Selasa, 25 Februari 2014

CALCULATED RISK TAKING - David Sukardi Kodrat

Salam Entrepreneur..

Saya David Sukardi Kodrat, Dekan Pancasarjana Universitas Ciputra akan membawakan topik tentang pengelolaan resiko sebagai kunci menjalankan bisnis bagi para UC Onliners.

Untuk pertama kita akan belajar kepada Pak Ciputra yang melakukan bisnis misalnya, kita bisa melihat untuk wilayah Surabaya ketika Citraland dibangun. Kita melihat bagaimana Pak Ciputra dengan naik pesawat terbang kemudian ditunjukkan oleh gubernur untuk tanah di tengah kota, ternyata Pak Ciputra menolak. Mengapa Pak Ciputra menolak? Karena dia melihat tanah di tengah kota tempatnya kecil. Tapi ketika Pak Ciputra Pergi ke daerah Lakarsantri, ketika beliau lihat tanahnya begitu luas. Tapi persoalannya ada yaitu tanahnya gersang. Ketika dia melihat persoalan tanahnya gersang, Pak Ciputra ambil keputusan, “Oke, saya akan beli tanah ini”. Kurang lebih luasnya 2.000 hektar.

Dari situ kita melihat ternyata Pak Ciputra berani mengambil resiko di mana tanah kering itu dengan visinya Pak Ciputra akhirnya dia merubah menjadi seperti sekarang ini yang kita lihat misalnya ada sekolah internasionalnya, ada sekolah nasional plusnya, kemudian ada lapangan golfnya, kemudian ada fresh marketnya, bahkan ada namanya waterpark yang cukup besar di Indonesia. Nah, dari situ kita mulai melihat apa sih resiko itu? Kalau kita melihat grafik di sebelah kiri, itu suatu kurva distribusi normal. Kalau kita lihat yang garis merah itu adalah resiko yang merugikan. Di sebelah kanan itu yang kita lihat adalah resiko menguntungkan dengan garis biru seperti itu. Jadi artinya kalau kita melihat dalam distribusi normal itu, kemungkinan yang disebut dengan resiko adalah penyimpangan-penyimpangan yang merugikan. Tapi ketika penyimpangan yang menguntungkan itu dikatakan menguntungkan. Itu makna dari resiko.

Kemudian kita akan melihat bagaimana hubungan resiko dengan return. Ternyata resiko itu punya makana yang berbeda. Misalnya, kita lihat grafik di sini. Untuk orang A. Orang A di sini kita melihat bahwa dia berharap return yang tinggi untuk resiko yang rendah. Tapi sebaliknya, orang B kalau kita perhatikan di grafik sini sebelah kiri itu dengan return tertentu, dengan resiko tertentu, orang ini masih berani. Tapi sebaliknya, untuk orang tipe C itu dia bisa melakukan usaha dengan resiko yang besar meskipun returnnya kecil. Jadi kita bisa melihat bahwa ternyata orang C itu lebih bisa mengambil resiko tapi orang A lebih takut terhadap resiko. Sedangkan orang B adalah tipe orang moderat.

Kemudian kita akan melihat lagi bagaimana sikap dalam menghadapi resiko? Ternyata ada empat sikap dalam menghadapi resiko. Yang pertama yaitu, kita bisa belajar misalnya menghindari resiko sepeti orang tipe A tadi. Jadi itu contohnya misalnya seperti karyawan. Tidak berani mengambil keputusan, tidak berani mengambil usaha akhirnya dia ikut sama orang lain. Kemudian yang kedua adalah tipe orang yang berani menghadapi resiko. Yaitu artinya dia bisa mengambil kemungkinan-kemungkinan di mana yang dia hasilkan di luar perkiraan. Kemudian yang ketiga adalah memindahkan sebagian resiko yaitu dengan membayar premi. Itu contohnya adalah para manajer. Kemudian yang ketiga adalah mengurangi resiko dengan melakukan portofolio. Itu misalnya dilakukan oleh investor-investor usaha dengan berinvestasi pada berbagai macam saham. Itu sikap dalam mengahadapi resiko.

Kemudian kita akan melihat bagaimana sih resiko dalam praktik. Resiko dalam praktik ternyata ada dua macam yaitu, satu resiko yang bisa dihindari, kedua adalah resiko yang tidak bisa dihindari. Untuk resiko-resiko yang tidak dapat dihindari misalnya kita melihat adalah bencaa alam, itu tidak dapat dihindari. Tapi resiko-resiko yang dapat dihindari misalnya adalah karena faktor manusia, karena faktor sistem, dan karena faktor proses. Misalnya  kita melihat Sempati Air. Pada waktu Sempati Air dibangun dengan Pak Hasan Sudjononya yang sangat inovatif. Dia kebetulan lulusan dari Harvard University. Dan dia lulusan yang terbaik. Ketika dia menjalankan Sempati Air, dia terapkan sistem dengan begitu baiknya. Tapi, ternyata apa, orang-orang di bawahnya tidak bisa mengikuti sistem yang sidah diterapkan. Misalnya, pada waktu itu setiap keterlambatan satu menit Sempai Air mengganti kerugian seribu. Saya pernah pada waktu itu hampir dua jam waktu saya mau ke Semarang. Akhirnya saya dihitung. 120 menit kali seribu. Jadi saya dapat uang seratus dua puluh ribu.  Padahal pada waktu itu biaya perjalanan ke Semarang hanya kurang lebih enam puluh ribu. Nah, kalau itu terlalu banyak dimanfaatkan oleh orang lain karena kesalahan manajemennya, maka resiko ini menjadi sangat besar. Itu contoh.

Baik, setelah kita melihat bagaimana resiko dalam praktik, selanjutnya kita akan melihat sudut pandang dalam melihat resiko. Ada tiga sudut pandang dalam melihat resiko. Yang pertama adalah dilihat dari siklus hidup perusahaan. Yang kedua dilihat dari bidang usahanya. Yang ketiga, kita bisa melihat resiko dari sudut pandang Bank Indonesia.

Dari sudut pandang siklus hidup perusahaan, resiko itu dibagi menjadi dua yaitu misalnya pada saat kita mau start up bisnis, yang kedua adalah pada saat scale up bisnis.

Untuk start up bisnis resiko tersebut biasanya dalam memilih jenis usaha, kemudian memilih rekanan, kemudian membuat keputusan pendanaan, dan terakhir yaitu keputusan teknis. Contoh misalnya. Pada waktu saya bekerja di Orang Tua Group, pada waktu kita mau masuk dalam bisnis kopi, pada waktu itu kita melihat bisnis kopi sangat maju. Misalnya dari kapal apinya, dia mempunyai market share begitu besar. Kemudian kita coba masuk ke kopi Samba, ternyata ketika kita mulai berbisnis ke kopi Samba kurang lebih dua tahun, ternyata apa yang terjadi? Ternyata konsumen kopi itu sama fanatiknya dengan konsumen rokok, sama dengan konsumen minuman keras. Akibatnya kopi samba itu menjadi Samba-Tan. Kenapa Samba-Tan? Karena salesmannya tidak bisa jualan kopi. Akibatnya kita tutup. Karena apa? Resiko dalam jenis usaha yang kita masuki. Kemudian yang kedua, misalnya kita bisa belajar dari Extra Joss. Bagaimana Extra Joss pada waktu awalnya itu memilih rekanan. Ketika dia memilih rekanan, yaitu dalam suatu grup adalah perusahaan farmasi. Sehingga ketika Extra Joss dimasukkan ke dalam perusahaan distribusi bidang farmasi yaitu ke apotek-apotek, Extra Joss tidak bisa berkembang dengan baik. Tetapi ketika Extra Joss memilih ditribusinya yang tepat, yaitu untuk menggarap bidang consumer good, akhirnya apa yang terjadi? Extra Joss bisa diterima secara umum. Itu yang menarik.

Kemudian dalam keputusan pendanaan. Misalnya, ketika Grup Ciputra pada waktu tahun ’97, dia mendanai proyek-proyek ini hampir sebagian dengan menggunakan dana pinjaman. Tapi setelah tahun ’97, setelah krisis, Grup Ciputra mendanai proyek-proyeknya dengan dana sendiri. Nah, dari situ kita melihat ada banyak hal yang ketika kita melaksanakan proses start up bisnis itu bisa menimbulkan resiko. Tapi kalau dikelola dengan baik maka resiko itu akan berjalan dengan baik pula.

Kemudian resiko yang kedua dari siklus hidup perusahaan yaitu pada waktu kita malakukan Scale Up bisnis. Ketika kita melakukan scale up bisnis, resikonya apa? Yang pertama adalah kelangkaan dan kenaikan bahan. Kemudian yang kedua adalah persaingan bisnis. Misalnya kita bisa belajar dari Makro. Ketika Makro ini mulai jalan, ternyata pesaingnya mulai masuk yaitu Carrefour, Giant mulai masuk. Akibatnya Makro yang bersifat eksklusif, membernya harus masuk, dan anak-anak tidak boleh masuk, itu tutup. Tapi bahkan Carrefour sama Giat sampai hari ini terus berkembang. Jadi artinya munculnya pesaing bisa membunuh pesaing yang lain. Misalnya lagi, kalau kita belajar dari Starco. Starco pada waktu itu bisnis pager yang sangat bagus. Semua orang pakainya pager, pager, pager. Tapi begitu handphone-handphone masuk, yaitu yang GSM masuk, mobilenya masuk, akibatnya Starco ditinggalkan. Bahkan sampai hari ini mati. Itu contoh bagaimana persaingan bisa menimbulkan resiko, bahkan penutupan bagi usaha. Kemudian yang berikutnya adalah perubahan selera konsumen. Misalnya pada waktu itu konsumen sangat senang dengan Nokia. Awalnya sebelum Nokia adalah Motorola. Motorola masuk, terus dia dengan handphonenya yang besar kemudian mati. Dibunuh oleh punyanya Ericson. Kemudian Ericson lama-lama tidak disukai konsumen akhirnya beralih ke Nokia. Nokia, sekarang orang mulai beralih lagi pada Blackberry. Nah dari situ kita melihat bahwa perubahan teknologi, perubahan selera konsumen akhirnya bisa menimbulkan resiko. Tapi setiap resiko yang dikelola dengan baik oleh para pemiliknya maupun para manajernya tetap akan menimbulkan pertumbuhan untuk bisnisnya.

Yang berikutnya adalah resiko menurut Bank Indonesia. Menurut Bank Indoesia, resiko bisa dibagi menjadi lima, yaitu: 1) Resiko Pasar, 2) Resiko Kredit, 3) Resiko Likuiditas, 4) Resiko Operasional, 5) Resiko Strategik.

Dari situ kita melihat misalnya resiko pasar, yaitu berdasarkan variabel pasar. Misalnya seperti saat ini di mana suku bunga akan naik dengan tingginya. Kemudian kurs dollar sampai hari ini sudah mencapai sebelas ribu. Nah, apakah kita akan melakukan investasi? Ataukah kita menunggu. Tapi sadar, setiap ada masalah pasti ada peluang. Kemudian yang kedua. Resiko Kredit. Ketika debitu-debitur kita ketika kita melakukan penjualan kredit, ternyata mereka tidak sanggup membayar. Akibatnya akan banyak kredit-kredit macet. Kemudian yang ketiga adalah resiko operasional. Yaitu di mana fungsi-fungsi proses bisnis internalnya tidak berjalan. Kemudian yang keempat adalah resiko hukum. Yaitu di mana pendirian perusahaan tersebut tidak mengikuti kaidah-kaidah hukum yang berlaku, sehingga bisa menimbulkan tuntutan hukum. Kemudian yang kelima adalah resiko strategik. Ini terdiri dari resiko reputasi dan resiko kepatuhan. Nah, kita bisa melihat ketika strategik perusahaan tidak responsif  terhadap lingkungannya, maka bisnis kita juga akan mendapat resiko yang cukup besar.

Berikutnya kita bagaimana sih caranya mengidentifikasi resiko? Untuk mengidentifikasi resiko, kita ada empat cara. Yang pertama dengan metode analisa. yang kedua dengan metode observasi dan survey. Yang ketiga adalah dengan metode risk marking. yang keempat adalah dengan metode informasi dari expert. Kita akan melihat yang pertama yaitu metode analisa. misalnya, kita akan melihat bagaimana resiko itu muncul. Misalnya dari keluhan pelanggan. Nah, dari keluhan pelanggan kalau terlalu banyak pelanggan yang mengeluh ini akan menimbulkan word of mouth. Misalnya, dalam hukum word of mouth itu ada dicerikatan bahwa setiap orang yang mengeluh satu orang itu akan diceritakan ke sebelas orang. Jadi, sampai layar kedua saja yang sudah mengeluh berarti ada kurang lebih seratus dua puluh satu orang tahu permasalahaan kita. Sehingga semakin banyak orang yang mengeluh itu buat bisnis itu semakin tidak baik. Itu kita harus menganalisa kita lihat apa yang menyebabkan pelanggan mengeluh? Entah itu kepuasan, entah itu dari kualitas produknya, atau kualitas layanan kita, atau harganya yang terlalu mahal, itu harus cepat mendapat respon dari perusahaan.

Kemudian informasi tentang produk cacat. Semakin banyak produk cacat, itu juga di mata konsumen itu menjadi sangat tidak baik. Misalnya kita bisa belajar dari perusahaan farmasi. Pada waktu itu pengalaman dari Johnson & Johnson, itu dilihat ada satu produknya  ketika orang diminumi itu, ternyata membuat anak dalam kandungan menjadi cacat. Pada waktu itu Johnson & Johnson langsung bergerak cepat. Dia bereaksi ke pasar ketika dia lihat ke pasar ternyata dia menarik seluruh produknya. Ketika dia tarik seluruh produknya, apakah ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan? Ternyata tidak menimbulkan kerugian. Kenapa tidak menimbulkan kerugian? Karena Johnson & Johnson langsung mengumumkan bahwa mungkin ada dari sedikit cutomernya itu atau orang-orang yang tidak suka itu mencampurkan sesuatu bahan sehingga membuat efek cacat pada janin yang akan dilahirkan. Nah dari situ respon positif dari perusahaan cepat terakumulasi.

Kita juga balajar misalnya dari pengalaman dari perusahaan  misalnya P&G. Protect and Gambler. Procter & Gamble pada waktu itu diisyukan bahwa dia termasuk pengikut gereja setan. Karena apa? Karena logonya memang kalo kita perhatikan mirip dengan logo-logo seperti itu. Nah, akibatnya pada waktu itu yang direspon oleh P&G pada waktu itu cukup lambat. Akibatnya apa? Setiap hari dia menerima keluhan pelanggan kurang lebih seratus ribuan pelanggan, sampai akhirnya dia mengundang banyak pihak termasuk para rohaniawan untuk menjelaskan bahwa memang P&G tidak ada hubungannya dengan gereja setan. Nah, dari proses seperti itu akhirnya karena lambat respon yang awal, dia bisa juga membuktikan sampai hari ini P&G termasuk  perusahaan besar. Johnson & Johnson juga termasuk perusahaan besar. Tapi kita bisa belajar, setiap kita melakukan analisis, setiap ada keluhan pelanggan, kita sebagai perusahaan harus secara cepat meresponnya. Kemudian kita bisa menganalisis dari track record sumber daya manusia. Nah, kalau kita punya sumber daya manusia, yang semakin bagus, yang semakin capable, kemudian punya kompetensi tinggi, itu semakin resiko kita semakin kecil. Tapi setiap kita punya track record ternyata SDMnya tidak berkompetensi, pilih yang sembarangan, proses rekrutmennya tidak baik, itu malah menimbulkan essence yang cukup besar. Itu kira-kira.

Kemudian kita akan melihat lagi dari metode observasi dan survey. Misalnya, kita bisa melihat dari proses kebiasaan. Misalnya kita lihat kebutuhan pasar. Di sini saya akan memberi contoh pada industri sepatu. Misalnya, ketika konsumen membeli sepatu, antara pria dan wanita ternyata cukup berbeda. Misalnya, kalau pria, kalau membeli sepatu itu yang penting cocok di kaki. Tapi wanita untuk membeli sepatu dia lihat yang penting cocok di hati. Sehingga dari perbedaan kebutuhan pasar, perbedaan lifestyle ini akhirnya kita tahu. O, kalau kita membuat sepatu wanita yang penting kalau dibanding dengan sepatu pria mungkin harganya tidak terlalu mahal. Jadi kalau satu sepatu pria, mungkin bisa beli  tiga sepatu wanita. Karena apa? Karena wanita senang berganti-ganti mode. Itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, misalnya kita lihat kebutuhan, kebutuhan pasar. Ketika wanita membeli kosmetik, sebetulnya apa sih yang dibeli oleh para wanita ketika dia beli kosmetik? Ternyata wanita itu ingin supaya mereka terlihat cantik. Jadi ketika kosmetik, alat-alat kosmetik tersebut tidak mampu membuat cantik wanita, mereka akan ditinggalkan. Contoh lagi misalnya, ketika orang membeli hanphone, sebetulnya apa yang dia inginkan? Satu, kemudahan hubungan, yang kedua adalah gaya hidup. Nah dengan kita mengamati kebutuhan pasar, akhirnya kita meminimalkan resiko. Dan meminimalkan ketidakpuasan pelanggan. Sehingga dengan mengidentifikasikan resiko-resiko seperti tadi, baik itu melalui metode analisa maupun metode observasi, akhirnya bisa memperkecil resiko.

Nah, kemudian bagaimana caranya kita mengelola resiko? Nah, untuk mengelola resiko, ada empat tahap. yang sebaiknya kita perhatikan. Yang pertama adalah, kita rangking semua resiko yang mungkin terjadi. Kemudian yang kedua adalah urutkan berdasarkan dampak yang ditimbulkan. Yang ketiga adalah solusikan alternatif berdasarkan rangking tersebut. yang keempat adalah mengevaluasi. Artinya kalau salah ya bisnisnya diperbaiki. Kalau benar, dilanjutkan. Kemudian setelah kita mengelola resiko, ada beberapa tips untuk mengelola resiko. Yang pertama adalah hindari resiko yang sering terjadi. Kemudian yang kedua adalah asuransikan resiko yang sekali terjadi, namun dampaknya besar. Yang ketiga adalah lakukan pencegahan bagi resiko yang dampaknya kecil. Yang keempat adalah hadapi resiko yang dampaknya kecil, dan jarang terjadi.

Sehingga dari pembahasan resiko ini kita bisa ambil kesimpulan. Kesimpulan yang pertama dengan kita belajar resiko adalah kita bisa mengelola resiko. Artinya, kita dalam bisnis harus mengklasifikasikan resiko mana yang bisa dihindari, dan resiko mana yang tidak bisa dihindari. Kalau resiko yang tidak bisa kita hindari, ya kita harus menghadapinya. Tapi resiko yang bisa kita hindari, ya seminimal mungkin kita hindari dengan beberapa tips yang tadi sudah dijelaskan.

Saya ulangi lagi tipsnya adalah: Pertama, hindari resiko yang sering terjadi. Yang kedua asuransikan resiko yang sering terjadi, namun dampaknya besar. Yang ketiga adalah lakukan pencegahan bagi resiko yang dampaknya kecil. Yang terakhir adalah hadapi resiko yang dampaknya kecil, dan jarang terjadi.

Terimaksih kepada para UC Onliners. Mudah-mudahan yang dijelaskan hari ini bisa membawa manfaat dan bisa diaplikasikan dalam bisnis kita. Salam Entrepreneur...

Sumber : Entrepreneurship Ciputra Way (Batch 2)
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online