Salam entrepreneur UC Onliner.
Sebuah karya itu besar terletak pada hal-hal yang detail. Anda bisa memperhatikan
pada hal-hal yang detail kalau anda engage, anda benar-benar terjun aktif. Kalau
anda mau engage, Anda mau terjun aktif, itu baru bisa terjadi kalau kita pada akhirnya
fokus. Jadi memang dalam bisnis saya percaya harus fokus. Itu sama. Mau di
bisnis, di perjalanan spiritual semuanya butuh fokus. Orang berkembang menjadi tambah
baik itu kalau sepanjang yang saya ketahui pengetahuan saya, itu terjadi spiritual
itu dari berkembang kalau diri kita menjadi tambah baik. Diri kita menjadi lebih
baik kalau terjadi suatu transformation dan suatu transformation itu harus dilakukan
sangat intensif dan fokus dan konsisten tiga itu intensity, focus and consistence.
Bisnis pun juga demikian harus fokusnya di sana kita harus konsisten di dalam apa
misalnya menjunjung nilai kita. Kalu kita sudah bilang bahwa bisnis itu harus jujur,
konsisten, jangan pagi jujur sorenya bohong, itu tidak akan bisa berhasil. Atau juga
kemudian kita mau membangun kultur, kultur itu penting tetapi intensity tidak
dilakukan tapi akhirnya tidak bisa terbentuk juga. Jadi kurang lebih seperti itu.
Pada waktu perusahaan mencapai pertumbuhan tingkat tertentu, secara teori pertumbuhan
perusahaan itu kan bisa dengan dua jalur, yaitu adalah pertumbuhannya dengan organik
tumbuh dengan bisnis yang ada atau dengan cara inorganik, dengan cara akuisisi. Nah
akuisisi adalah sebuah karya yang membutuhkan kompetensi tersendiri. Ini membutuhkan
kompetensi tersendiri bukan semua orang mempunyai kompetensi di sana. Pada saat saya
mengembangkan perusahaan ini dan mulai memandang bahwa kita perlu tumbuh dengan cara
inorganik di situlah kita mengalami proses pembelajaran baru dengan mengalami beberapa
kegagalan. Akuisisi itu gagal.
Ya saya dalam perjalanan hidup ini kan memang mengembangkan usaha ini saya learning
by doing ya, tentu di situ banyak kebentur-bentur banyak yang keliru-keliru. Kalau
dengan pengetahuan yang sekarang kalau saya toleh lagi tentunya hal-hal yang salah
itu yang saya hindari. Misalnya, adalah tadi tidak fokus. Kedua, kita tahu bahwa
sebuah industri itu sebenarnya kalau dipelajari kita diingatkan dari awal itu bukan
industri yang cocok buat kita masuki, itu tentunya tidak kita masuki. Seperti bisnis
stainless steel saya itu berapa tahun dia mengalami kerugian, baru belakangan ini
mengalami keuntungan. Itu memang faktor industrinya dan kedua tidak fokus. Saya tidak
sempat menangani lagi karena saya sudah banyak tersedot luar biasa di group. Sampai
dia menunggu anak saya pulang, anak saya saya terjunkan ke situ cukup berat dia baru
istilahnya fresh graduated tapi sudah langsung saya lakukan turn around begitu tapi
saya kawal, dan dengan dia engage situ dia kalau pulang lapor sama saya makan
bersama dia cerita saya mendapatkan gambaran lebih konkret di situ saya bisa memberikan
arahan-arahan yang lebih efektif. Itu kan larinya soal fokus tadi industrinya memang
berat fokusnya nggak ada.
Tips saya yang terakhir terkait dengan tadi, seorang entrepreneur succes nya bisa
ditingkatkan kalau dia me-manage 4 jenis kompetensi. Pertama kompetensi yang harus
dibangun adalah setiap industri itu ada know-how sendiri membutuhkan know-how atau
mempunyai teknologi yang berbeda-beda di sini maka kompetensi adalah penguasa terhadap
know-how di industri itu harus dilakukan. Katakan saja sebuah bisnis itu kelihatan
dekat misalnya saya itu perusahaan makanan dan minuman, dengan begitu kita misalnya
mungkin katakanlah seperti Starbucks, itu sudah bisnis yang berbeda. Itu belong to
different industry, retail food itu sudah industry yang berbeda dengan makanan minuman
yang manufacturing ini. Apalagi kalau saya lompat misalnya dari katakanlah makanan
minuman yang sekarang ini saya membantu anak saya masuk ke industri kelapa sawit
misalnya. Ini sudah menyebrang industri yang berbeda sekali makanya harus dipelajari
know-how nya ini. Kalau kita mempelajari tidak bisa ada kemungkinan kita beli tarik
profesional yang bisa, tapi kompetensi yang pertama harus dikuasai.
Kompetensi yang kedua tiap industri succes rate nya sangat ditentukan bagaimana
manage network itu, network itu bisa ke belakang supplier bisa ke depan costumer
bisa ke samping kalau pake konsepnya chin chia mengenai value chain dia ada 4 dimensi
itu dia, dan kalau ini kita manage dengan baik maka itu juga succes ratenya akan
meningkat. Saya itu cuma stainless steel itu bahkan sama sekali tidak tahu pemain-pemain
yang bergerak di bidang ini di upstreamnya yang seharusnya menjadi supplier saya.
Itu tentunya menjadi tantangan tersendiri, know-hownya juga pada waktu itu masih
sedang belajar dua kompetensi sudah saya kena.
Yang ketiga bisnis itu pada akhirnya pada ujung-ujungnya adalah butuh duit. Kaya
tubuh kita perlu darah kalau nggak ada duitnya bagaimana susahnya. Makanya di situ
itu harus dipikirkan sumber duitnya bisa dari share holder kita tarik financial partner,
atau bisa pinjam dari bank. Syukur-syukur kalau jadi menantunya orang kaya. Nah ini
yang ketiga, kompetensi harus dimiliki.
Yang terakhir ini last but not least kompetensi yang harus dimiliki itu adalah manajemen.
Ini kita bisa tarik managing partner karena manajemen itu termasuk di dalamnya leadership
barang yang kelihatannya abstrak, tetapi itu impactnya sangat nyata. Kalau kita kuasai
dan kita bangun semua 4 kompetensi ini entah diri kita sendiri yang menguasainya,
entah kita dengan cara berpartner, entah kita merekrut orang yang bisa menutup kompetensi
tadi baik dari segi know-how, network, manajemen dan keuangan, maka succes rate dari
perusahaan tersebut akan meningkat. Nah itu saja tips terakhir kalau kita mau membangun
usaha baru yang kira-kira bisa kita perbaiki succes rate nya.
Pesan saya kepada para calon-calon entrepreneur, atau yang entrepreneur yang masih
kecil mau berkembang. Segala sesuatu tumbuh dari bawah. Kalau mau pergi jauh itu
dari dekat dan jangan pernah berpikir jadi entrepreneur itu dengan pendekatan quick
guilty. Di sinilah makanya sifat pantang menyerah itu jadi penting, never-never give
up. Ini yang jadi penting sekali, karena inilah yang pada akhirnya menentukan kita
berhasil. Kalau kita interview semua pengusaha di seluruh dunia yang sukses, pernah
nggak mereka itu rugi? Atau pernah nggak mereka itu jatuh? Saya yakin 99,99 mereka
pasti menjawabnya pernah. Yang sisanya 0,001 itu belum bisa dikatakan pengusaha yang
berhasil, karena belum proven dia begitu.
Jadi jangan pernah menyerah dan satu hal yang bisa saya sampaikan ini untuk para
calon para pengusaha-pengusaha muda, bahwa itu tidak ada sukses yang mudah. Semua
sukses itu membutuhkan perjuangan luar biasa. Seorang pengusaha yang sukses itu dia
idealnya memenuhi 3 persyaratan. Harus memiliki kepintaran di atas rata-rata, lalu
cari kepintaran di bidang mana yang tadi know-how. Kedua, bukan kerja keras tapi
kerja sangat keras. Ketiga ada faktor waktu dalam hidup ini. Ini yang sepenuhnya
tidak dalam kendali kita, oleh sebab itu kalau gagal jangan menyerah karena waktunya
belum datang. In time kita akan berhasil. Anda lihat Steve Jobs, Steve Jobs itu dari
dulu pintar nggak, pintar dari dulu dia kerja keras nggak, kerja keras, tapi dulu
dia gagal baru setelah dia kembali lagi dia baru baru berhasil ada faktor timing.
Dan timing itu kemudian bisa terbentuklah team yang lebih lengkap dan sebagainya.
Pasar barangkali bisa lebih siap dan sebagainya, nah banyak faktor di sana. Jadi
intinya jangan mudah menyerah, karena tidak ada sukses yang mudah, terima kasih.
Sampai jumpa UC Onliner..
Sumber: T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online