Senin, 17 Maret 2014

TRANFORMATION THROUGH INTENSITY, FOCUS & CONSISTENSY - Sudhamek AWS

Salam entrepreneur UC Onliner.
Sebuah karya itu besar terletak pada hal-hal yang detail. Anda bisa memperhatikan pada hal-hal yang detail kalau anda engage, anda benar-benar terjun aktif. Kalau anda mau engage, Anda mau terjun aktif, itu baru bisa terjadi kalau kita pada akhirnya fokus.  Jadi memang dalam bisnis saya percaya harus fokus. Itu sama. Mau di bisnis, di perjalanan spiritual semuanya butuh fokus. Orang berkembang menjadi tambah baik itu kalau sepanjang yang saya ketahui pengetahuan saya, itu terjadi spiritual itu dari berkembang kalau diri kita menjadi tambah baik. Diri kita menjadi lebih baik kalau terjadi suatu transformation dan suatu transformation itu harus dilakukan sangat intensif dan fokus dan konsisten tiga itu intensity, focus and consistence. Bisnis pun juga demikian harus fokusnya di sana kita harus konsisten di dalam apa misalnya menjunjung nilai kita. Kalu kita sudah bilang bahwa bisnis itu harus jujur, konsisten, jangan pagi jujur sorenya bohong, itu tidak akan bisa berhasil. Atau juga kemudian kita mau membangun kultur, kultur itu penting tetapi  intensity tidak dilakukan tapi akhirnya tidak bisa terbentuk juga. Jadi kurang lebih seperti itu.

Pada waktu perusahaan mencapai pertumbuhan tingkat tertentu, secara teori pertumbuhan perusahaan itu kan bisa dengan dua jalur, yaitu adalah pertumbuhannya dengan organik tumbuh dengan bisnis yang ada atau dengan cara inorganik, dengan cara akuisisi. Nah akuisisi adalah sebuah karya yang membutuhkan kompetensi tersendiri. Ini membutuhkan kompetensi tersendiri bukan semua orang mempunyai kompetensi di sana. Pada saat saya mengembangkan perusahaan ini dan mulai memandang bahwa kita perlu tumbuh dengan cara inorganik di situlah kita mengalami proses pembelajaran baru dengan mengalami beberapa kegagalan. Akuisisi itu gagal.

Ya saya dalam perjalanan hidup ini kan memang mengembangkan usaha ini saya learning by doing ya, tentu di situ banyak kebentur-bentur banyak yang keliru-keliru. Kalau dengan pengetahuan yang sekarang kalau saya toleh lagi tentunya hal-hal yang salah itu yang saya hindari. Misalnya, adalah tadi tidak fokus. Kedua, kita tahu bahwa sebuah industri itu sebenarnya kalau dipelajari kita diingatkan dari awal itu bukan industri yang cocok buat kita masuki, itu tentunya tidak kita masuki. Seperti bisnis stainless steel saya itu berapa tahun dia mengalami kerugian, baru belakangan ini mengalami keuntungan. Itu memang faktor industrinya dan kedua tidak fokus. Saya tidak sempat menangani lagi karena saya sudah banyak tersedot luar biasa di group. Sampai dia menunggu anak saya pulang, anak saya saya terjunkan ke situ cukup berat dia baru istilahnya fresh graduated tapi sudah langsung saya lakukan turn around begitu tapi saya kawal, dan dengan dia engage  situ dia kalau pulang lapor sama saya makan bersama dia cerita saya mendapatkan gambaran lebih konkret di situ saya bisa memberikan arahan-arahan yang lebih efektif. Itu kan larinya soal fokus tadi industrinya memang berat fokusnya nggak ada.

Tips saya yang terakhir terkait dengan tadi, seorang entrepreneur succes nya bisa ditingkatkan kalau dia me-manage 4 jenis kompetensi. Pertama kompetensi yang harus dibangun adalah setiap industri itu ada know-how sendiri membutuhkan know-how atau mempunyai teknologi yang berbeda-beda di sini maka kompetensi adalah penguasa terhadap know-how di industri itu harus dilakukan. Katakan saja sebuah bisnis itu kelihatan dekat misalnya saya itu perusahaan makanan dan minuman, dengan begitu kita misalnya mungkin katakanlah seperti Starbucks, itu sudah bisnis yang berbeda. Itu belong to different industry, retail food itu sudah industry yang berbeda dengan makanan minuman yang manufacturing ini. Apalagi kalau saya lompat misalnya dari katakanlah makanan minuman yang sekarang ini saya membantu anak saya masuk ke industri kelapa sawit misalnya. Ini sudah menyebrang industri yang berbeda sekali makanya harus dipelajari know-how nya ini. Kalau kita mempelajari tidak bisa ada kemungkinan kita beli tarik profesional yang bisa, tapi kompetensi yang pertama harus dikuasai.

Kompetensi yang kedua tiap industri succes rate nya sangat ditentukan bagaimana manage network itu, network itu bisa ke belakang supplier bisa ke depan costumer bisa ke samping kalau pake konsepnya chin chia mengenai value chain dia ada 4 dimensi itu dia, dan kalau ini kita manage dengan baik maka itu juga succes ratenya akan meningkat. Saya itu cuma stainless steel itu bahkan sama sekali tidak tahu pemain-pemain yang bergerak di bidang ini di upstreamnya yang seharusnya menjadi supplier saya. Itu tentunya menjadi tantangan tersendiri, know-hownya juga pada waktu itu masih sedang belajar dua kompetensi sudah saya kena.

Yang ketiga bisnis itu pada akhirnya pada ujung-ujungnya adalah butuh duit. Kaya tubuh kita perlu darah kalau nggak ada duitnya bagaimana susahnya. Makanya di situ itu harus dipikirkan sumber duitnya bisa dari share holder kita tarik financial partner, atau bisa pinjam dari bank. Syukur-syukur kalau jadi menantunya orang kaya. Nah ini yang ketiga, kompetensi harus dimiliki.

Yang terakhir ini last but not least kompetensi yang harus dimiliki itu adalah manajemen. Ini kita bisa tarik managing partner karena manajemen itu termasuk di dalamnya leadership barang yang kelihatannya abstrak, tetapi itu impactnya sangat nyata. Kalau kita kuasai dan kita bangun semua 4 kompetensi ini entah diri kita sendiri yang menguasainya, entah kita dengan cara berpartner, entah kita merekrut orang yang bisa menutup kompetensi tadi baik dari segi know-how, network, manajemen dan keuangan, maka succes rate dari perusahaan tersebut akan meningkat. Nah itu saja tips terakhir kalau kita mau membangun usaha baru yang kira-kira bisa kita perbaiki succes rate nya.

Pesan saya kepada para calon-calon entrepreneur, atau yang entrepreneur yang masih kecil mau berkembang. Segala sesuatu tumbuh dari bawah. Kalau mau pergi jauh itu dari dekat dan jangan pernah berpikir jadi entrepreneur itu dengan pendekatan quick guilty. Di sinilah makanya sifat pantang menyerah itu jadi penting, never-never give up. Ini yang jadi penting sekali, karena inilah yang pada akhirnya menentukan kita berhasil. Kalau kita interview semua pengusaha di seluruh dunia yang sukses, pernah nggak mereka itu rugi? Atau pernah nggak mereka itu jatuh? Saya yakin 99,99 mereka pasti menjawabnya pernah. Yang sisanya 0,001 itu belum bisa dikatakan pengusaha yang berhasil, karena belum proven dia begitu.

Jadi jangan pernah menyerah dan satu hal yang bisa saya sampaikan ini untuk para calon para pengusaha-pengusaha muda, bahwa itu tidak ada sukses yang mudah. Semua sukses itu membutuhkan perjuangan luar biasa. Seorang pengusaha yang sukses itu dia idealnya memenuhi 3 persyaratan. Harus memiliki kepintaran di atas rata-rata, lalu cari kepintaran di bidang mana yang tadi know-how. Kedua, bukan kerja keras tapi kerja sangat keras. Ketiga ada faktor waktu dalam hidup ini. Ini yang sepenuhnya tidak dalam kendali kita, oleh sebab itu kalau gagal jangan menyerah karena waktunya belum datang. In time kita akan berhasil. Anda lihat Steve Jobs, Steve Jobs itu dari dulu pintar nggak, pintar dari dulu dia kerja keras nggak, kerja keras, tapi dulu dia gagal baru setelah dia kembali lagi dia baru baru berhasil ada faktor timing. Dan timing itu kemudian bisa terbentuklah team yang lebih lengkap dan sebagainya. Pasar barangkali bisa lebih siap dan sebagainya, nah banyak faktor di sana. Jadi intinya jangan mudah menyerah, karena tidak ada sukses yang mudah, terima kasih.
Sampai jumpa UC Onliner..

Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online