satu fungsi bank adalah menyalurkan modal ke masyarakan bukan? Sebagai penyalur masyarakat, bank harus mengerti bahwa pembayaran hutang kemungkinan tidak lancar karena itu bank harus mengerti sebagai bisnis bank, sebagai mengelola suatu bank, mereka akan menghadapi resiko kredit. Begitu juga terhadap perusahaan Anda. Perusahaan Anda yang memberikan piutang kepada toko-toko yang Anda harapkan untuk menjual produk Anda. Atau Anda yang sekarang menjalani perusahaan ritel di desa-desa dimana pembeli-pembeli Anda datang ke toko Anda kemudian berhutang, Anda harus mengerti bahwa pada saat Anda memberikan piutang kepada orang lain, maka Anda akan mengahadapi resiko yang disebut sebagai resiko kredit. Contohnya yang keempat adalah bank yang aktif memperdagangkan sekuritas berupa sahan dan sebagainya akan mengahadapi resiko pasar dimana Anda mengetahui bahwa saham berfluktuasi. Hari ini seribu, besok bisa seripu seratus dan sebagainya.
Yang kedua adalah evaluasi dan pengukuran resiko. Setelah Anda mampu mengidentifikasikan resiko bahwa bisnis Anda akan menghadapi resiko ini. Resiko murni atau menghadapai resiko spekulatif. Misalkan Anda mempunyai usaha pabrik, Anda mempunyai bangunan, Anda harus mengerti  mengidentifikasikan bahwa suatu saat mungkin bangunan Anda akan terbakar. Anda akan mempunyai resiko murni. Setelah diidetifikasikan, Anda harus mampu untuk mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut. Bagaimana itu mengevaluasi dan mengukur resiko? Satu, Anda harus mempelajari karakteristik dari resiko yang Anda identifikasikan tersebut, kemudian Anda melakukan pengukuran terhadap resiko. Pengukuran mengukur, mengembangkan ukuran besar kecilnya resiko tersebut. Anda mempunyai usaha pabrik, Anda mempunyai bangunan. Anda harus lihat bagaimana kemungkinan terjadinya resiko bangunan saya akan terbakar. Anda lihat misalkan di samping-samping Anda ada tumbuhan pohon-pohon ilalang, kudian di sebelahnya lagi ada rumah-rumah masyarakat. Anda harus bisa memperhitungkan. Jangan-jangan nanti dari rumah masyarakat ini melempar api ke ilalang, kemudian tumbuhan ilalang tersebut akan membakar bangunan Anda. Contohnya itu. Bagaimana besarnya kemungkinan itu terjadi, itu dinamakan evaluasi dan pengukuran resiko.
Kemudian yang ketiga, mengukur dampak resiko tersebut terhadap organisasi. Bagaimana apabila terjadi bangunan tersebut terbakar? Apa dampaknya terhadap organisasi bisnis Anda keseluruhan? Bagaimana Anda mengukurnya? Apabila bangunana Anda terbakar, di dalamnya ada banyak persediaan Anda, bagaimana dampaknya pada organisasi? Begitu ya? Anda harus mampu mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut.
Kemudian yang keempat adalah evaluasi dan pengukuran resiko bisa digunakan untuk melakukan prioritas resiko. Selanjutnya adalah contoh-contoh teknik bagaimana Anda mengukur resiko tersebut. Dengan probabilitas. Dengan value at risk atau kita kenal sebagai VAR. Kemudian bisa juga dengan metode durasi. Dengan matriks severity atau frekuensi. Bisa dingan standar defiasi secara statistik. Dengan Credit Metrics. Dengan tabel kematian.
Setelah Anda mengukur, setelah Anda mengidentifikasi, kemudian Anda mengukur resiko, yang terakhir Anda hasrus memutuskan bagaimana mengelalo resiko tersebut. Ada beberapa cara untuk mengelola resiko tersebut. Yaitu ada enam cara. Satu, Anda menghindari resiko tersebut. Dua, resiko tersebut Anda tahan. Atau menahan. Retention terhadap resiko tersebut. Ketiga, diversifikasi. Anda mendiversifikasi resiko tersebut. Yang keempat, Anda mentransfer resiko tersebut. Yang kelima, Anda mengendalikan resiko tersebut atau risk control. Yang keenam adalah pendanaan resiko. Anda sudah mempertimbangkan bagaimana apabila resiko tersebut terjadi, Anda mempersiapkan pendanaan bagaimana agar resiko tersebut tidak mengefek kepada organisasi bisnis Anda secara keseluruhan.
Kita bahas satu-satu. Bagaimana Anda menghindari resiko? Ini adalah cara yang paling mudah saudara-saudara. Bagaimana Anda lari terhadap resiko tersebut. Cari aman bahasanya. Anda tahu bahwa apa bila Anda membuka bisnis ini bangunan Anda kemungkinan terbakar, ya jangan membuka bisnis itu. Itu cara satu bagaimana Anda menghindari bisnis. Anda mengetahui resiko, Anda mengidentifikasi, “Ah, nanti terjadi kemungkinan usaha saya bisa kebakar ini. Kemungkinan usaha saya nggak laku”. Apabila Anda bikin usaha contohnya membuka warung, toko Anda nanti resiko nggak? Resiko. Resikonya apa? Nanti tokonya kebakaran atau kedua nanti jangan-jangan tidak laku. Nah, bagaimana Anda memanajemen resiko apabila Anda menghindari resiko tersebut ya jangan membuka bisnis itu. Nggak usah buka toko. Itu bukan tindakan entrepreneur seperti yang saya katakan tadi.
Yang kedua adalah menahan resiko tersebut. Seorang yang menghindari kendaraan dengan tidak mengasuransikan mobil misalnya. Dia tahu bahwa dengan mengendarai kendaraan dia akan mengahadapi resiko mobilnya ketabrak. Terjadinya kecelakaan. Dia nggak usah mengada, “Ya udah lah. Jalani aja”. Nah, itu contohnya metode menahan resiko atau retention.
Yang ketiga adalah diversifikasi. Ini salah satu cara yang baik. Misalkan Anda membuka usaha toko es. Anda menjual es. Menjual es pada musim panas laku esnya. Banyak yang beli tentunya. Tapi apa yang terjadi apabila musim hujan ini? Apabila musim hujan kemungkinan orang yang makan es akan berkurang. Dingin. Bagaimana caranya agar resiko pada musim hujan ini tidak jadi? Jangan-jangan pada musim hujan Anda tidak laku, Anda menghadapi resiko rugi di situ. Bagaimana nih caranya? Dengan metode diversifikasi, berarti Anda membuka suatu usaha lagi. Contohnya dalah pada musim huajn Anda membuka usaha penyewaan payung. Misalnya kayak gitu. Jadi pada saat musim panas Anda menjual es, pada saat musim hujan, musim dingin, es Anda tidak laku, usaha Anda di sini menyewakan payung laku. Mendiversifikasikan resiko seperti itu. Jadi Anda bisa mempunyai dua bisnis, membagi, mendiversifikasikan resiko terhadap dua bisnis tersebut.
Yang keempat adalah transfer resiko. Anda mentransfer resiko. Contohnya adalah asuransi. Misalkan kembali lagi apabila Anda memiliki usaha ritel. Anda memiliki bangunan untuk toko. Anda tahu mengidentifikasikan bahwa bangunan toko saya bisa terbakar. Dengan metode mentrasfer resiko, Anda membeli asuransi kebakaran. Contohnya kayak gitu. Jadi waktu bangunan Anda terbakar, Anda bisa klaim asuransi, asuransi akan membayar kerugian atas bangunan Anda yang terbakar. Ini namanya mentransfer resiko ke perusahaan asuransi.
Kemudian mengendalikan resiko atau risk control. Apa itu pengendalian resiko? Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya resiko. Menyiapkan payung sebelum hujan. Misalkan contohnya kayak gitu ya? Bila Anda tahu, bila Anda sudah mengidentifikasikan resiko, apabila Anda mempunyai bangunan toko, Anda akan mengidentifikasikan bahwa ini jangan-jangan suatu hari bangunan saya akan terbakar. Contonya seperti itu. Anda cegah misalkan contohnya Anda menyiapkan alarm asap atau Anda menyiapkan tabung-tabung anti kebakaran. Suatu saat jika bangunan tersebut terbakar, Anda bisa cepat bertindak kemudian menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut. Itu contohnya mengendalikan resiko. Ada satu upaya apabila resiko itu terjadi maka Anda mengupayakan sesuatu agar resiko itu tidak menghantam Anda.
Yang terakhir adalah pendanaan resiko. Pendanaan resiko Adalah suatu proses bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika resiko tersebut muncul. Misalkan resiko Anda misalkan kembali lagi ke kasus tadi. Anda mempunyai toko, Anda sudah mengidentifikasikan bahwa toko Anda ini punya toko adalah eksposur bangunan ini adalah eksposur terjadinya peril kebakaran. Toko Anda mempunyai resiko kebakaran. Pendanaan resiko, berarti Anda berpikir, “Wah, kalau sampai kebakaran bagaimana ini?”. Bagaimana Anda menghadapai resiko tersebut? Satu,  Anda bisa mengasuransikan. Misalnya contohnya gitu. Atau bisa dua, menggunakan dana cadangan. Jadi ada dari setiap penjualan produk Anda, Anda menyisihkan beberapa ratus atau beberapa rupian yang Anda tabungkan, yang Anda simpan sebagi dana cadangan apabila terjadi bangunan toko Anda terbakar, Anda mempunyai dana untuk membiayai bangunan-bangunan yang baru. Contohnya itu. Tentu akan lebih baik jika Anda mengasuransikannya ketimbang Anda mengaturnya sendiri seperti itu.
Selesailah bagian ketiga dalam manajemen resiko. Saya berharap semoga apa yang dapat saya sampaikan ini membuka wawasan Anda terhadap manajemen resiko dan mendorong Anda untuk berani mengambil resiko tetapi tidak konyol. Tidak konyol dalam arti mengahadapi resiko tersebut tanpa persiapan apa-apa. Silakan ambil bahan-bahan yang telah saya sampaikan kepada Anda. Sekian kuliah pengantar resiko manajemen. Saya teddy dari UCEO dan salam entrepreneur.

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online